Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?
Begitu penggalan lagu dari Hindia dengan judul "Secukupnya." Lalu jawaban apa yang telah kamu siapkan jika mendapat pertanyaan semacam itu? Semalam, dua hari yang lalu, seminggu, sebulan, atau tidak pernah? Eh menakutkan sekali yang terakhir.
Sepanjang tahapan kehidupan, kebutuhan tidur bervariasi. Seperti yang dikutip dari laman cdc.gov , bayi baru lahir (new born) membutuhkan waktu tidur selama 14-17 jam per hari, anak sekolah (6-12 tahun) membutuhkan waktu tidur selama 9-12 jam per hari, remaja (13-18 tahun) membutuhkan waktu tidur selama 8-10 jam per hari, dan orang dewasa (18-60 tahun) membutuhkan waktu tidur setidaknya 7 jam per hari.
Sama halnya dengan makan dan berolahraga, tidur merupakan kebutuhan yang harus kita penuhi untuk menunjang kehidupan dan tubuh yang bugar.
Tidur tidak hanya bermanfaat untuk mengistirahatkan tubuh yang bekerja seharian, pun bisa berpengaruh terhadap berat badan, meningkatkan konsentrasi, dan daya tahan tubuh. Sepenting itu tubuh membutuhkan tidur, loh.
Soal Tidur: Saya yang Dulu vs Sekarang
Dulu, sebenarnya tidak dulu-dulu amat terutama saat masih menjadi mahasiswa, saya termasuk orang tipe burung hantu. Tidur lebih dari jam 12 malam bukanlah hal yang aneh.
Apalagi sewaktu itu saya juga sedang aktif mengikuti kegiatan di luar kampus (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang memang biasanya selesai hampir tengah malam. Jadwal itu membuat saya sering mengganggu waktu tidur teman kos saya untuk membukakan pintu (thanks ya, teman huhuhu maap).
Bahkan pernah di suatu hari saya memilih tidur di luar saja karena waktu sudah hampir pagi. Untunglah sewaktu itu kos yang saya tempati memiliki teras yang lumayan tertutup dan kursi panjang. Kejadian yang akhirnya membuat saya absen kuliah (tidak patut dicontoh ya hahaha)
Ya, seberantakan itu tidur saya yang dulu. Tidur di kelas juga jadi 'makanan sehari-hari'. Hal yang hari ini sering saya sampaikan kepada mahasiswa bahwa sebaiknya tidak untuk dicontoh. Terlebih jika begadang hanya untuk scroll medsos (curhat mahasiswa zaman now).
Oya, waktu tidur yang tidak biasa itu juga membuat saya sering menulis di jam malam. Makanya ketika mengikuti lomba menulis pun lebih sering mepet deadline. Lewat tengah malam justru membuat saya makin segar bukan mengantuk.
Itu dulu. Berbeda dengan sekarang. Tepatnya ketika saya mulai memasuki dunia kerja (aelah!). Ya, dunia kerja mengubah gaya hidup termasuk waktu tidur. Jadwal kerja yang teratur dari pagi sampai sore mengharuskan saya untuk bisa memanajemen waktu dengan sebaik-baiknya.
Salah satu resolusi yang ingin saya tepati adalah mengubah jam tidur. Beberapa tahun belakangan, saya selalu menargetkan bahwa tidur saya tidak boleh melebihi jam 12 malam. Hasilnya? Ternyata saya bisa melakukannya. Semakin ke sini saya bahkan sudah mengantuk ketika masuk pukul 10. Senang!
Hari ini saya lebih suka menjadi ayam. Maksudnya bangun lebih pagi yang bahkan lebih dari ayam. Dirasa-rasa ternyata jauh membuat saya segar saat terbangun dan tidak membuat saya menguap melulu di pagi hari. Sepertinya tubuh saya sudah ter-setting dengan baik, terima kasih ritme sirkadian!
Singkat Mengenal Tidur dan Tahapannya
Ada dua fase dalam tidur yaitu REM (Rapid Eye Movement) dan non-REM. Pada tahapan Non-REM dibagi lagi menjadi tiga tahap yaitu N1, N2, dan N3. Sedangkan REM adalah fase yang dikaitkan dengan mimpi/bukan tidur nyenyak.
Tahapan Non-REM adalah awal mula kita tertidur sampai pada kita benar-benar tidur nyenyak (N3). Pada tahap ini seseorang akan sulit dibangunkan. Secara ringkas, tahapan tidur kita memiliki siklus N1-N2-N3-REM.
Masih berkaitan dengan smartband yang saya ceritakan di artikel sebelumnya (di sini), alat tersebut juga bisa melacak tidur dari detak jantung.
Hari ini saya mendapatkan tren yang positif di mana rata-rata tidur selama 8 hari terakhir meningkat menjadi 6 jam lebih sedikit. Apalagi pada dua hari yang lalu saya mendapatkan durasi deep sleep atau tidur nyenyak terlama yaitu hampir 2 jam. Memang dirasa-rasa hari itu saya merasa sangat segar setelah bangun tidur.
Memang, waktu tidur yang saya miliki belum sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan secara kuantitas. Namun, setidaknya dengan waktu tidur yang saya habiskan saat ini saya merasa jauh lebih berkualitas.
Saya bisa tertidur sebelum pukul 12, dan tidak sering terbangun saat sudah tertidur. Karena percuma jika punya waktu tidur sesuai, tetapi sering terbangun di tengah malam. Bangun-bangun bukan segar malah mengantuk.
Ya, tidur yang tidak cukup dapat berdampak negatif pada kesehatan. Seseorang yang tidak tidur selama 24 jam dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang signifikan, misal. Merasa mudah marah? coba cek tidurmu deh.
Tidur yang baik bukan soal kuantitas, tetapi kualitas juga tidak kalah penting. Jadi bagaimana tidur yang kamu miliki? hmmmm~
Good night, sleep tight!
Salam,
Listhia H. Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI