Begitulah anak nomor dua, tidak hanya terabaikan tetapi sengaja abai juga bisa. Fleksibel.
Karena kita tidak bisa memilih diurutan berapa kita dilahirkan di dunia bukan? Toh memang bukan kewewenangan kita, tetapi sudah urusan takdir Yang Kuasa.
Bagi saya menjadi anak nomor dua malah disyukuri, karena saya bisa memiliki dan merasakan peran yang bersamaan dalam satu waktu: Ya menjadi kakak, ya menjadi adik. Sempurna.
Kalau kamu anak ke berapa nih?
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H