Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fiksi | Sarung Pelunas Utang

14 Mei 2020   21:39 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:35 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Masa' menghadap Allah, cuma modal bau matahari. Kamu harus rapi dan wangi, Pak." terngiang perkataan istriku ketika aku mendengar alasan mengapa baju koko dan sarungku selalu dalam kondisi wangi.

Aku letakkan kantong plastik hitam itu di dalam musala, aku ambil baju kokoku saja. Lalu segera mengambil wudu dan berganti. Setengah hari berteman matahari, membuat air wudu seperti berkali-kali lipat segarnya.

***
Selesai mengambil wudu dan berganti baju, aku segera masuk ke musala lagi. Mengambil sarung lalu mengenakannya. Mengharap belas kasih Pada Sang Pemberi Rezeki.

Tapi kantong plastik hitam itu tiba-tiba sudah hilang. Isinya. Sarung itu sudah tidak di tempatnya lagi. Tidak mungkin terjatuh, karena sewaktu aku masuk Musala ini aku yakin aku membawanya.

Sampai kemudian pandanganku terfokus pada seseorang. Laki-laki yang sedang salat di saf paling depan itu sepertinya aku kenal. Sarungnya. Ya, aku yakin sekali itu sarungku karena musola ini tidak pernah aku lihat menyediakan sarung.

Laki-laki itu sudah sampai pada salam terakhir. Aku biarkan saja. Aku tidak mungkin merusak doa-doanya.

***

"Maaf, Pak. Apakah ini sarung milik, Bapak?" suara itu membuyarkan lamunanku. Entah kapan aku mulai melamun.

"Iya Pak."

"Terima kasih ya, Pak. Maaf saya tidak izin dulu tadi. Saya kira milik Musala ini."

"Tidak apa-apa, saya juga ikhlas, Pak. Mari!" kataku meminta izin untuk salat dan mengakhiri percakapan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun