"Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya." (QS. Al-Baqarah: 286)
Sebagai salah satu rukun Islam, berpuasa adalah wajib bagi muslim yang memenuhi syarat wajib puasa seperti seorang yang sudah balig dan sehat. Sebab pada kondisi tertentu beberapa umat muslim bisa menjadi tidak wajib berpuasa. Seperti ketika seorang perempuan muslim sedang haid, berpuasa justru menjadi haram dilakukan.
Begitupula bagi umat muslim yang sedang dalam kondisi tidak sehat, Allah pun memberikan keringanan (rukhsah) sebagai bentuk kasih sayang pada umat-Nya untuk tidak berpuasa. Namun, tidak semua sakit kemudian jadi alasan untuk tidak berpuasa, ya.
Dikutip dari muslim.or.id, setidaknya terdapat 3 kondisi sakit dengan hukum puasa yang berbeda-beda. Pertama, apabila kondisi sakit ringan dan tidak berpengaruh apa-apa (seperti pilek atau sakit kepala ringan) maka tetap diharuskan puasa.
Kedua, apabila sakit bisa bertambah parah/lama sembuh dan memperberat puasa, tetapi tidak membahayakan menjadi makruh jika berpuasa (dianjurkan untuk ditinggalkan, tetapi tidak berdosa jika dikerjakan).
Ketiga, apabila tetap berpuasa dan menyusahkan diri bahkan sampai berisiko kematian hukumnya menjadi haram untuk berpuasa.
Sakit Ringan di Bulan Ramadan
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari puasa seperti penurunan risiko penyakit kardiovaskuler, hipertensi sampai kanker. Namun, ada juga penelitian yang mendapati sebaliknya.
Diketahui beberapa keluhan kesehatan yang terjadi selama puasa diantaranya adalah sakit kepala, dehidrasi, penurunan kualitas tidur, anemia dan konstipasi.
Jangan khawatir. Rata-rata dari keluhan-keluhan tersebut bukanlah suatu yang mengancam jiwa. Masalah tersebut muncul bukan karena puasa yang kita lakukan, tetapi kita yang ternyata tidak bisa mengatur pola hidup sehat selama Ramadan. Jadi, seperti yang sudah diulas sebelumnya. Apabila kamu mengalami sakit ringan tersebut, puasa tetap bisa dijalankan.
Meminimalisasi Keluhan Sakit, Memaksimalkan Ibadah Puasa
Puasa tidak hanya mengajarkan kita untuk menjadi insan yang bertakwa, pun mengajari betapa pentingnya menjaga pola sehat selama Ramadan.
Sebab jika puasa dilakukan dengan benar, lebih banyak manfaat yang kita dapat daripada kesusahannya. Berikut adalah beberapa sakit ringan dengan cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya.
1. sakit kepala
Keluhan sakit kepala selama Ramadan juga diketahui menjadi tinggi dibandingkan waktu yang lain. Hal yang dapat menjadi penyebab sakit kepala bagi orang yang berpuasa antara lain adalah keadaan putus kafein (caffeine withdrawal), hipoglikemia (gula darah yang rendah), dan dehidrasi.
Untuk mengatasi sakit kepala akibat kafein, memang ada baiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi kopi 1-2 minggu sebelum bulan Ramadan tiba. Jika belum sempat melakukannya, sakit kepala akibat kafein akan berangsur mereda seiring waktu karena tubuh mulai beradaptasi.
Kalaupun ingin mengkonsumsinya, bijaklah dalam memilih waktu meminumnya. Konsumsi kafein saat buka puasa tidak dianjurkan, karena dalam keadaan perut kosong dapat menaikkan asam lambung.
Minumlah sesudah makan besar, tetapi pastikan tidak terlalu mepet waktu istirahat agar tidak susah tidur.
Sedangkan untuk keadaan hipoglikemia, pilihlah makanan dengan Indeks Glikemik yang rendah agar gula darah tetap terkontrol seperti beras merah, gandum utuh, beberapa sayur dan buah (brokoli, wortel, apel dsb).
Pemenuhan cairan juga perlu diperhatikan, pintar-pintarlah mencukupinya ketika waktu diperbolehkan berbuka akan tubuh tetap terhidrasi.
2. rasa panas di dada: "Heartburn"
Pernah merasa panas di daerah dada selama puasa? Namanya heartburn. Umunya tidak berbahaya tetapi cukup menganggu.
Gejala ini mungkin sekali untuk dialami orang berpuasa dengan latarbelakang yang lagi-lagi adalah terkait pola makan. Konsumsi tinggi makanan yang menunda pengosongan lambung seperti makanan berlemak dan digoreng adalah biangnya.
Biasanya sering terjadi di waktu iftar (buka puasa). Kalau kamu adalah salah satu yang kalap makan goreng-gorengan seperti makannya nasi goreng, lauknya ayam goreng, tempe goreng, bakso goreng, semua yang digoreng, hati-hatilah.
3. konstipasi
Untuk menghindari atau jika sudah terjadi agar bisa meminimalisasi sakitnya, setiap individu yang berpuasa disarankan untuk menjalani pola makan dengan gizi seimbang dan gaya hidup sehat lainnya.
Selama puasa, terjadinya perubahan pola makan dapat menyumbang pada kejadian konstipasi. Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya serat yang dikonsumsi.
Alhasil waktu sisa makanan dipencernaan menjadi lebih lama dan menjadi sulit dikeluarkan. Untuk itu jangan melewatkan untuk mengasup serat yang bisa kamu dapat dari sayur dan buah-buahan agar pencernaanmu tetap lancar.
Faktor lainnya adalah adanya penurunan aktivitas fisik. Ternyata kita yang kurang bergerak juga bisa menyumbang sembelit.
Jadi, jangan biasakan untuk berdiam saja kalau ingin pencernaan juga tidak ingin hanya diam, ya. Asupan cairan juga penting dipenuhi untuk mengurangi risiko kejadian.
***
Itulah beberapa keluhan sakit ringan yang bisa terjadi selama puasa dan cara meminimalisasinya. Jangan sampai keluhan sakit yang ternyata kita sendiri penyebabnya menjadi penghalang untuk beribadah di bulan suci yang datangnya sudah dinanti-nanti.
Memang sakit tiap orang itu relatif. Bisa jadi ada seseorang yang tetap bisa melakukan aktivitas walau sedang sakit kepala saat puasa. Akan tetapi ada juga seorang yang kepayahan sehingga tidak mampu untuk melanjutkan. Lalu bagaimana?
Sesungguhnya Allah tidak pernah menyusahkan dan Maha baik hati pada umat-nya. Karena jangankan yang sudah sakit, bagi mereka yang sehat namun khawatir jika menjadi sakit jika berpuasa (bukan pura-pura sakit) bisa juga mendapat keringanan untuk tidak puasa kok.
Contohnya saja seperti yang terjadi di Arab. Di sana Dewan Fatwa Uni Emirat Arab (UEA) telah memutuskan keringanan puasa di bulan Ramadan di tengah pandemi.
Dimana petugas medis yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi pasien dengan virus corona bisa tidak diwajibkan berpuasa jika puasa dikhawatirkan dapat melemahkan kekebalan tubuh mereka.
Jadi, selama masih diberi kesehatan dan mampu melakukan tanpa membahayakan diri, mengapa tidak menjalankan perintah-Nya sebagai wujud syukur kita?
Diawali dengan mengutip ayat Al-Quran, diakhiri pula dengan yang sama.
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu." (QS. An Nisa': 29)
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H