Kok kesannya konten-konten tersebut segaja memanfaatkan masalah yang sering dialami para ojol, ya? Ya, boleh jadi kamu (yang membuatnya) memberikan alasan. Buat pelajaran bagi orang-orang agar tidak seenaknya membatalkan pesanan, misalnya.
Ya niatnya baik disini, tapi harus dengan dibuat nangis dulu, gitu? Padahal di sisi lain, kamu juga mendapat imbalan (yang mungkin lebih dari yang kamu berikan) dengan menjual kesedihannya bukan? Hmmm.
Padahal ada acara lain yang bisa dilakukan daripada membuatnya menangis dahulu. Seperti daripada dengan skenario pemasanan dibatalkan kenapa tidak langsung dengan membayar uang lebih, tidak harus ratusan ribu, anggaplah sebagai pengganti uang parkir? Tapi emang gak banyak dramanya sih jadinya. Haha.
Bisa juga dengan memberinya kejutan. Caranya coba kamu pesan makanan lebih dari yang kamu pesankan. Pesankan untuk ojolmu juga. Belum tentu mereka pernah merasakan makanan yang beli lho? Tidak bermaksud ria. Pernah suatu hari saya mempraktikan yang ini. Sengaja saya membeli minuman thai tea dua buah. Saya suruh pisahkan. Sampai ditempat saya, saya beri saja satunya untuk driver. Gitu aja mereka sudah makasih banget.
...dan memang Tuhan seperti membaca niat baik. Saat memesan, saya memang memberi pesan khusus untuk memberikan es batu lebih. Ketika sampai di tangan saya ternyata saya diberi satu bungkus es batu benar-benar lebih. Satu plastik! Itu benar-benar di luar ekspektasi saya sih, yang saya kira hanya akan mendapat es lebih dalam satu tempat itu saja.
"Anda bebas mau bikin konten apa pun. Tapi jangan lupa, para penonton juga bebas beropini atas konten Anda. Saya paham, seperti saya menulis buku, pembaca saya bebas beropini tentang buku itu. Karena bisa jadi pembaca saya jauh lebih pintar dari saya."
Kalau kamu tim mana, setuju atau tidak nih dengan tontonan macam begini?
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H