Seperti tempat ini, dunia mayanya pun terasa hampa. Tak ada email masuk, pemberitahuan pada beberapa akun media sosialnya pun nihil. Jika ada paling mengirimkan permintaan bermain game.
Kinanti mulai bosan dan mentutup jendela pencariannya. Pandangannya beralih pada jendela yang lain. Jendela disampingnya. Hujan masih menguyur kota bunga. Gerimis mesra yang membuat jalan-jalan kota tak begitu ramai lalu lalang kendaraan. Di sepanjang jalan pun suasana nampak terlihat hangat terkena lampu jalan yang mulai menyala. Hari hampir petang disambut senja yang sebentar lagi datang. Ya, Kinanti suka menunggu senjanya disini.
Tiba-tiba lamunanya terpecah, ketika suara wanita yang mengantarkannya tadi datang membawa nampan yang berisi pesanannya.
"Maaf mbak, ini pesanannya ya." ujar wanita ramah itu sambil meletakan segelas es cokelat dan sepotong roti bakar di samping netbooknya.
"terima kasih"
Lagi-lagi, Kinanti tak ingin banyak bicara hari itu dan biarkan senyumnya menjawab lebih banyak. Setelah itu si wanita ramah segera pergi membiarkannya sendirian.
Kinanti mencoba meraih gelas berisi es cokelat kesukaannya. Dia tak suka cokelat. Justru ia lebih menyukai es, ia suka mengunyahnya. Dia tak juga lapar, roti bakar itu cuma pemanis mejanya. Biar ramai.
Hari ini tak ada tugas yang mengejarnya. Semua nampak membuat hidup menuntutnya untuk santai. Namun justru dia bingung dan harus berbuat apa.
Lamunannya kembali pada jendela berkaca besar disampingnya. Sepertinya peri hujan masih senang bermain hingga senja memilih buru-buru pulang. Senja yang lewat sebentar. Kali ini senja tak juga sempat mampir. Kinanti pun menghela nafas dan memejamkan matanya sebentar, membuang beban pikiran di udara.
Ia membuka matanya lagi. Tiba-tiba ia tertarik pada netbook di mejanya. Membuka beberapa folder dan melihat gambar-gambar barangkali bisa membuat pikirannya lebih segar.
***