"Udah , Tuan Putri?"
"Sudaah.. Yok!!"
"Kalau udah, turun dong "
"Ihh kamu, masi aja ngajak ngelucu dulu. Kita ini beda sekolah loh. Jangan sampai aku telat . Kalo kamu yang telat sih aku rela hehe", katanya menimpal dengan cekikikan.
"Loh..jadi gitu. Turunin beneran deh ini kalo gitu" jawab Josua berubah judes.
"Eh bercandaa. Yuk yuk.." gadis itu merajuk.
Mesin motor pun dinyalakan, suaranya makin menjauh dan samar-samar keduanya hilang. Menuju sekolah meraih cita-cintanya.
***
Bandung, 5 Januari 2016
Tatapannya menyapu dan ruangan ini memang masih kosong. Suasana lengang. Mirip saat jam kuliah pagi. Tak biasanya, padahal jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Kalender pun mengabarkan ini malam minggu. Kemana muda-mudi yang membawa romansa dan bau parfum pheromone. Apa mereka takut baunya luntur terkena hujan? Ah iya, tempat ini mungkin justru malah sedang bahagia--atau gadis itu--, karena tak perlu jadi penonton kisah klise gejolak muda-mudi labil.
Kemudian seseorang mencairkan pandangan Kinanti yang sempat membeku di depan pintu sebuah Cafe. Wajah yang sudah tak asing. Senyum dua centimeter kanan kiri pada bibir wanita itu barangkali jadi make up wajib daripada pipi ber-blush on yang rasanya ingin mengalahkan pesona senja atau gincu yang mirip vampire persis setelah menghisap korbannya. Kinanti mulai mencair kena radiasi senyumnya.