Bayangkan saja, saya pernah terbangun di nyaris jam empat pagi. Namun diwaktu itu saya masih mendengar suara dari masjid yang mengumumkan seperti ini, "waktu sudah menunjukan pukul 3.57 menit, masih ada waktu untuk sahur". Ya, kurang lebih seperti itu. Jangan tanya berapa total mereka meningatkan, karena saya sendiri belum pernah menghitung berapa kali saya pernah diingatkan untuk bangun. Suka bangun mepet cyint! Kalau nggak malah terlalu pagi, di jam tiga sudah ada suara-suara itu berkumandang.
Cara Anak-anak Itu Membangunkan Saya
Yang ini lebih-lebih lagi. Keberadaan mereka yang lain ini, jadi yang membuat saya kebangetan kalau tidak terbangun juga.
Awal puasa di Jogja, saya sempat terkejut dengan suara nyaring tersebut. Apalagi jendela kamar saya juga sengaja tidak saya tutup. Btw, kosan saya ada di lantai dua. Pernah menduga, saya kira suara ngajak tawuran, eh bukan suara anak-anak membangunkan untuk sahur rupanya. Haha.Ya, keberadaan suara dari anak-anak rasanya membuat alarm di handphone saya tiada berguna lagi.
Jika dibayangkan, semua nampak saling mendukung untuk membangunkan sahur,yah?
Tetapi cerita lain mengungkap sebaliknya.
Meski sudah ada suara dari toa masjid, sudah ada anak-anak yang semangat pagi-pagi, nyatanya saya pernah juga menjadi nyaris tidak terbangun dan melewatkan sahur. Mau tahu apa yang lalu berhasil membangunkan saya?
Suara ketukan pintu dari Ibu Kos.
Ya, begitulah.
Salam,
Listhia H Rahman