“Tapi..”
“Apa?Gak ada perjanjian diawal? Ayolah Kinanthi..aku jauh-jauh ke sini lho. Ambil jaket gih..”
“Yaudah..sebentar deh..kamu dari dulu emang suka dadakan.”
Tanpa penolakan, Kinanthi mengiyakan permintaan Algis. Hanya satu keinginannya, meski Tristan tidak pernah tahu smoga ia memaafkan kelakuannya, begitu juga teman-temannya.
Sepanjang perjalanan, keduanya masih melakukan hal yang sama, terlibat percakapan yang tak ada habisnya. Kinanthi tidak lagi gugup, lama-lama ia menikmatinya. Menikmati malam bersama masa lalunya.
“Jadi, kamu udah ijin sama pacarmu?siapa tuh namanya?”
“Tristan? Hmmm..nggak”
“Nanti kalau kalian marahan?”
“Hmmm..nggak akan..kamu sendiri, gimana sama mbak pacar?”
“Yang mana?”
“Yang terbaru deh...”