“Oke Kinan..sampai ketemu besok. Aku bakal bawain kesukaan kamu. Bye Kinan..”
“Bye”
Dua tahun, Kinanthi mengunci pintunya rapat-rapat untuk masa lalunya. Tapi nyatanya hanya butuh tak kurang dari sepuluh menit, ia mendobraknya sendiri.
Kinanthi jadi merasa bersalah, terutama pada kekasihnya, Tristan. Mungkin memang Tristan tidak boleh sampai tahu soal ini. Biar jadi rahasianya diam-diam.
***
Drrrrttt. Satu pesan masuk, Algis.
Kinanthi, aku udah di Semarang, jam lima tadi sampainya. Ini udah mau beres ketemu client. Sekitar setengah jam lagi aku ke rumahmu.
Kinanthi tahu untuk membatalkan pertemuan itu, kini sudah terlambat. Lagipula, sedari awal ia sendiri memang tak pernah menolak.
“Sungguh Kinan yang lemah”, ia mengatai dirinya sendiri.
Drrrt.drrt.drrt.
Panggilan masuk ; Algis.