Kamu ,yang makin hari makin tidak merasa.
“Kemana,hal-hal yang dulu, yang kau lakukan demi mendapat perhatianku? Aku rindu,sungguh”
Seperti hari ini , kemarin dan sebelumnya, kamu masih mengganggap keadaan biasa-biasa, tak ada apa-apa.Padahal ada yang hilang pada dirimu dan sayangnya hanya aku yang sadar .
Sial.
***
Kutemukan seikat bunga mawar dimeja. Bukan hanya satu, beberapa. Di letakkan begitu saja, dan kamu pulang tanpa pamitan.
“Kamu pikir, bunga ini yang ku nantikan setiap hari?”
Kesal.
Aku petik kelopak bunga itu,satu-satu. Pengganti air mataku.
Sampai bunga pemberianmu tidak ada rupanya lagi. Berserakan dimana-mana. Bertebaran ditiup angin dari jendela yang sengaja ku buka. Kemana-mana. Seperti kamu dalam pikirku. Tak jelas arahnya.
Begitulah nasib bungamu setiap datang di rumahku.
Perempuan memang suka bunga dan kamu melakukan teori itu padaku. Tapi, bukan itu.
“Dasar tidak peka!”
***
Satu-satunya untuk bersamamu adalah menahan kantuk. Karena kamu lebih suka datang malam-malam, dengan rindu. Rindu yang penawarnya aku. Sedang rinduku, dibiarkan menumpuk . Kamu biarkan lama-lama , jadi plak.
“Kenapa, ketika kamu berhasil bersamaku justru kamu tidak lakukan lagi padaku!”
“Karena aku sudah bahagia bersamamu..”
“Kita akhiri saja!”
“Bukan...bukan begitu...”
“Atau permintaanku terlalu sulit?"
"Beri aku waktu.."
"Tenang..malam ini akan panjang, karena tak ada jerami yang sengaja aku bakar, tak ada bunyi tumbuk lesung yang kubuat-buat...Kokok ayam masih tepat pada waktunya"
Padahal cintaku bukan Roro Jonggrang pada Bandung Bodowoso, yang bersyarat semalam seribu candi . Kamu lupa, dengan apa aku bisa jatuh cinta.
Pada Puisi,
yang kamu kutuk aku didalamnya abadi.