You are what you eat!
Hampir setiap hari kita tidak melupakan aktifitas yang satu ini, makan. Ya, siapa sih yang tidak suka makan? Memang kita masih bisa hidup sehari tanpa makan.
Tetapi, esoknya pasti badan lemas karena tak ada energi. Makan adalah cara untuk menyambung kehidupan. Sebagai makhluk omnivora yang memakan segala macam , manusia adalah juaranya.
Makanan yang kita makan sehari-hari bisa berubah setiap hari ataupun ada yang tetap dominan. Misal, nasi sebagai makanan pokok.
Sebagian besar masyarakat Indonesia mempunyai kepercayaan bahwa kalau tidak makan nasi berarti belum makan, membuat nasi menjadi salah satu yang tak boleh dilupakan.
Namun, bukan hanya nasi saja tentunya yang kita makan, ada bahan makanan lain yang menjadi teman makan, mulai dari tumbuhan (sayuran) dan hewan (daging-dagingan).
Nah, apa yang kita makan sehari-hari sebenarnya akan membentuk sebuah pola konsumsi, yaitu susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Di Indonesia , pola konsumsi masih belum sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Masih banyak ditemukan masyarakat yang mengonsumi makanan beresiko lebih dari satu kali dalam sehari.
Dalam hal ini , konsumsi makanan beresiko adalah seperti makanan tinggi lemak,gula, dan garam. Kebiasaan ini yang dapat berkorelasi dengan kejadian-kejadian penyakit degeneratif seperti diabetes milletus, darah tinggi dan penyakit jantung.
Menurut Riskesdas 2013, berikut adalah fakta-fakta “menakjubkan” terkait pola konsumsi Masyarakat Indonesia dengan sampel sebanyak 835.258 orang diatas usia 10 tahun.
Setengah dari Penduduk Indonesia Mengonsumsi Makanan/Minuman Manis Lebih dari 1 Kali
Ternyata bukan hanya orang Indonesia yang banyak berwajah manis, pola konsumsi makan minum manispun juga banyak. Angka nasional yang didapat bahkan mencapai 53,1 persen, atau hampir setengah dari jumlah masyarakat Indonesia menyukai kebiasaan ini.
Berikut daftar provinsi dengan konsumsi makanan/minuman manis adalah Kalimantan Selatan, DIY, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.
40 Persen Penduduk Indonesia Menyukai Makanan Berlemak , Berkolesterol dan Gorengan
Bisa kita lihat saat ini, tak terhitung banyaknya pedagang makanan yang menjual makanan yang menggunakan minyak dalam pemasakannya, seperti gorengan.
Nah, ternyata fenomena ini mempengaruhi perilaku konsumsi makanan masyarakat lho. Menurut hasil yang didapat, proporsi nasional penduduk dengan perilaku konsumsi makanan berlemak , berkolesterol dan makanan gorengan lebih dari satu kali per hari sebesar 40,7 persen.
Lima provinsi tertinggi di atas rerata nasional adalah Jawa Tengah, DI Yogyakarta , Jawa Barat , Jawa Timur , dan Banten. Jika dilihat, lima provinsi ini berada di pulau Jawa.
Empat dari Lima Penduduk Indonesia Mengonsumsi Penyedap
Memang agak sulit untuk mengontrol penggunaan bahan tambahan makanan ini terlebih jika kebiasaan makan di luar (tidak membuat makanan sendiri).
Penggunaan penyedap yang mudah didapat dan murah, membuat bahan tambahan makanan ini jadi jurus jitu untuk menyulap makanan lebih enak dilidah.
Dalam data dihasilkan sebesar 77,3 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi penyedap dan yang tertinggi ada di Bangka Belitung dan terendah ada di Aceh.
Satu dari Sepuluh Penduduk Mengonsumsi Mi Instan lebih dari 1 Kali Sehari
Mi instan merupakan salah satu olahan makanan yang berbahan dasar tepung. Produk lain yang berbahan dasar tepung dapat dikategori sebagai makanan beresiko karena makanan dari olahan tepung dapat dicurigai mengandung bahan/lapisan lilin dan bahan pengawet. Contoh makanan olahan yang lain adalah,mi basah roti dan biskuit.
Setidaknya ada 7 provinsi yang memiliki tingkat konsumsi mi instan yang tinggi yaitu Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Papua , Kalimantan Tengah , Maluku dan Kalimantan Barat. Oya, Jangan-jangan penyumbang terbesar konsumi mi ini adalah para mahasiswa/i.
Perubahan yang Terjadi Selama 6 Tahun Terkait “Konsumsi Makanan Beresiko”
Berdasarkan perbandingan data di tahun 2007 dan 2013, hanya empat kelompok yang bisa dibandingkan yaitu makanan yang dibakar, makanan asin, makanan dan minuman manis serta makanan berbumbu penyedap.
Sebagian besar mengalami penurunan, kecuali kebiasaan konsumsi makanan asin.
Itulah beberapa fakta-fakta yang berhasil dirangkum dari data Riskesdas 2013. Jangan-jangan selama ini kita menyumbang data-data tersebut juga. Yuk, sama-sama belajar memilih makanan yang tidak hanya enak namun bergizi dan menyehatkan.
Jangan sampai makanan yang kita makan mengundang penyakit untuk berdatangan. Ingat, di jaman ini penyakit infeksi sudah jarang dan yang justru bertambah banyak dan pesat adalah pasien-penyakit-penyakit degeneratif yang bisa jadi akibat aktifitas dan pola makan yang salah.
Apa yang akan terjadi di data Riskesdas yang akan mendatang?
So,“Tell me what you eat and i will tell you what you are”
Salam Bergizi Tinggi,
Listhia H Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI