Mohon tunggu...
Abu Bakar
Abu Bakar Mohon Tunggu... -

Budayakan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kamu Pernah Mengemis Jabatan?

18 Desember 2018   12:11 Diperbarui: 18 Desember 2018   12:19 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis fatonah

Rasulullah SAW tidak melarang kita menjadi pemimpin tapi melarang kita meminta jabatan.seperti hadis di bawah :
 
34.16/3404. Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu'aib bin Laits telah menceritakan kepadaku bapakku Syu'aib bin Laits telah menceritakan kepadaku Laits bin Sa'ad telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abu Habib dari Bakr bin 'Amru dari Al Harits bin Yazid Al Hadhrami dari Ibnu Hujairah Al Akbar dari Abu Dzar dia berkata, saya berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?"

Abu Dzar berkata, "Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda: "Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." (HR. MUSLIM)

Hadits ini menunjukkan sebab larangan meminta jabatan, yakni kelemahan dari Abu Dzar Al Ghifari Radhiallahu 'Anhu. Kelemahan itu dapat membuat seseorang tidak cakap menjalankan amanahnya sehingga akan membawa malapetaka dan penyesalan di akhirat. 

Sehingga larangan ini adalah khusus bagi mereka yang lemah. Ada pun bagi yang mampu menjalankan dengan baik dan sesuai haknya, maka ini di luar larangan tersebut dan tidak akan mengalami penyesalan yang dimaksud. Oleh karenanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan: "... kecuali bagi orang yang mengambilnya sesuai haknya dan menjalankannya dengan baik." Pengecualian ini harus diperhatikan, jangan hanya melihat larangannya saja. 

Namun, di sisi lain pengecualian ini juga menunjukkan betapa hanya sedikit manusia yang mampu menjalankannya, sehingga dia dijadikan pengecualian, dan biasanya pengecualian selalu lebih sedikit dibanding umumnya.

Mencalonkan diri atau meminta jabatan baik jabatan negara, kemasyarakatan dan keagamaan seperti imam masjid, imam sholat, ketua rt/rw, lurah dan lain sebagainya. Dalam budaya aktivis muslim dalam bingkai tawadhu, zuhud , ikhlas, dan waro. 

Memang sudah hal yang tabu dan tidak biasa. Sebagian ulama berpendapat boleh-boleh saja meminta jabatan, sama sekali bukan hal yang dibenci.Tentunya jika dia benar-benar ingin berjuang untuk agama, berkhidmat untuk umat, dan memiliki kecakapan terhadap jabatan tersebut. Bukan untuk memperkaya diri dan ambisi-ambisi pribadi apalagi lagi menyalahgunakannya.

Banyak manusia menggunakan hadits Abu Dzar dalam melarang meminta jabatan, tetapi kenapa mereka tidak mau melihat hadits berikut ini?
Utsman bin Abu Al 'Ash Radhiallahu 'Anhu berkata:

Wahai Rasulullah jadikanlah aku sebagai pemimpin bagi kaumku! Beliau bersabda: "Engkau adalah pemimpin bagi mereka, perhatikanlah orang yang paling lemah di antara mereka, dan angkatlah seorang muadzin dan jangan upah dia karena adzannya." (HR. Abu Daud No. 531, Ahmad No. 17906, Ath Thabarani dalam Al Mu'jam Al Kabir No. 8365, An Nasa'i dalam As Sunan Al Kubra No. 1636, Al Hakim No. 715, katanya: shahih sesuai syarat Imam Muslim. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Ta'liq Musnad Ahmad No. 17906)

Jelas sekali seorang sahabat nabi, Utsman bin Abu Al 'Ash Radhialahu 'Anhu meminta kedudukan sebagai pemimpin bagi kaumnya -yakni dalam konteks hadits ini adalah pemimpin shalat- dan nabi pun menunjuknya sebagai seorang pemimpin bagi kaumnya itu. Para pensyarah hadits juga menjelaskan bahwa hadits ini dalil kebolehan meminta jabatan kepemimpinan,

Berikut ini pendapat para ulama tentang meminta jabatan dan juga kepemimpinan:
1. Imam Abul Hasan Al Mawardi Rahimahullah berkata:
 

"Sebagian fuqaha mengatakan bahwa memperebutkan jabatan kepemimpinan tidaklah tercela dan terlarang, dan mengincar jabatan imamah bukan suatu yang dibenci." (Al Ahkam As Sulthaniyah, Hal. 7)

2. Imam Ash Shan'ani Rahimahullah mengomentari:
{ }

Hadits ini menunjukkan kebolehan meminta jabatan kepemimpinan dalam kebaikan. Telah ada di antara doa-doa para ibadurrahman, di mana Allah Ta'ala menyifati mereka dengan sifat tersebut, bahwa mereka berkata (Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang bertaqwa), dan meminta jabatan itu bukanlah merupakan hal yang dibenci. (Subulus Salam, 1/128)

3. Syaikh Said bin 'Ali bin Wahf Al Qahthani Hafizhahullah juga mengutip perkataan Imam Ash Shan'ani di atas, lalu dia melanjutkan:
-- -- .

Sesungguhnya hal ini terkait dengan jabatan dunia yang tidak usah ditentang orang yang memintanya, dan tidak pula berhak diberikan kepada yang memintanya, namun jika dia niatnya bagus dan diperkuat oleh keinginan untuk menjalankan kewajiban dan dakwah ilallah 'Azza wa Jalla, maka tidak apa-apa meminta jabatan itu. (Al Imamah fish Shalah, Hal. 4)
Mari perhatikan sejenak tentang kisah nabi yusuf yang kisah nya diabadikan dalam al-qur'an Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Yusuf 'Alaihissalam yang meminta kepada raja agar dirinya dijadikan penanggung jawab keuangan negerinya:

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (QS. Yusuf: 55)

Ayat ini menerangkan dua hal, yaitu pertama, meminta jabatan, kedua, syarat menjadi pejabat yakni hafizhun 'alim ( pandai menjaga amanah dan berpengetahuan). Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak selayaknya seseorang meminta-minta jabatan. Seseorang harus jujur atas dirinya sendiri, jujur atas niat dan kemampuan dirinya. Ayat ini sering dijadikan dasar para ulama tentang kebolehan meminta jabatan dengan syarat seperti di atas. Berbanding terbalik dengan cerita menolak jabatan menganggam dirinya tak pantas dan tak sanggu menanggung pertanggung jawaban di akhirat kelak.

cerita tentang penolakan ustadz abdul shomad menolak di calonkan menjadi cawapres dari prabowo belau tetap pada statement nya "saya akan jadi ustadz sampai mati"
Ustadz Abdul Somad (UAS) akhirnya memberikan alasannya mengapa ia merasa tak mampu menjadi Cawapres.Ustaz Abdul Somad lebih memilih Salim Segaf Al-Juhri sebagai tokoh yang pas untuk jabatan tersebut.Apa sebenarnya yang membuat dai sejuta viewers ini enggan mengincar kursi RI-2.UAS menyebut dirinya lebih baik jadi dai dan pendidik saja.

Namun sebenarnya ada yang membuat UAS akhirnya sadar diri.Dari tayangan Talkshow tvone, Senin (6/8/2018), UAS menceritakan sebenarnya ada sebuah tulisan yang menyentuh hatinya.UAS tak menyebut siapa pemilik tulisan tersebut

Namun tulisan mengenai dirinya itu pun konon sampai membuat Ustaz Abdul Somad tersadar.

"Saya tentu lebih mengerti dengan diri saya. Saya tentu lebih tahu tentang diri saya. Dan saya berazam sampai mati untuk menjadi ustad saja," kata Abdul Somad di tengah ribuan umat yang memadati lapangan Pamedan.Menurutnya, keputusan itu dipilih karena kakeknya sedari dulu sudah berazam, menginginkan cucunya menjadi ulama yang mencerdaskan umat.Karena itu, dia pun sedari kecil sudah disekolahkan di sekolah agama.

Bahkan sang kakek sudah bertekad menyekolahkannya sendiri.Kakeknya sudah berwasiat dengan menyiapkan dua hektar kebun kelapa untuk menyekolahkannya."Jadi saya sudah berazam sampai mati untuk tetap menjadi ustad," tegasnya.

Sementara itu, Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) mendeklarasikan dukungan terhadap Ustadz Abdul Somad atau UAS untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.

Ketua ACTA Krist Ibnu Wahyudi berujar, UAS bisa diterima berbagai kelompok lapisan masyarakat.Karena itu, dianggap cocok untuk mendampingi Prabowo yang dianggap sebagai sosok nasionalis."Prabowo berlatar belakang militer, UAS sipil. 

Prabowo nasionalis, UAS religius," ujar Krist di kantor ACTA di Jalan Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa siang.Krist menerangkan, ACTA siap mendorong UAS dan mendampingi Prabowo saat mendaftarkan ke Komisi Pemiliah Umum.Sebab, Prabowo dan UAS dianggap pasangan yang melengkapi."Kami harapkan pasangan Prabowo-UAS segera didaftarkan ke KPU," ucap Krist.

Presidium ACTA dan Koordinator PA 212, Habib Novel Bamukmin, menuturkan pemilihanUAS juga selaras dengan rekomendasi dari ijtima ulama."UAS adalah ulama yang paling tahu situasi kondisi di masyarakat Indonesia," ucap Novel.Novel berharap, partai-partai koalisi keummatan cerdas mengambil isyarat.Menurutnya, UAS pasti bersedia untuk mendampingi Prabowo padaPilpres 2019.

"UAS Insyaallah bersedia asalkan kalau sudah dideklarasikan partai-partai koalisi umat langsung menempatkan, dideklarasikan UAS bersedia," kata Novel.Novel mengatakan, UAS didorong oleh Ijtima Ulama dan alumni 212 di Palembang.Menurut Novel, UAS memang tidak mengaku tidak siap menerima langsung juga tidak siap untuk tidak menerima.

"Dan memang beginilah akhlak ulama menerima tidak, menolak juga tidak. Akan tetapi UAS tidak akan pernah mau menawarkan diri mempersiapkan diri. Itu akhlaknya ulama yang memang tidak ada ada ambisi kekuasaan," kata Novel.Novel menyebut, pimpinan PA 212, FPI dan pihak GNPF Ulama sudah menemui Somad di Palembang terkait hal ini."Sudah berkumpul ketua PA 212 Slamet Maarif kemudian juga dari GNPF Ulama, Kiai Sobri Lubis (Ketum FPI) sudah bertemu dengan UAS di Palembang," tutur Novel.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan kita di perbolekan meminta suatu jabatan dengan syarat-syarat tertentu namun apabila syarat-syarat itu tidak ada dalam diri pribadi kita makan jangan sekali-kali kita bermain-main dengan nya. 

Dan mengenai tetntang hadis yang melarang seseorang untuk mencalonkan diri atau meminta jabatan baik jabatan negara, kemasyarakatan dan keagamaan seperti imam masjid, imam sholat, ketua rt/rw, lurah dan lain sebagainya. larangan ini hanya berlaku khusus bagi mereka yang lemah. Ada pun bagi yang mampu menjalankan dengan baik dan sesuai haknya.

Demikian pemaparan dari saya mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam pemikiran dan penyusunan karna yang sempurna hanya milik allah SWT  Sampai bertemu lagi.

Trimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun