"Sebagian fuqaha mengatakan bahwa memperebutkan jabatan kepemimpinan tidaklah tercela dan terlarang, dan mengincar jabatan imamah bukan suatu yang dibenci."Â (Al Ahkam As Sulthaniyah, Hal. 7)
2. Imam Ash Shan'ani Rahimahullah mengomentari:
{ }
Hadits ini menunjukkan kebolehan meminta jabatan kepemimpinan dalam kebaikan. Telah ada di antara doa-doa para ibadurrahman, di mana Allah Ta'ala menyifati mereka dengan sifat tersebut, bahwa mereka berkata (Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang bertaqwa), dan meminta jabatan itu bukanlah merupakan hal yang dibenci. (Subulus Salam, 1/128)
3. Syaikh Said bin 'Ali bin Wahf Al Qahthani Hafizhahullah juga mengutip perkataan Imam Ash Shan'ani di atas, lalu dia melanjutkan:
-- -- .
Sesungguhnya hal ini terkait dengan jabatan dunia yang tidak usah ditentang orang yang memintanya, dan tidak pula berhak diberikan kepada yang memintanya, namun jika dia niatnya bagus dan diperkuat oleh keinginan untuk menjalankan kewajiban dan dakwah ilallah 'Azza wa Jalla, maka tidak apa-apa meminta jabatan itu. (Al Imamah fish Shalah, Hal. 4)
Mari perhatikan sejenak tentang kisah nabi yusuf yang kisah nya diabadikan dalam al-qur'an Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Yusuf 'Alaihissalam yang meminta kepada raja agar dirinya dijadikan penanggung jawab keuangan negerinya:
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (QS. Yusuf: 55)
Ayat ini menerangkan dua hal, yaitu pertama, meminta jabatan, kedua, syarat menjadi pejabat yakni hafizhun 'alim ( pandai menjaga amanah dan berpengetahuan). Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak selayaknya seseorang meminta-minta jabatan. Seseorang harus jujur atas dirinya sendiri, jujur atas niat dan kemampuan dirinya. Ayat ini sering dijadikan dasar para ulama tentang kebolehan meminta jabatan dengan syarat seperti di atas. Berbanding terbalik dengan cerita menolak jabatan menganggam dirinya tak pantas dan tak sanggu menanggung pertanggung jawaban di akhirat kelak.
cerita tentang penolakan ustadz abdul shomad menolak di calonkan menjadi cawapres dari prabowo belau tetap pada statement nya "saya akan jadi ustadz sampai mati"
Ustadz Abdul Somad (UAS) akhirnya memberikan alasannya mengapa ia merasa tak mampu menjadi Cawapres.Ustaz Abdul Somad lebih memilih Salim Segaf Al-Juhri sebagai tokoh yang pas untuk jabatan tersebut.Apa sebenarnya yang membuat dai sejuta viewers ini enggan mengincar kursi RI-2.UAS menyebut dirinya lebih baik jadi dai dan pendidik saja.
Namun sebenarnya ada yang membuat UAS akhirnya sadar diri.Dari tayangan Talkshow tvone, Senin (6/8/2018), UAS menceritakan sebenarnya ada sebuah tulisan yang menyentuh hatinya.UAS tak menyebut siapa pemilik tulisan tersebut
Namun tulisan mengenai dirinya itu pun konon sampai membuat Ustaz Abdul Somad tersadar.
"Saya tentu lebih mengerti dengan diri saya. Saya tentu lebih tahu tentang diri saya. Dan saya berazam sampai mati untuk menjadi ustad saja," kata Abdul Somad di tengah ribuan umat yang memadati lapangan Pamedan.Menurutnya, keputusan itu dipilih karena kakeknya sedari dulu sudah berazam, menginginkan cucunya menjadi ulama yang mencerdaskan umat.Karena itu, dia pun sedari kecil sudah disekolahkan di sekolah agama.