"Apa? Aku tidak bilang apa-apa." Jawabnya dingin.
Sampai di sebuah villa. Rades masuk, ia berkeliling dan berteriak memanggil papa, mama dan adiknya bergantian. Namun tak ada satupun yang menyahut. Dan munculah tukang kebun yang biasa mejaga villa keluarganya, memberikan informasi bahwa Pak Ryo dan yang lain sedang keluar pamit mencari makan.
"Kenapa kamu ngajakn aku ke sini?" Tanyaku basa-basi.
"Randa yang minta. Permintaannya emang selalu merepotkan." Gerutunya pelan lalu diam.
Jadilah kami berdua duduk dalam diam di ruang tamu, membiarkan televisi ramai diantara kesunyian kami. Rades sibuk menelfon Pak Ryo yang tak kunjung diangkat. Aku haus, aku ke dapur. Rades mengikuti.
"Kamu bisa masak?" Tanyanya saat aku membuka pintu lemari pendingin mencari sesuatu yang bisa aku minum. Sebenarnya aku juga lapar. Di sana hanya terdapat sekotak susu dan es krim.
"Masak ya bisa, tapi rasanya nggak jamin deh bisa dimakan. Hehe. Mau ini?" Kusodorkan sekotak es krim ke dadanya.
Ia mengambilnya lalu memukulkanya pelan ke kepalaku.
"Huu... Ngakunya cewek, tapi g bisa masak." Gerutunya.
Ia tertawa puas, kemudian ia mengambil dua sendok, satu disodorkannya padaku. Jadilah kami berdua menghabiskan sekotak es krim rasa coklat berdua. Suasana mulai mencair. Ia banyak tertawa melempar lelucon yang belum pernah aku dengar dari seorang Rades. Ada apa lagi ini, Rades? Apa jangan-jangan kamu ini bipolar? Punya kepribadian ganda?
Sekotak es krim sudah habis, Pak Ryo dan yang lain tak kunjung datang. Mengantuk, akhirnya aku merebahkan diri di sofa panjang. Belum lagi lelap, Randa sudah duduk di atas perutku. Aku terperanjat kaget.