Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Trouble Maker (Part 8)

26 Maret 2019   14:13 Diperbarui: 26 Maret 2019   14:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku semakin bingung. Cerita macam apa lagi ini? Pak Ryo dan Rades bilang begitu, Adrian bilang begini. Apa jangan-jangan, Radit selama ini pacaran sama aku hanya karena aku mirip dengan Najwa? Cuma untuk membuat marah Rades? Bukan karena benar-benar suka denganku? Jadi, sikap dinginnya selama ini hanya....?? Aduh, kepalaku semakin pusing.

***

Tiga hari berlalu, kesehatanku berangsur pulih dan aku sudah siap untuk menghadapi hari-hari di sekolah lagi. Begitu tahu aku akan masuk sekolah hari ini, pagi-pagi sekali Adrian sudah nangkring depan rumah bersama skuter kesayangannya.

Sejak pulang dari rumah sakit, Rades tidak perah menjengukku di rumah. Bahkan sekedar chat atau telfonpun tidak. Apa sebenarnya yang ada dalam fikirannya? Ah, bodoh amat. Yang penting Rades tidak menggangguku lagi. Itu saja sudah cukup membuat hidupku tenang.

Tapi ketenangan itu rasanya harus segera berakhir. Begitu sampai di pintu kelas, aku sudah dikejutkan dengan keberadaan Rades yang duduk di bangkuku. Aku letakkan saja tas di atas mejaku, lalu keluar kelas berniat ke kantin sebelum bel masuk berbunyi. Rades tak berucap sepatah katapun. Bener-benar aneh ini orang, lagi pula bukan Rades sih kalau melakukan hal yang tidak aneh, iya kan?

Tapi keanehan Rades tidak cuma berhenti di situ saja. Ketika istirahat, aku berpapasan dengannya tapi dia tidak menegurku bahkan bersikap seolah tak melihatku, setiap bertemu denganku, ia pasang wajah yang memuakkan. Rades mulai membabi buta dan beraksi sama seperti dulu bersama geng TM. Ia tak pernah mau berbicara denganku, bahkan setiap kali aku hampiri, dia menghindar. Sebenarnya ada apa dengan Rades? Dasar manusia labil.

Tapi, satu hal yang membuatku semakin habis logika memikirkan Rades, setiap sore dia rutin SMS mengingatkanku buat ke rumahnya untuk menjenguk dan menemani Randa bermain. Satu SMS per hari, setiap aku balas, ia tak meresponnya lagi. Di rumahnya, ia bersikap acuh tak acuh melihatku. Memang pernah sesekali Randa mengajaknya untuk bermain bersama kami, tapi dia tak berbicara sepatah katapun padaku.

Suatu ketika, sengaja aku pura-pura lupa waktu saat menemani Randa, tak terasa waktu sudah malam, Randa meminta Rades mengantarku. Entah dengan terpaksa atau tidak Rades mengantarku.

Suhu dalam mobil terasa mencekam, posisi duduk kami dekat, tapi terasa sangat jauh, sunyi, hanya terdengar suara desah mobil yang melaju. Aku ingin membuka pembicaraan tapi tak punya keberanian. Aku berniat menyalakan radio saja, mengusir perasaan aneh dan asing dalam mobil ini. Tangan kami bersamaan menyentuh tombol untuk menyalakan radio. "Sorry!" Ucap kami bersamaan, untuk beberapa waktu kemudian, kembali tercipta kesunyian.

Sampai depan rumah. Ia tetap duduk dalam diamnya di belakang kemudi tanpa mematikan mesin mobilnya. Aku turun, dia tetap diam, menoleh saja tidak.  Rades jauh lebih menakutkan saat diam tidak bicara.

"Thanks. Mau mampir ke rumah?" Ucapku kagok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun