"Bereskan? " Ucapnya menyebalkan.
 "Kamu belum pernah diajarkan sopan santun ya, Des? Itu Mama aku, boleh kamu kasar dan sengak sama aku, tapi setidaknya sama orang yang lebih tua harus tahu etika dan tata krama."
"Stop! Sudah deh. Tidak usah memperbesar masalah. Aku tidak suka debat sama kamu."
Ku palingkan muka. Emosi ku tahan. Bisa-bisanya Rades ngomong gitu.
"Kak Rades kok marahin kak Prinsa sih?"
Suara Randa seketika membuyarkan perdebatan kami.
"Randa! Kamu udah bangun, sayang?" Sergahku sambil membantu Randa untuk meninggikan bantalnya. Dengan segera Rades mendekati Randa.
 "Ya udah! Kak Prinsa, Kak Rades minta maaf  ya?" Tukas Rades melembut.
" Iya, aku maafkan," Aku tidak jadi marah sama Rades.
Semalaman aku dan Rades menemani Randa. Rades membacakan buku cerita untuk Randa dengan penuh keceriaan, kelembutan dan perhatian. Inikah seorang Rades bagi Randa?
Selepas Randa tertidur lelap, Rades mengajakku untuk jalan-jalan di sekitar rumahnya, sambil sesekali ngobrol tentang dirinya dan keluarga ini yang katanya begitu harmonis hingga sampai ketika seorang wanita datang merayu papanya, Rades menyebut ibunya Radit dengan sebutan wanita jalang. Terlihat jelas sekali kebencian dimatanya. Selama beberapa tahun pertama waktu papanya menikahi wanita itu, kehidupan mamanya seperti terlantar, tentu saja waktu itu masih belum ada Randa. Baru setelah Randa lahir, Pak Ryo kembali mencurahkan kasih sayangnya pada keluarganya, ternyata wanita itu tak bisa memberi keturunan bagi Pak Ryo. Sedang Radit adalah anak hasil pernikahan wanita itu dengan suami sebelumnya. Sedangkan ayah kandung Radit tak tahu entah kemana sekarang, ada yang bilang ayahnya kabur ke luar negeri terkait kasus penyelundupan narkoba. Jadi wajar saja jika Pak Ryo lebih sayang pada Rades dari pada Radit. Dan sekarang ketika Pak Ryo hendak menceraikan wanita itu, selalu saja ada halangan dan alasan yang dibuat-buat oleh wanita itu yang intinya dia tidak mau dicerai.