"Hehe. Bercanda. Dia tetap tidak mau kembali. Tapi bukan cinta kalau tidak diperjuangkan. Cinta tidak bakal datang gitu aja kalau tidak dijemput."
***
Hari-hari berlari tanpa ada hal yang mengesankan terjadi. 2 hari lagi Radit dan Eno akan segera hengkang dari rumah. Sedang Geng TM masih aman merajalela. Aku tak perduli dengan mereka yang memusuhiku, terlebih Herman dan Rades. Keduanya benar-benar membuatku kesal. Dan belakangan ini terdengar kabar kalau geng TM pecah. Ada perseteruan di antara mereka. Â Sementara Radit, dia sibuk, semakin sibuk untuk mempersiapkan diri. Kufikir untuk saat ini tidak boleh ganggu konsentrasi dia dulu. Dan Rinta, entah kenapa aku merasa dia semakin menjauh dariku. Jarang jalan bersama lagi.
"Pulang sendirian? Aku antar ya?" Tiba-tiba sepotong suara yang terdengar ramah menjarah lamunanku.
      "Tidak usah terimakasih."
      "Udah! Aku anterin ya?" Adrian menarik tanganku. Belum Adrian melangkah, sudah ada tangan lain yang melepaskan tangannya.
      "Aku yang nganterin kamu."
      "Rades?"
      Rades langsung menarikku pergi. Dia terus menuntunku menuju tempat parkir. Dibukanya pintu mobilnya.
      "MASUK!" Rades mendorongku pelan untuk masuk.
      Aku duduk di samping kursi kemudi yang tentu saja Rades yang mengemudi. Rades langsung melajukan mobilnya meninggalkan sekolah, entah akan kemana.