Merekapun bersedia menginap ketika aku tawari. Segeralah aku bergegas ke dalam rumah untuk membicarakannya dengan Mama, ada paviliun kosong sebelah rumah yang bisa dipakai tapi masih harus sedikit dibersihkan karena sudah lama tidak dipakai.
***
      Fajar baru saja terbit. Tapi Radit dan Eno sudah menggedor-gedor pintu kamarku, membuat aku dan Rinta yang kuundang turut menginap semalam, kelabakan untuk bangun. Padahal aku dan Rinta sudah sepakat hibernasi, ngebangkong di minggu pagi ini.
      "Bangun cepetan, kita jogging, mumpung masih pagi. Sekalian kamu nunjukin ke kita sekitar sini," Eno beralasan.
      "Aaa.....males, masih ngantuk, semalem aku tidur jam 3."
      "Katanya baru sakit, jangan tidur terus dong, olah raga biar sehat."
Eno dan Radit tak mau mengerti. Mereka tetap memaksa, ya sudah, ku turuti saja. Selepas mandi, kami berempat langsung menyisir jalan sekitar komplek  yang masih cukup lengang untuk lari-lari kecil menikmati udara segar pagi hari. Dan pagi ini, aku baru tahu kalau Radit dan Eno itu mahasiswa. Mereka sedang skripsi dan kedatangan mereka ke kota ini untuk menyelesaikan skripsi mereka. Tidak jelas skripsi apa yang mereka buat. Tapi yang jelas mereka bakal super sibuk.
Aku dan Radit duduk di trotoar jalan. Cuma berdua. Sedang Eno dan Rinta entah kemana tadi. Tiba-tiba Hp ku memekik, itu dari Rinta, katanya dia dan Eno sudah balik duluan. Rinta keseleo dan Eno mengantarkan. Ah, dasar Rinta ada saja alasannya. Â Â
***
      Sekolah lagi, berjibaku lagi dengan perasaa takut. Di depan kelas aku dan Rinta bertemu dengan Radit.
      "Udah sembuh?" Tanyanya dengan tanpa ekspresi.