Dahulu isinya adalah hasil bumi sekarang berubah menjadi makanan yang bisa dibeli, tidak diharuskan dari hasil kebun sendiri. Kami mendengarkan secara saksama sambil mengambil kue bolu di dalamnya.
Karena kami hanya pengunjung dan tidak mempunyai tujuan untuk beribadah, apalagi punya jabatan penting seperti gubernur, kami tidak bisa masuk pura dan hanya berkeliling di sekitarnya saja. Kami memantau dari luar saja.
Pada saat itu mereka sedang beribadah, tapi si gadis ini tidak ikut membuat hati saya bertanya-tanya. Ternyata kalau "sedang halangan", perempuan tidak boleh mengikuti ibadah ini. Setahu saya hal ini juga berlaku kalau memasuki Pura, karena beberapa bulan yang lalu pada saat saya dan rombongan datang ke Pura Segara dan mau memasuki bagian terluar Pura oleh penjaganya ditanyakan hal ini. Waktu itu kami sedang beruntung, karena Pura tidak boleh dimasuki secara leluasa.
Pada saat makan saya mendengar suara musik menggema lagi. Pikir upacara sudah selesai, tetapi kenapa ada suara musik berkumandang? Dengan cepat saya menghabiskan makanan dan berjalan ke luar.
Ternyata pada saat pulang, prosesi yang membawa peralatan Pura juga harus diiringi musik. Seru juga melihatnya. Sedikit mengambil dokumentasi dan pastinya lebih banyak berswafoto, ahahahay.
Mari melihat Jakarta dari sisi lain #EnjoyJakarta (...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H