Laporan penelitian ini menarik untuk melihat potensi sharing economy dan khususnya industry ride-hailing terutama untuk mengetahui lebih jelas ketimpangan gender. Hasil lengkap penelitian dapat diakses di sini.Â
Dampak dari bisnis sharing economy ini telah kita rasakan bahkan hampir di seluruh dunia. Penelitian ini mengutip laporan Nielsen (2014) dimana secara global dua pertiga konsumen akan berpartisipasi dalam sharing economy dengan ketertarikan lebih tinggi di pasar yang berkembang. Ride-hailing merupakan pionir dalam industri sharing economy.Â
Secara global, diperkirakan 18 persen masyarakat menggunakan jasa ini pada 12 bulan terakhir, sudah jelas seperti saya dan sebagian besar Anda adalah diantaranya. Diperkirakan jumlahnya delapan kali lipat bertambah pada tahun 2030 dengan total perjalanan 100 juta per hari. Â
Mencari nafkah dengan menjadi driver/pengemudi didominasi laki-laki bukan hanya di Indonesia tapi hampir  di negara-negara lain di dunia. 98 persen pengemudi taksi di London adalah laki-laki. Ride-hailing meningkatkan partisipasi perempuan menjadi pengemudi. 20 persen pengemudi Uber di Amerika adalah perempuan.
Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan ride-hailing Uber. Untuk pengumpulan data, mereka menggunakan kombinasi data anonym, agregat, dan studi literature, studi terfokus dan suvey 11 ribu perempuan dan laki-laki pengguna Uber.Â
Tim peneliti juga melakukan konsultasi dengan kurang lebih 40 ahli tentang gender, transportasi dan peluang kerja yang menjanjikan di masa depan. Penelitian dilakukan di enam negara pangsa pasar Uber yaitu Republik Arab Mesir, India, Indonesia, Mexico, Afrika Selatan, dan Inggris.Â
Negara-negara tersebut dipilih untuk merepresentasikan kewilayahan, budaya, ketimpangan gender, konteks ekonomi  dan pembangunan sosial.
Salah satu temuan menarik dari  studi ini  terutama dalam konteks Indonesia adalah norma-norma sosial membatasi perempuan menekuni profesi sebagai pengemudi ride-hailing.Â
Secara keseluruhan, 11 persen perempuan pengemudi yang disurvey mengatakan teman atau keluarga tidak menyetujui keputusan mereka untuk menjadi pengemudi.Â
56 persen pengemudi laki-laki di Mesir dan Indonesia yang disurvey mengaku tidak senang jika perempuan di keluarga mereka bermaksud untuk menjadi pengemudi Uber.Â
Sebaliknya di India, Meksiko, dan Inggris mereka mengaku senang-senang saja jika perempuan bermaksud untuk mendaftar sebagai pengemudi Uber.