Embrio yang jadi secara hukum menjadi milik laki-laki gay ini yang kemudian ditanam ke perempuan/Ibu pengganti di India. Untuk menghindari hukum, agen/klinik memindahkan ibu hamil ini ke luar India seperti Nepal untuk melahirkan dan menyerahkan si bayi kepada si pemesan/klien.
Pasti tidak ada jawaban yang sederhana dari fenomena ini. Melarang surrogacy mungkin bukan sepenuhnya menjawab persolan terutama pada persoalan kemiskinan. Kematian bayi yang dilahirkan di luar surrogacy juga besar di India.Â
Menurut Bank Dunia, India berada di urutan 129 dari 184 negara untuk kematian ibu melahirkan dan berada di urutan 145 dari 193 negara untuk kematian bayi yang dilahirkan.
Saya mengamini perhatian penulis pada dampak kesehatan, terutama kesehatan reproduksi perempuan yang melakukan praktik ini.Â
Juga keterlibatan secara kejiwaan selama proses kehamilan yang tentu saja berdampak jangka panjang pada kehidupan perempuan, karena pada kenyataannya yang melakukan praktik ini sebagian besar para perempuan muda.Â
Belum lagi isu yang terkait dengan penyakit dan juga bisnis yang melibatkan jaringan internasional. Terbayang, betapa rentannya para perempuan-perempuan muda ini, seperti cerita yang disinggung di atas.Â
Mungkin Anda bertanya, mengapa India bisa mengizinkan praktik surrogacy ini? Respons manusia terkait dengan kelahiran, hidup dan kematian sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan. Agama yang paling banyak dianut di India adalah Hindu.Â
Hindu termasuk agama sangat liberal terkait dengan bantuan teknologi reproduksi (ART). Hindu setuju hampir semua teknik reproduksi hasil temuan medis namun mensyaratkan oocyte dan sperma yang digunakan dalam prosedur ini (lebih baik) berasal dari pasangan yang menikah.Â
Hindu juga menerima konsep donasi sperma namun pendonor harus berasal dari lingkungan kerabat atau masih ada hubungan keluarga. Pengguguran kandungan tidak dilarang dan juga adopsi anak dari keluarga besar merupakan praktik yang biasa dilakukan.Â
Untuk itulah, India memperbolehkan praktik ini berjalan. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di artikel ini.
Mengakhiri tulisan ini, dengan semakin banyaknya pengalaman dan pembelajaran, sudah semestinya ada kebijakan yang lebih baik untuk memberikan perlindungan terutama untuk memastikan hak-hak perempuan dan juga anak terlindungi. Karena mereka lah masa depan kita sesungguhnya.Â