Cerita ini adalah pengalaman pribadi penulis yang baru saja terjadi minggu ini.
Beberapa hari yang lalu, rumah saya dimasuki oleh orang yang tidak bertanggung jawab alias pencuri pada siang hari saat saya bekerja. Setiap hari rumah saya dalam kondisi kosong. Saya yang tinggal ber-3 dengan adik memegang kunci masing-masing.
Barang-barang yang diambil oleh pencuri adalah 2 set laptop yang berada di kamar, mp3 player, game player, helm, bahkan parfum murah sayapun ikut diambil.
Saya yakin kalau barang-barang yang sudah hilang tersebut kemungkinan kecil tidak akan kembali. Tetapi, yang tidak habis saya pikir adalah dari mana dia masuk ? Karena pada saat adik saya datang, semua pintu terkunci rapat. Apakah dia punya kunci duplikat? Kalau punya, darimana dia mendapatkan masternya?
Kecurigaan saya dan beberapa tetangga mengarah ke mantan tukang cuci saya yang pernah bekerja beberapa bulan yang lalu. Saya memang pernah meninggalkan kunci ke dia. Apalagi, kalau dilihat proses kerjanya si pencuri rapi sekali. Kamar saya masih dalam posisi yang rapi. Bahkan 'notebook' yang saya letakkan dibalik tumpukan bantalpun dia ambil tanpa merusak susunan bantal saya..
Akan tetapi untuk menuduh begitu saja ke mantan tukang cuci tersebut kan tidak bisa.. Karena tidak ada bukti. Bisa-bisa malah saya yang nanti diperkarakan.
Tanpa sepengetahuan saya, salah satu tetangga.. Mbak Iis, menceritakan kejadian tersebut kepada tukang urut di kampung sebelah yang kebetulan juga berprofesi sebagai paranormal.
Menurut penglihatan- nya, yang mengambil barang-barang saya adalah pasangan suami istri. Si istri yang mengambil sedangkan si suami menunggu di loteng. Itulah sebabnya pekerjaannya rapi karena dia sudah tahu kondisi rumah.
Setelah mendengar cerita tetangga saya di atas, kecurigaan saya semakin bertambah kepada mantan tukang cuci saya. Tetapi sekali lagi, saya tidak dapat membuktikan hal tersebut hanya dengan ucapan si paranormal tersebut.
Melihat mimik muka saya yang masih penasaran, maka tetangga saya menawarkan untuk ke rumah si paranormal tersebut setelah magrib agar saya yakin.
Sebenarnya saya dari dulu tidak percaya dengan hal-hal 'klenik' seperti itu. Tetapi kali ini berbeda. Mungkin karena ada ikatan emosional dengan kejadian yang saya alami maka tawarannya saya setujui.
Setelah magrib, kami berangkat ke rumah paranormal tersebut.
Bayangan rumah paranormal yang penuh dengan gambar-gambar aneh hilang semua setelah saya memasuki rumah Bu Mar (begitu panggilannya). Rumahnya berada di pelosok-pelosok perkampungan kumuh. Orangnya sangat sedehana. Usianya mungkin sekitar 50an tahun. Penampilannya sama seperti ibu-ibu pada umumnya.
"Bu.. Maaf.. Tadi pagi saya dapat informasi dari Mbak Iis bahwa Ibu mengetahui pencuri yang masuk ke rumah saya", tanya saya membuka percakapan.
"Maaf Neng.. Sebetulnya sudah telat untuk mengetahui pencurinya.. Karena sudah lewat dari 24 jam", jawabnya.
"Tapi tadi pagi bukankah Ibu mengatakan ke Mbak Iis bahwa pencurinya sepasang suami istri?".
"Saya cuma bilang, pencurinya berdua.. Bisa perempuan bisa juga laki-laki..", kilahnya. Mendengar itu timbul rasa malas saya untuk bertanya lagi. Karena apa yang dikatakannya tadi pagi ke Mbak Iis sangat berbeda.. Kalau jawabannya begitu, orang mau meninggal pun bisa menjawab seperti itu.
Karena saya diam saja, maka dia mulai mengoceh menceritakan segala ilmu yang dimilikinya termasuk ilmu-ilmu santet yang dimiliki oleh saudaranya di luar kota.
Selama 20 menit dia mengoceh begitu.. Dan saya cuma melihatnya saja tanpa ekspresi. Mau pamit tapi belum ada kesempatan.
Melihat saya diam saja, tiba-tiba dia bertanya, "di rumah tinggal sama siapa?".
"Ber-4 Bu.. Saya dan 2 orang adik saya lalu ipar saya". Jawab saya malas.
"Hmmm... ", dia menundukkan kepalanya. "Biasanya kalau cara kerjanya seperti itu, bisa jadi adalah orang terdekat Neng.. Karena dia tahu seluk beluk suasana rumah..".
"Maksud Ibu..??", tanya saya kaget.
"Yaaah.. Emang menyakitkan kalau mengetahui yang sebenarnya.."
"Tu de poin aja Bu.. Jangan bikin saya tambah bingung..", desak saya.
"Udah lah Neng.. Mudah-mudahan tidak terulang lagi.. Dia memang lagi kepepet.. Butuh uang..".
"Siapa Bu? Maksud Ibu, Adik ipar saya?!!..", tanya saya setengah berteriak karena tidak percaya dengan 'penglihatan' dia..
Saya bertatapan dengan Mbak Iis untuk mengisyaratkan cepat keluar dari rumah dia karena dugaan-dugaannya yang sudah simpang siur.
Terus terang, saya sakit hati juga mendengar dugaan dia itu.. Saya tahu sekali dengan adik ipar saya. Tidak mungkin lah dia berbuat sekejam itu ke saya. Apalagi dia seorang muslim yang taat.
Setelah berpamitan, saya dan Mbak Iis berjalan gontai menuju rumah. Ada rasa penyesalan mendalam, kenapa saya mengikuti hal-hal yang semula sudah bertentangan dengan hati saya yang terdalam.
Selama perjalanan pulang, tidak henti-hentinya saya membaca istiqfar agar segala pikiran dan hati yang sempat 'tercuci' sebentar tadi dapat dihilangkaNya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H