"Maksud Ibu..??", tanya saya kaget.
"Yaaah.. Emang menyakitkan kalau mengetahui yang sebenarnya.."
"Tu de poin aja Bu.. Jangan bikin saya tambah bingung..", desak saya.
"Udah lah Neng.. Mudah-mudahan tidak terulang lagi.. Dia memang lagi kepepet.. Butuh uang..".
"Siapa Bu? Maksud Ibu, Adik ipar saya?!!..", tanya saya setengah berteriak karena tidak percaya dengan 'penglihatan' dia..
Saya bertatapan dengan Mbak Iis untuk mengisyaratkan cepat keluar dari rumah dia karena dugaan-dugaannya yang sudah simpang siur.
Terus terang, saya sakit hati juga mendengar dugaan dia itu.. Saya tahu sekali dengan adik ipar saya. Tidak mungkin lah dia berbuat sekejam itu ke saya. Apalagi dia seorang muslim yang taat.
Setelah berpamitan, saya dan Mbak Iis berjalan gontai menuju rumah. Ada rasa penyesalan mendalam, kenapa saya mengikuti hal-hal yang semula sudah bertentangan dengan hati saya yang terdalam.
Selama perjalanan pulang, tidak henti-hentinya saya membaca istiqfar agar segala pikiran dan hati yang sempat 'tercuci' sebentar tadi dapat dihilangkaNya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H