Mohon tunggu...
Neviwarti Mawardi
Neviwarti Mawardi Mohon Tunggu... -

sedang belajar menuangkan kata per kata dari hati dan pikiran melalui ke-10 ujung jari-jari ini ke keyboard untuk dapat menjadikan suatu kalimat yang berarti..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ohh mbak enah... teganya dirimu..

4 Desember 2010   07:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"mb aq minta maaf aq dh gk bsa nyuci di tmpt mbak lg aq skrang krja pgi ma sore di kos2an. mb cari ganti aja ya tx.."

 

begitu bunyi sms yang aku terima dari mbak enah tukang cuci mingguan yang bekerja sudah 6 bulan di rumah aku.

 

 kaget bercampur kesal juga aku pada saat menerima sms tersebut.  bagaimana tidak? kok segitu gampangnya mengundurkan diri.. hanya mengirim sms aja.. padahal dia sudah kami anggap keluarga sendiri. ditambah lagi minggu ini cucian aku banyak banget.. uhhhh..

 

 penasaran dengan tempat kerja barunya, aku langsung telpon dia. mencoba mencari tahu kenapa dia keluar,

 

saya : "kok berhenti mbak? apakah kami ada salah?"

 

mb. enah : "nggak mbak.. saya mau berhenti saja.. selain mbak.. saya juga udah berhenti kerja di rumah bu joko, bu juju, dan bu win.. ".

 

(sebelum bekerja di rumah aku, mbak enah sudah bekerja terlebih dahulu di rumah ibu-ibu yang disebutkan tadi.  dia bekerja disana setiap hari sedangkan di rumah aku hanya sabtu/minggu saja).

 

saya : "wah.. kenapa begitu? kan mbak bekerja udah lama di rumah mereka?.. kasihan dong mereka?.... emang gaji di kos-kosan lebih besar dari tempat saya ya?"

 

mb. enah : "lumayan mbak..  hampir 1 juta sebulan"

 

saya : "wah.. banyak banget.. hampir sama dengan gaji saya sebulan.. 1 juta itu untuk berapa pintu?".

 

mb. enah : "9 pintu mbak... "

 

saya : "owh.. semoga betah dan gajinya dapat membantu keluarga mbak deh.. "

 

begitu aku menutup sms tersebut.  karena aku sudah menangkap maksud kenapa dia pindah kerja ke kos-kosan tersebut.

 

pada saat  dia menyebutkan '9 pintu' langsung otakku bekerja menghitung penghasilan yang diterimanya.

 

gaji yang diterima di tempat kos dengan 9 pintu :

==>taroklah gaji yang diterima hampir 1 juta,  berarti 1 pintu dia mendapatkan rp. 111.111,- per bulannya. kalau si pemilik kos memberikan tips pun, paling-paling dia mendapatkan maksimal rp. 120.000,-/bulan/pintu.  gaji  tersebut diterima dengan bekerja pada hari senin s/d minggu dari pagi - sore.

 

bekerja di rumah aku :

==> dia mendapatkan hampir rp. 500.0000,-/bulan (gaji  + tips bulanan) belum lagi uang jajan yang kami berikan untuk anak nya.  gaji tersebut diterima dengan bekerja hanya setiap hari sabtu/minggu/hari besar (bekerja apabila aku libur kerja saja).

 

bekerja di rumah-rumah tetangga lain :

==> gaji bulanan rp. 250.000,- /bulan/pintu, belum termasuk tips dan lain-lain (gaji bulanan  yang diterima oleh mbak enah adalah upah standar pembantu/tukang cuci di kampung kami). 

 

total penghasilan di rumah aku dan ibu-ibu è rp. 500.000,- + (rp. 250.000 x 3) = rp. 1.200.000,- /bulan.  selisih rp. 200.000,- (belum termasuk tips dari ibu-ibu).

                     

apabila dihitung-hitung secara matematis perbandingan di atas, seharusnya dia mendapatkan gaji yang lebih  apabila bekerja di rumahku dan beberapa rumah tetangga.  tetapi  kenapa dia langsung berhenti begitu saja ? apakah dia tergiur dengan angka 1 juta rupiah per bulan yang jumlah nol nya ada 6 ?

 

ooh.. mbak enah.. teganya dirimu padaku.. kau tinggalkan diriku sendiri dengan cucian yang minggu ini banyak sekali.. ihiksss...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun