Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2019 menyundul angka 20 juta orang. Sekitar 20 persen atau 4 juta orang diantaranya, bersumber dari kontribusi wisman pada wisata bahari. Untuk 2016, tingkat kunjungan wisman pada wisata bahari ditargetkan mencapai 1,8 juta orang, atau bertumbuh bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan 1,3 juta orang.
Dari jumlah wisman yang kebanyakan berasal dari Eropa juga Australia itu, fulus yang bisa ditangguk terbilang gede banget. Malah mencapai tujuh kali lipat APBN 2015. “Jika kita kelola dengan baik, wisata bahari diperkirakan akan menghasilkan sekitar US$ 1,2 triliun per tahun,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata.
Wisata bahari yang “baru” memberi kontribusi 20 persen, jelas membuktikan bahwa potensinya di masa mendatang amat sangat besar. Sebagai “Negara Kepulauan”, semestinya kita bisa lebih menggenjot perolehan devisa dari wisata bahari. Karena, begitu banyak obyek wisata bahari yang bisa diandalkan, meskipun untuk itu pembenahan sarana dan infrastruktur harus terus digesa peningkatannya.


Saya termasuk yang pernah menikmati betapa luar biasa indahnya Raja Ampat. Pada Oktober tahun lalu, saya berkesempatan menyaksikan eksotisme alam bawah laut di Raja Ampat yang berada di barat bagian Kepala Burung (Vogelkop). Ia merupakan rangkaian dari empat gugusan pulau besar, yaitu Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.
Ciamiknya panorama alam “lukisan Tuhan” di Raja Ampat sudah kondang hingga mancanegara. Belum lama ini, Raja Ampat didapuk sebagai The Best Destination kategori Adventure oleh Mondo Travel Magazine asal Finlandia. Bukan cuma itu, media setenar CNN bahkan menganugerahkan Raja Ampat sebagai 2015 World’s Best Snorkeling Destination. Amazing!
Sebagai wisatawan domestik yang pernah melakukan diving di Raja Ampat, saya mengapresiasi dua penghargaan bergengsi dari dua media luar negeri itu sebagai sesuatu yang tidak salah alamat.


Dari Bandara Dominique Edward Osok di Sorong, rombongan menyewa empat taksi. Tarifnya Rp 200.000 per taksi untuk perjalanan pergi-pulang menuju ke salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di bukit Kota Sorong yaitu Pagoda Sapta Ratna. Bangunan atau kuil ini bercirikan atap menjulang yang bertumpuk hingga tujuh tingkat. Hitung-hitung, ini bisa menjadi wisata rohani bagi saudara-saudara kita yang beribadah di Pagoda.
Saya bersama rekan-rekan juga beruntung dapat ber-wiskul, wisata kuliner di salah satu rumah makan yang ada di Jalan Sam Ratulangi 88 (Kampung Baru). Sajian menu seafoodnya tiada tanding, ikan plus udang bakar.
Persis di sebelah rumah makan, ada Toko Batik Khas Papua. Jadilah ini sambil menyelam minum air, wiskul sekalian wisata etnik. Batik Papua, seperti juga batik-batik etnik lainnya, memiliki desain dan motif tradisional yang begitu menarik. Warna-warni yang menjadi dasar Batik Papua pun sangat menarik, apalagi ditingkahi dengan motif ikon tradisional seperti Rumah Honai, Burung Cenderawasih, alat musik Tifa, patung ukiran Suku Asmat, senjata khas dan masih banyak lagi.



Rombongan pun kemudian mengarah ke pelabuhan. Dari sini, saya bersama rekan-rekan menumpang ferry ‘Bahari Express’ menuju Pelabuhan Waisai di Raja Ampat. Perjalanan laut ini butuh waktu dua jam dengan kondisi ferry yang nyaman. Tarif untuk penumpang kelas Ekonomi adalah Rp 130.000. Biarpun Ekonomi, tapi tetap dapat menikmati sejuknya AC. Bedanya dengan kelas VIP hanya Karaoke.
Sebagai catatan, ketika di Pelabuhan Sorong, setiap penumpang yang akan menuju Raja Ampat diwajibkan membayar semacam uang pemeliharaan lingkungan. Besarannya lumayan juga, Rp 500.000 per orang dan berlaku selama satu tahun. Sebagai imbalannya, kita diberikan pin seukuran tutup gelas, yang bertuliskan slogan untuk memelihara lingkungan hidup di Raja Ampat. Pin harus dipasang pada setiap tas wisatawan.



Selama kurun waktu empat hari di resort, kami tercatat melakukan 15 kali penyelaman. Acapkali menyelam tentu saja memiliki pengalaman dan sensasi yang berbeda-beda. Maklum, di Raja Ampat 540 jenis karang keras atau 75 persen dari total jenis karang yang ada di seluruh dunia. Selain itu, ada pula lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 60 jenis udang karang, dan 700 jenis moluska. Jadi enggak salah dong kalau saya membenarkan, Raja Ampat itu surganya penggila diving (dan snorkeling).
Setiap kegiatan penyelaman selalu dicatat dalam buku aktivitas diving dan selalu mendapat pantauan dari instruktur diving. Tak berlebihan kalau spot-spot penyelaman dapat saya sebutkan berikut kedalaman, visibility bawah air, dan berjenis-jenis ikan yang kami jumpai. Berturut-turut spotpenyelaman itu dimulai dari Friwen, sekitar 20 menit dengan mengendarai boat. Kami mulai terjun menyelam pada jam 10.00 – 11.00 wit, di kedalaman sampai dengan 23,8 meter, dan jarak pandang (visibility) mencapai 20 meter. Ikan-ikan yang sempat disaksikan seperti: wabegong, moray eel, nudi branch dan schooling fish.



Adapun spot-spot penyelaman lainnya seperti House Reef, Sardines, Chicken, Five Rocks dan Manta Sandy. Lokasi yang terakhir ini lumayan jauh, sekitar 40 menit dari resort dengan menggunakan speedboat. Penyelaman dilakukan pada 10.11 – 11.01 wit, pada kedalaman 15,8 meter. Sesuai namanya, Manta Sandy, disinilah spot untuk berjumpa dengan ikan Pari Manta yang sangat besar dan lebar itu. Saya sendiri bisa menyaksikan ikan Pari Manta pada cleaning station dengan visibility 5 meter. Spotpenyelaman lainnya ada di Arborek Jetty, Mikes Point, Blue Magic, Cape Kri, dan GV Park. Sejumlah spot lainnya dilakukan dua kali penyelaman, maksudnya siang dan malam.
Dari 15 spot penyelaman, yang paling sensasional menurut saya adalah ketika menyelam di Cape Kri dan Magic Blue. Spot Cape Kri menawarkan pengalaman “berdampingan” dan menyaksikan ikan-ikan laut dalam Raja Ampat yang sangat luar biasa. Mulai dari schooling blue fish, beautiful corals, nudi branch, barracuda, hingga white tip shark. Disini, para penyelam menggunakan hook pada bebatuan karang untuk dapat tetap stabil berada di dalam laut, meski arus terkadang menguat dan kemudian kembali sedang. Oh ya, visibility yang tercatat adalah 20 meter.


Untuk soal kejernihan air, tidak menjadi persoalan umum. Air di Raja Ampat sangat bersih, bening dan dapat mencapai jarak pandang hingga 20 meter. Untuk yang baru pertama kali menyelam, tingkat kesulitannya adalah harus bersiap menghadapi arus sedang dan kuat.
Potensi Ekowisata
Setelah mengetahui bagaimana potensi dan keunikan wisata bahari di Raja Ampat yang teramat eksotis, kiranya Papua juga perlu memperkenalkan kepada para pelancong, tentang betapa kayanya sumber daya alam provinsi paling Timur dari Indonesia ini. Termasuk, bagaimana misalnya perusahaan swasta mengelola program Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat sekitar.



Diantara destinasi yang bisa dikunjungi misalnya, melihat bagaimana program ekonomi dilaksanakan sesuai CSR PTFI melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan entitas masyarakat. Program terkait pemberdayaan ekonomi yang tetap menyokong kearifan lokal itu misalnya --- seperti yang termuat situs resmi PTFI ---, program perikanan tangkap yang telah dimulai oleh PTFI sejak 2009 dengan melibatkan LPMAK dan Koperasi Maria Bintang Laut (KMBL) dari Keuskupan Timika.
Program peternakan di Desa Wangirja (SP IX) dan Desa Utikini Baru (SP XII) ditujukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat di kampung tersebut. Juga Program Kebun Sagu yang mengembangkan Kebun Sagu di Kampung Nayaro sebagai upaya awal untuk mencapai ketahanan pangan yang berbasis pada kearifan dan karakter lokal; Program Pertanian Dataran Rendah di SP IX, SP XII dan di kampung-kampung Kamoro dengan menargetkan pengembangan pemanfaatan lahan perkarangan melalui tanaman hortikultura; dan, Program Wanatani Kopi dan Hortikultura yang intinya merupakan pengembangan ekonomi masyarakat di dataran tinggi Amungme dengan berfokus kepada pengembangan usaha wanatani kopi, pendampingan budidaya tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Produk yang sudah kondang tak lain adalah Kopi Amungme.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI