Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Pariwisata Papua, Dari Wisata Bahari Sampai Ekowisata

30 Desember 2016   13:47 Diperbarui: 30 Desember 2016   13:59 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyelam di Raja Ampat yang begitu mempesona. Masa depan pariwisata Indonesia. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)

Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2019 menyundul angka 20 juta orang. Sekitar 20 persen atau 4 juta orang diantaranya, bersumber dari kontribusi wisman pada wisata bahari. Untuk 2016, tingkat kunjungan wisman pada wisata bahari ditargetkan mencapai 1,8 juta orang, atau bertumbuh bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan 1,3 juta orang.

Dari jumlah wisman yang kebanyakan berasal dari Eropa juga Australia itu, fulus yang bisa ditangguk terbilang gede banget. Malah mencapai tujuh kali lipat APBN 2015. “Jika kita kelola dengan baik, wisata bahari diperkirakan akan menghasilkan sekitar US$ 1,2 triliun per tahun,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata.

Wisata bahari yang “baru” memberi kontribusi 20 persen, jelas membuktikan bahwa potensinya di masa mendatang amat sangat besar. Sebagai “Negara Kepulauan”, semestinya kita bisa lebih menggenjot perolehan devisa dari wisata bahari. Karena, begitu banyak obyek wisata bahari yang bisa diandalkan, meskipun untuk itu pembenahan sarana dan infrastruktur harus terus digesa peningkatannya.

Berpose di Pagoda Sapta Ratna, Sorong. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)
Berpose di Pagoda Sapta Ratna, Sorong. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)
Menumpang ferry Bahari Express dari Sorong menuju Raja Ampat. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)
Menumpang ferry Bahari Express dari Sorong menuju Raja Ampat. (Foto: Dok, KDC/Lisdiana Sari)
Mana saja misalnya, destinasi wisata bahari yang bisa diunggulkan? Sebutlah Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung (Banten), KEK Mandalika (NTB), Komodo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan KEK Pulau Morotai (Maluku Utara), dan jangan kesampingkan Raja Ampat (Papua Barat).

Saya termasuk yang pernah menikmati betapa luar biasa indahnya Raja Ampat. Pada Oktober tahun lalu, saya berkesempatan menyaksikan eksotisme alam bawah laut di Raja Ampat yang berada di barat bagian Kepala Burung (Vogelkop). Ia merupakan rangkaian dari empat gugusan pulau besar, yaitu Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.

Ciamiknya panorama alam “lukisan Tuhan” di Raja Ampat sudah kondang hingga mancanegara. Belum lama ini, Raja Ampat didapuk sebagai The Best Destination kategori Adventure oleh Mondo Travel Magazine asal Finlandia. Bukan cuma itu, media setenar CNN bahkan menganugerahkan Raja Ampat sebagai 2015 World’s Best Snorkeling Destination. Amazing!

Sebagai wisatawan domestik yang pernah melakukan diving di Raja Ampat, saya mengapresiasi dua penghargaan bergengsi dari dua media luar negeri itu sebagai sesuatu yang tidak salah alamat.

Tiba di Pelabuhan Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Tiba di Pelabuhan Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Lokasi menginap di Doberoy Eco Resort, Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Lokasi menginap di Doberoy Eco Resort, Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Perjalanan saya bersama sejumlah rekan untuk diving ke Raja Ampat, bermula dari rute penerbangan Jakarta menuju Sorong (Papua Barat), yang diselingi transit selama dua jam di Makassar (Sulawesi Selatan). Begitu mendarat di Sorong, arloji menunjukkan 08.40 wit.

Dari Bandara Dominique Edward Osok di Sorong, rombongan menyewa empat taksi. Tarifnya Rp 200.000 per taksi untuk perjalanan pergi-pulang menuju ke salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di bukit Kota Sorong yaitu Pagoda Sapta Ratna. Bangunan atau kuil ini bercirikan atap menjulang yang bertumpuk hingga tujuh tingkat. Hitung-hitung, ini bisa menjadi wisata rohani bagi saudara-saudara kita yang beribadah di Pagoda.

Saya bersama rekan-rekan juga beruntung dapat ber-wiskul, wisata kuliner di salah satu rumah makan yang ada di Jalan Sam Ratulangi 88 (Kampung Baru). Sajian menu seafoodnya tiada tanding, ikan plus udang bakar.

Persis di sebelah rumah makan, ada Toko Batik Khas Papua. Jadilah ini sambil menyelam minum air, wiskul sekalian wisata etnik. Batik Papua, seperti juga batik-batik etnik lainnya, memiliki desain dan motif tradisional yang begitu menarik. Warna-warni yang menjadi dasar Batik Papua pun sangat menarik, apalagi ditingkahi dengan motif ikon tradisional seperti Rumah Honai, Burung Cenderawasih, alat musik Tifa, patung ukiran Suku Asmat, senjata khas dan masih banyak lagi.

Menyelam di Raja Ampat yang begitu mempesona. Masa depan pariwisata Indonesia. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Menyelam di Raja Ampat yang begitu mempesona. Masa depan pariwisata Indonesia. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Schooling fish atau ribuan ikan yang berenang bersama penyelam di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Schooling fish atau ribuan ikan yang berenang bersama penyelam di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Coralnya sangat indah. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Coralnya sangat indah. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Rupanya, bagi penyelenggara wisata bahari ke Raja Ampat, melakukan rute wisata rohani, wiskul dan wisata etnik yang baru saja saya beserta rekan-rekan nikmati adalah menjadi suguhan khusus, agar siapa saja turis yang datang di Sorong sedikit banyak dapat mengeksplorasi keindahan Kota Minyak ini.

Rombongan pun kemudian mengarah ke pelabuhan. Dari sini, saya bersama rekan-rekan menumpang ferry ‘Bahari Express’ menuju Pelabuhan Waisai di Raja Ampat. Perjalanan laut ini butuh waktu dua jam dengan kondisi ferry yang nyaman. Tarif untuk penumpang kelas Ekonomi adalah Rp 130.000. Biarpun Ekonomi, tapi tetap dapat menikmati sejuknya AC. Bedanya dengan kelas VIP hanya Karaoke.

Sebagai catatan, ketika di Pelabuhan Sorong, setiap penumpang yang akan menuju Raja Ampat diwajibkan membayar semacam uang pemeliharaan lingkungan. Besarannya lumayan juga, Rp 500.000 per orang dan berlaku selama satu tahun. Sebagai imbalannya, kita diberikan pin seukuran tutup gelas, yang bertuliskan slogan untuk memelihara lingkungan hidup di Raja Ampat. Pin harus dipasang pada setiap tas wisatawan.

Penyu laut yang begitu lestari di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Penyu laut yang begitu lestari di Raja Ampat. (Foto: Dok. KDC/Lisdiana Sari)
Ikan bawah laut yang begitu ikonik di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Ikan bawah laut yang begitu ikonik di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Lestarikan wisata bahari Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Lestarikan wisata bahari Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Setiba di Pelabuhan Waisai (Raja Ampat), saya dan rombongan penyelam sudah ditunggu tiga speedboat untuk diantar menuju lokasi tujuan utama yakni Doberai Eco Resort di Pulau Urai, Waigeo Selatan. Dari sinilah, pengalaman menyelam di Raja Ampat dimulai.

Selama kurun waktu empat hari di resort, kami tercatat melakukan 15 kali penyelaman. Acapkali menyelam tentu saja memiliki pengalaman dan sensasi yang berbeda-beda. Maklum, di Raja Ampat 540 jenis karang keras atau 75 persen dari total jenis karang yang ada di seluruh dunia. Selain itu, ada pula lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 60 jenis udang karang, dan 700 jenis moluska. Jadi enggak salah dong kalau saya membenarkan, Raja Ampat itu surganya penggila diving (dan snorkeling).

Setiap kegiatan penyelaman selalu dicatat dalam buku aktivitas diving dan selalu mendapat pantauan dari instruktur diving. Tak berlebihan kalau spot-spot penyelaman dapat saya sebutkan berikut kedalaman, visibility bawah air, dan berjenis-jenis ikan yang kami jumpai. Berturut-turut spotpenyelaman itu dimulai dari Friwen, sekitar 20 menit dengan mengendarai boat. Kami mulai terjun menyelam pada jam 10.00 – 11.00 wit, di kedalaman sampai dengan 23,8 meter, dan jarak pandang (visibility) mencapai 20 meter. Ikan-ikan yang sempat disaksikan seperti: wabegong, moray eel, nudi branch dan schooling fish.

Hunian ikan laut dalam yang begitu sempurna di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Hunian ikan laut dalam yang begitu sempurna di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Eksotisme Wisata Bahari Raja Ampat dibuktikan dengan makhluk bawah laut yang begitu terjaga kelestariannya. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Eksotisme Wisata Bahari Raja Ampat dibuktikan dengan makhluk bawah laut yang begitu terjaga kelestariannya. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Ini ikan loh ... (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Ini ikan loh ... (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Spot diving kedua berada di Mioskon (sekitar 20 menit dengan naik speedboat). Rombongan mulai menyelam pada jam 12.24 – 13.20 wit pada kedalaman sampai 22,4 meter, dengan visibility 20 meter, dan arus dalam lautnya terasa mengalir sedang. Adapun ikan-ikan yang kami jumpai misalnya, wabegong, moray eel, white tip shark, black tip shark, juga clown fish.

Adapun spot-spot penyelaman lainnya seperti House Reef, Sardines, Chicken, Five Rocks dan Manta Sandy. Lokasi yang terakhir ini lumayan jauh, sekitar 40 menit dari resort dengan menggunakan speedboat. Penyelaman dilakukan pada 10.11 – 11.01 wit, pada kedalaman 15,8 meter. Sesuai namanya, Manta Sandy, disinilah spot untuk berjumpa dengan ikan Pari Manta yang sangat besar dan lebar itu. Saya sendiri bisa menyaksikan ikan Pari Manta pada cleaning station dengan visibility 5 meter. Spotpenyelaman lainnya ada di Arborek Jetty, Mikes Point, Blue Magic, Cape Kri, dan GV Park. Sejumlah spot lainnya dilakukan dua kali penyelaman, maksudnya siang dan malam.

Dari 15 spot penyelaman, yang paling sensasional menurut saya adalah ketika menyelam di Cape Kri dan Magic Blue. Spot Cape Kri menawarkan pengalaman “berdampingan” dan menyaksikan ikan-ikan laut dalam Raja Ampat yang sangat luar biasa. Mulai dari schooling blue fish, beautiful corals, nudi branch, barracuda, hingga white tip shark. Disini, para penyelam menggunakan hook pada bebatuan karang untuk dapat tetap stabil berada di dalam laut, meski arus terkadang menguat dan kemudian kembali sedang. Oh ya, visibility yang tercatat adalah 20 meter.

Berdebar menyaksikan Ikan Pari Manta yang begitu besar. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Berdebar menyaksikan Ikan Pari Manta yang begitu besar. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Adrenalin meningkat lantaran menyaksikan ikan hiu. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Adrenalin meningkat lantaran menyaksikan ikan hiu. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Secara umum, kelestarian coral di lautan Raja Ampat masih sangat terjaga, termasuk di spot-spot penyelaman, kecuali mungkin, yang berada di lokasi dekat pulau yang berpenghuni. Karena itu, sudah sepatutnya apabila seorang dive master mengingatkan kepada para divers untuk tidak memegang/menyentuh atau menginjak karang, dan selalu menggunakan hook atau pin pointers yang tidak akan mengganggu atau merusak coral.

Untuk soal kejernihan air, tidak menjadi persoalan umum. Air di Raja Ampat sangat bersih, bening dan dapat mencapai jarak pandang hingga 20 meter. Untuk yang baru pertama kali menyelam, tingkat kesulitannya adalah harus bersiap menghadapi arus sedang dan kuat.

Potensi Ekowisata

Setelah mengetahui bagaimana potensi dan keunikan wisata bahari di Raja Ampat yang teramat eksotis, kiranya Papua juga perlu memperkenalkan kepada para pelancong, tentang betapa kayanya sumber daya alam provinsi paling Timur dari Indonesia ini. Termasuk, bagaimana misalnya perusahaan swasta mengelola program Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat sekitar.

Pesona wisata bahari Raja Ampat, masa depan potensi salah satu destinasi pariwisata Indonesia. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Pesona wisata bahari Raja Ampat, masa depan potensi salah satu destinasi pariwisata Indonesia. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Raja Ampat, wisata baharinya potensial sekali. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Raja Ampat, wisata baharinya potensial sekali. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Pulau Gosong di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Pulau Gosong di Raja Ampat. (Foto: KDC/Lisdiana Sari)
Apa yang telah dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan program CSR-nya, menurut saya, patut dan layak untuk diketahui secara lebih luas lagi. Artinya, sambil membuka “perjalanan wisata” yang diantaranya berfokus menyaksikan dari dekat program CSR PTFI yang begitu sarat manfaat bagi masyarakat. Boleh jadi, ini dikemas dalam perjalanan Ekowisata.

Diantara destinasi yang bisa dikunjungi misalnya, melihat bagaimana program ekonomi dilaksanakan sesuai CSR PTFI melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan entitas masyarakat. Program terkait pemberdayaan ekonomi yang tetap menyokong kearifan lokal itu misalnya --- seperti yang termuat situs resmi PTFI ---, program perikanan tangkap yang telah dimulai oleh PTFI sejak 2009 dengan melibatkan LPMAK dan Koperasi Maria Bintang Laut (KMBL) dari Keuskupan Timika.

Program peternakan di Desa Wangirja (SP IX) dan Desa Utikini Baru (SP XII) ditujukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat di kampung tersebut. Juga Program Kebun Sagu yang mengembangkan Kebun Sagu di Kampung Nayaro sebagai upaya awal untuk mencapai ketahanan pangan yang berbasis pada kearifan dan karakter lokal; Program Pertanian Dataran Rendah di SP IX, SP XII dan di kampung-kampung Kamoro dengan menargetkan pengembangan pemanfaatan lahan perkarangan melalui tanaman hortikultura; dan, Program Wanatani Kopi dan Hortikultura yang intinya merupakan pengembangan ekonomi masyarakat di dataran tinggi Amungme dengan berfokus kepada pengembangan usaha wanatani kopi, pendampingan budidaya tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Produk yang sudah kondang tak lain adalah Kopi Amungme.

Ekowisata. Menampilkan peternakan ayam yang dikelola masyarakat sebagai program CSR PTFI. (Foto: Situs PTFI)
Ekowisata. Menampilkan peternakan ayam yang dikelola masyarakat sebagai program CSR PTFI. (Foto: Situs PTFI)
Kopi Amungme, jagoan banget. Bisa jadi andalan Ekowisata. (Foto: Situs PTFI)
Kopi Amungme, jagoan banget. Bisa jadi andalan Ekowisata. (Foto: Situs PTFI)
Kiranya, Ekowisata ini penting demi meningkatkan edukasi dan geliat roda perekonomian masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun