KEGIATAN PROSESI NYADRAN DESA SONOAGENG
KECAMATAN PRAMBON KABUPATEN NGANJUK
SEBAGAI PENERAPAN ETNOPEDAGOGI DI KEHIDUPAN MASYARAKAT
Liring Puspita Wulaningrum1, Prof. Dr. Suryanti, M.Pd.2,
Dr. Ganes Gunasyah, S.Pd., M.Pd.3
(1Magister Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya)
(2Magister Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya)
(3Magister Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya)
Email : 24010855085@mhs.unesa.ac.id
ABSTRAK
Nyadran merupakan tradisi budaya yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Prosesi ini menjadi salah satu wujud pelestarian nilai-nilai leluhur yang kaya akan makna spiritual, sosial, dan budaya. Artikel ini mengkaji bagaimana kegiatan Nyadran dapat dilihat sebagai penerapan etnopedagogi, yaitu pendekatan pendidikan berbasis nilai-nilai lokal, dalam membangun harmoni masyarakat. Melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka, ditemukan bahwa tradisi Nyadran di Desa Sonoageng tidak hanya menjadi media komunikasi lintas generasi tetapi juga sarana pembentukan karakter kolektif masyarakat. Nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan penghormatan terhadap leluhur diimplementasikan dalam setiap tahap prosesi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pelestarian budaya lokal sekaligus pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai tradisional.
Kata Kunci : Nyadran, Desa Sonoageng, etnopedagogi, tradisi lokal, harmoni masyarakat, pelestarian budaya.
ABSTRACT
Nyadran is a cultural tradition deeply rooted in the lives of Javanese communities, particularly in Sonoageng Village, Prambon Subdistrict, Nganjuk Regency. This procession serves as a manifestation of preserving ancestral values rich in spiritual, social, and cultural significance. This article examines how Nyadran activities can be viewed as an implementation of ethnopedagogy, an educational approach based on local values, in fostering societal harmony. Through observation, interviews, and literature studies, it is found that the Nyadran tradition in Sonoageng Village not only serves as a medium for intergenerational communication but also as a means of shaping the collective character of the community. Values such as mutual cooperation, tolerance, and respect for ancestors are implemented in every stage of the procession. This study is expected to contribute to the preservation of local culture and the development of education based on traditional values.
Keywords : Nyadran, Sonoageng Village, ethnopedagogy, local traditions, societal harmony, cultural preservation.
- PENDAHULUAN
Tradisi dan budaya lokal merupakan warisan yang tidak ternilai, mencerminkan nilai-nilai luhur suatu masyarakat. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Nyadran, yang umum dilaksanakan di berbagai wilayah Jawa, termasuk di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Nyadran adalah ritual adat yang mencerminkan penghormatan terhadap leluhur sekaligus menjadi sarana pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Dalam konteks pendidikan, kegiatan ini dapat dianalisis melalui pendekatan etnopedagogi, yang menitikberatkan pada integrasi budaya lokal dalam pembentukan karakter masyarakat.
Kegiatan Nyadran di Desa Sonoageng biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk persiapan spiritual. Prosesi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan terdiri dari beberapa tahapan:
- Persiapan
Masyarakat secara gotong royong membersihkan makam leluhur, menyiapkan makanan tradisional seperti tumpeng, dan merangkai bunga. Aktivitas ini mencerminkan nilai kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. - Doa Bersama
Pada hari pelaksanaan, masyarakat berkumpul di makam untuk memanjatkan doa. Doa ini dipimpin oleh tokoh agama setempat, mencerminkan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan keagamaan.
- Kenduri
Setelah doa, dilanjutkan dengan kenduri, di mana makanan yang telah disiapkan dibagikan dan dinikmati bersama. Momen ini menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. - Penutupan
Prosesi diakhiri dengan berbagai kegiatan seni tradisional, seperti wayang kulit atau karawitan, yang menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dan seni lokal.
Nyadran merupakan contoh konkret penerapan etnopedagogi. Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan ini mencakup:
- Gotong Royong: Terlihat dalam persiapan dan pelaksanaan acara, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
- Toleransi dan Keharmonisan: Masyarakat dari berbagai latar belakang bekerja sama tanpa memandang perbedaan.
- Pelestarian Budaya: Seni dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dijaga dan dikembangkan melalui prosesi ini.
Penerapan etnopedagogi dalam Nyadran tidak hanya membangun kesadaran akan identitas budaya lokal tetapi juga menjadi sarana efektif untuk membentuk karakter masyarakat yang menghargai kebhinekaan.
B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk mendeskripsikan secara mendalam tradisi Nyadran di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, serta relevansinya dengan konsep etnopedagogi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai lokal yang terkandung dalam kegiatan Nyadran sebagai salah satu bentuk pembelajaran berbasis budaya.
2. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Subjek penelitian meliputi tokoh masyarakat, pelaku budaya (seperti sesepuh adat), tokoh agama, dan masyarakat umum yang terlibat langsung dalam kegiatan Nyadran.
3. Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap proses persiapan, pelaksanaan, dan penutupan tradisi Nyadran. Observasi dilakukan secara partisipatif untuk memperoleh data yang autentik.
Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan masyarakat yang berpartisipasi dalam tradisi Nyadran. Pertanyaan wawancara disusun secara semi-terstruktur untuk memungkinkan penggalian data yang mendalam terkait nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi ini.
Studi Dokumen
Peneliti mengkaji dokumen-dokumen lokal, seperti catatan sejarah desa, arsip adat, dan literatur terkait Nyadran, untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Perekaman dan Dokumentasi
Seluruh prosesi kegiatan Nyadran didokumentasikan melalui foto, video, dan catatan lapangan untuk keperluan analisis lebih lanjut.
4. Teknik Analisis Data
Data dianalisis menggunakan metode analisis interaktif yang melibatkan tiga tahapan utama:
Reduksi Data
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumen dirangkum untuk memfokuskan pada informasi yang relevan.
Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi deskriptif yang menggambarkan setiap tahap prosesi Nyadran serta nilai-nilai etnopedagogi yang terkandung di dalamnya.
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan ditarik berdasarkan data yang telah direduksi dan dianalisis, dengan tetap merujuk pada tujuan penelitian.
5. Kriteria Validitas Data
Validitas data dijaga dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode, yakni membandingkan hasil observasi dengan data wawancara dan dokumen untuk memastikan konsistensi informasi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama terkait pelaksanaan prosesi Nyadran di Desa Sonoageng serta implementasi nilai-nilai etnopedagogi di dalamnya:
Tahapan Prosesi Nyadran
Prosesi Nyadran di Desa Sonoageng terdiri dari empat tahap utama, yaitu:
- Persiapan: Kegiatan ini melibatkan pembersihan makam, penyusunan sesaji, dan persiapan makanan tradisional. Seluruh aktivitas dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat.
- Doa Bersama: Dilaksanakan di area pemakaman dengan dipimpin oleh tokoh agama. Doa ditujukan untuk arwah leluhur dan keberkahan bagi masyarakat.
- Kenduri: Masyarakat berkumpul untuk menikmati hidangan tradisional sebagai simbol kebersamaan.
- Penutupan: Acara diakhiri dengan pertunjukan seni budaya seperti wayang kulit dan karawitan, yang menjadi simbol pelestarian budaya.
Nilai-nilai Etnopedagogi
Nilai-nilai berikut ditemukan dalam prosesi Nyadran:
- Gotong Royong: Seluruh tahapan dilakukan secara bersama-sama tanpa memandang status sosial.
- Toleransi: Kegiatan ini mengakomodasi seluruh masyarakat, baik yang berlatar belakang agama maupun budaya yang berbeda.
- Penghormatan terhadap Leluhur: Doa di makam menjadi momen refleksi terhadap pentingnya menghormati asal-usul dan menjaga nilai-nilai tradisi.
- Pelestarian Budaya Lokal: Pertunjukan seni dalam Nyadran merupakan upaya untuk menjaga warisan budaya agar tetap dikenal oleh generasi muda.
2. Pembahasan
Prosesi Nyadran sebagai Media Pembelajaran Sosial
Tradisi Nyadran menjadi sarana edukasi nonformal yang mengajarkan nilai-nilai sosial, seperti kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. Konsep ini sejalan dengan pendekatan etnopedagogi yang menempatkan budaya lokal sebagai basis pembelajaran.
Relevansi Tradisi dengan Kehidupan Modern
Meskipun dilaksanakan dalam konteks tradisional, prosesi Nyadran relevan dengan kehidupan modern. Nilai-nilai gotong royong dan toleransi dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan sosial seperti individualisme dan konflik antar kelompok.
Penerapan Nilai Etnopedagogi pada Generasi Muda
Generasi muda di Desa Sonoageng dilibatkan dalam berbagai kegiatan Nyadran, seperti membantu persiapan dan mengikuti pertunjukan seni. Hal ini menunjukkan keberhasilan tradisi ini dalam mentransmisikan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya.
Peran Nyadran dalam Harmoni Sosial
Tradisi ini tidak hanya menjadi ritual spiritual tetapi juga forum sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Semua elemen masyarakat terlibat, mencerminkan harmoni yang dicapai melalui tradisi budaya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang prosesi Nyadran di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, beberapa kesimpulan dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Nyadran sebagai Wujud Tradisi yang Penuh Nilai Luhur
Prosesi Nyadran adalah tradisi lokal yang telah berlangsung secara turun-temurun. Setiap tahapan dalam prosesi, mulai dari persiapan hingga penutupan, memiliki nilai-nilai luhur yang mencerminkan kehidupan masyarakat Jawa. Nilai-nilai tersebut meliputi penghormatan terhadap leluhur, kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, dan kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan harmoni antara manusia, lingkungan, dan Tuhan.
- Penerapan Etnopedagogi dalam Nyadran
Tradisi Nyadran secara alami menjadi bentuk penerapan etnopedagogi, yakni pendidikan berbasis kearifan lokal. Nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan pelestarian budaya diajarkan melalui praktik langsung yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Nyadran menjadi media edukasi nonformal yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai sosial dan budaya kepada masyarakat, terutama generasi muda.
- Pelestarian dan Relevansi Tradisi di Era Modern
Meskipun berlangsung dalam konteks tradisional, Nyadran memiliki relevansi di era modern. Nilai-nilai yang diajarkan, seperti kebersamaan dan penghormatan terhadap perbedaan, mampu menjadi solusi untuk menghadapi tantangan modern, seperti individualisme dan konflik sosial. Selain itu, keterlibatan generasi muda dalam tradisi ini menunjukkan keberhasilan transmisi nilai-nilai budaya ke dalam kehidupan masa kini.
- Peran Nyadran dalam Harmoni Sosial dan Kebudayaan
Nyadran tidak hanya menjadi ritual spiritual tetapi juga forum sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya lokal mampu menjadi perekat dalam kehidupan bermasyarakat. Pelibatan seluruh elemen masyarakat, tanpa memandang perbedaan status sosial, memperkuat harmoni dan solidaritas sosial.
- Pentingnya Dukungan untuk Pelestarian Budaya Lokal
Tradisi Nyadran menunjukkan pentingnya upaya pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari identitas masyarakat. Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan generasi muda perlu berkolaborasi untuk menjaga keberlanjutan tradisi ini melalui berbagai program, seperti festival budaya atau pengintegrasian nilai-nilai Nyadran dalam kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Geertz, Clifford. (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Koentjaraningrat. (2002). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Saputra, A., & Wahyuni, D. (2018). “Etnopedagogi: Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 4(2), 123-135.
Surbakti, P. (2019). Tradisi Nyadran di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Spradley, J. P. (1997). The Ethnographic Interview. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Thousand Oaks: SAGE Publications.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H