Jadi kebayang nggak sih, betapa bermanfaatnya transportasi publik yang memadai macam KAI Commuter ini? Selain berpotensi mengurai kemacetan sekaligus mengurangi polusi dari sektor transportasi, KRL juga berpotensi menaikkan pendapatan suatu daerah dari berbagai sub sektor, mulai dari sub sektor kreatif, UMKM hingga sub sektor kesehatan seperti yang dilakukan oleh kawan saya di atas.
Mengenang Satu Dasawarsa Perjalanan dengan KAI Commuter Kesayangan Kita Semua
Seiring berjalannya waktu, ternyata karir saya berlabuh di Jogja. Tempat dimana saya lahir dan bertumbuh hingga sekarang ini. Seolah berjodoh dengan layanan Commuter Line, dua tahun silam, tepatnya 10 Februari 2021, KRL Jogja-Solo yang dibangun sejak 2019 itu akhirnya resmi beroperasi.
Sebelum ada KRL, transportasi dari Jogja ke Solo kerap saya tempuh dengan bus. Baru kemudian menggunakan layanan Kereta Api Prambanan Ekspres atau yang kerap disingkat dengan sebutan Prameks. Maklum, sebelum menetap di Jogja, saya sempat bekerja di salah satu pabrik di sekitar Solo sana.
Dengan harga tiket yang bersaing, hanya Rp 8.000, saja untuk sekali jalan, tentu sejam perjalanan bersama Commuter Line dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Solo Balapan menjadi kian aman, nyaman dan menyenangkan. Apalagi kalau dapat tempat duduk sedari stasiun keberangkatan. Disambi ngobrol sama bestie, sejam perjalanan serasa sekelebatan mata saja.
Menariknya, sesampainya di stasiun tujuan saya, yakni Stasiun Solo Balapan itu sudah ada papan penunjuk jalan yang jelas sehingga penumpang dapat dengan mudah menuju pintu keluar tanpa takut salah arah. Selain suasana stasiun yang bersih, adanya fasilitas eskalator semakin menambah rasa nyaman bagi para penumpang. Semacam nggak harus capek-capek banget buat keluar stasiun untuk nyambung pesan ojek online menuju lokasi tujuan.
Integrasi yang menarik pada layanan PT KAI diharapkan semakin menambah gairah masyarakat untuk menikmati transportasi publik di tengah naiknya masalah kemacetan, polusi dan jejak karbon harian yang kian hari dampaknya kian bikin miris hati. Apa mau dikata, saat saya menulis artikel ini pun, radang tenggorokan yang dialami bapak saya belum sembuh juga. Padahal batuknya sudah jalan selama tiga pekan.
Meski terkesan sepele, memulai hal-hal kecil sesederhana menjajal transportasi publik saat bepergian ke luar kota tentu menjadi salah satu opsi termudah dalam mengurangi polusi di tengah melonjaknya kasus infeksi saluran pernafasan dan radang tenggorokan yang tengah terjadi di banyak kota di Indonesia.
KAI Commuter: Menjawab Harapan  Akan Transportasi Publik yang Hemat, Tepat, Cepat dan Merakyat