Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Satu Dasawarsa Persama Commuter Line Kita

4 September 2023   23:45 Diperbarui: 4 September 2023   23:55 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati Perjalanan Menuju ke Solo dengan KAI Commuter (Dokumentasi Retno Septyorini)

Sejak puluhan tahun silam, KAI Commuter mewarnai lika-liku transportasi harian saya saat meniti karir di Jakarta. Kala itu, dibanding dengan naik moda transportasi publik lainnya, naik Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line menjadi pilihan yang jauh lebih cepat dan hemat. Asal datang dengan kalkulasi waktu yang tepat, niscaya beragam kisah perjalanan di ibu kota terasa lebih nyaman dan menyenangkan.

Kartu THB yang Lupa Dikembalikan Malah Jadi Kenang-Kenangan (Dokumentasi Retno Septyorini)
Kartu THB yang Lupa Dikembalikan Malah Jadi Kenang-Kenangan (Dokumentasi Retno Septyorini)

Tidak heran jika sejak 2013 silam, kartu Tiket Harian Berjaminan (THB) yang dikeluarkan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek sempat menjadi salah satu “magic card” yang wajib saya miliki. Maklum, seiring dengan perkembangan teknologi, kala itu ongkos pulsa dan biaya transportasi sudah menjelma menjadi kebutuhan pokok diluar sandang, papan dan pangan.

Diluar dugaan, sampai sepuluh tahun kemudian aka tahun 2023 ini, KRL masih menjadi andalan yang menyertai berbagai perjalanan saya. Kabar baiknya, kini KRL tidak hanya beroperasi dengan rute Jabodetabek dan Merak saja, tetapi sudah merambah di berbagai kota di Pulau Jawa lainnya, mulai dari Bandung, Surabaya hingga Jogja.

Harapan saya rute KRL nantinya dapat merambah ke berbagai pelosok nusantara. Sehingga opsi untuk menikmati pesona Indonesia menjadi kian mudah dan murah. Pasalnya selain untuk keperluan pekerjaan, tidak jarang perjalanan menggunakan Commuter Line juga dilakukan untuk berwisata, pulang kampung hingga keperluan pengobatan seperti yang kawan saya lakukan beberapa hari lalu.

Antusias Calon Penumpang Saat Menyambut Kedatangan KRL (Dokumentasi Retno Septyorini)
Antusias Calon Penumpang Saat Menyambut Kedatangan KRL (Dokumentasi Retno Septyorini)

“Akhirnya aku milih naik KRL aja, gaes”, tulis Uwing pagi itu di WhatsApp Group (WAG) kami. Sahabat saya ini harus pergi ke Solo untuk keperluan mapping. Sebutan teknis terkait penyetelan implan koklea untuk buah hati kesayangannya. Implan koklea sendiri merupakan alat bantu dengar yang ditanam di bawah kulit kepala melalui tindakan operasi.

Karena sempat bercerita kalau ke Solonya juga mengajak si bungsu yang baru berusia empat tahun dan ibu mertua yang sudah menginjak lansia, saya pun menanyakan perihal tempat duduk selama dalam perjalanan. Takutnya kalau sampai tidak kebagian kursi.

Eh, langsung dijawab dong sama yang bersangkutan. “Tenang, aku kan bawa balita dan lansia, insyaallah aman. Kan ada kursi prioritas. Kalau pun sampai nggak dapat kursi, pasti auto dicariin sama petugas KRL-nya”, jelas Uwing dengan cepat.

“Oh, iya juga, ya? Duh kenapa aku jadi oneng begini?”, balas saya sesaat kemudian.

Jadi kebayang nggak sih, betapa bermanfaatnya transportasi publik yang memadai macam KAI Commuter ini? Selain berpotensi mengurai kemacetan sekaligus mengurangi polusi dari sektor transportasi, KRL juga berpotensi menaikkan pendapatan suatu daerah dari berbagai sub sektor, mulai dari sub sektor kreatif, UMKM hingga sub sektor kesehatan seperti yang dilakukan oleh kawan saya di atas.

Mengenang Satu Dasawarsa Perjalanan dengan KAI Commuter Kesayangan Kita Semua

Suasana Bersih di Stasiun Solo Balapan (Dokumentasi Retno Septyorini)
Suasana Bersih di Stasiun Solo Balapan (Dokumentasi Retno Septyorini)

Seiring berjalannya waktu, ternyata karir saya berlabuh di Jogja. Tempat dimana saya lahir dan bertumbuh hingga sekarang ini. Seolah berjodoh dengan layanan Commuter Line, dua tahun silam, tepatnya 10 Februari 2021, KRL Jogja-Solo yang dibangun sejak 2019 itu akhirnya resmi beroperasi.

Sebelum ada KRL, transportasi dari Jogja ke Solo kerap saya tempuh dengan bus. Baru kemudian menggunakan layanan Kereta Api Prambanan Ekspres atau yang kerap disingkat dengan sebutan Prameks. Maklum, sebelum menetap di Jogja, saya sempat bekerja di salah satu pabrik di sekitar Solo sana.

Dengan harga tiket yang bersaing, hanya Rp 8.000, saja untuk sekali jalan, tentu sejam perjalanan bersama Commuter Line dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Solo Balapan menjadi kian aman, nyaman dan menyenangkan. Apalagi kalau dapat tempat duduk sedari stasiun keberangkatan. Disambi ngobrol sama bestie, sejam perjalanan serasa sekelebatan mata saja.

Suasana yang Nyaman di Stasiun Solo Balapan (Dokumentasi Retno Septyorini)
Suasana yang Nyaman di Stasiun Solo Balapan (Dokumentasi Retno Septyorini)

Menariknya, sesampainya di stasiun tujuan saya, yakni Stasiun Solo Balapan itu sudah ada papan penunjuk jalan yang jelas sehingga penumpang dapat dengan mudah menuju pintu keluar tanpa takut salah arah. Selain suasana stasiun yang bersih, adanya fasilitas eskalator semakin menambah rasa nyaman bagi para penumpang. Semacam nggak harus capek-capek banget buat keluar stasiun untuk nyambung pesan ojek online menuju lokasi tujuan.

Integrasi yang menarik pada layanan PT KAI diharapkan semakin menambah gairah masyarakat untuk menikmati transportasi publik di tengah naiknya masalah kemacetan, polusi dan jejak karbon harian yang kian hari dampaknya kian bikin miris hati. Apa mau dikata, saat saya menulis artikel ini pun, radang tenggorokan yang dialami bapak saya belum sembuh juga. Padahal batuknya sudah jalan selama tiga pekan.

Meski terkesan sepele, memulai hal-hal kecil sesederhana menjajal transportasi publik saat bepergian ke luar kota tentu menjadi salah satu opsi termudah dalam mengurangi polusi di tengah melonjaknya kasus infeksi saluran pernafasan dan radang tenggorokan yang tengah terjadi di banyak kota di Indonesia.

KAI Commuter: Menjawab Harapan  Akan Transportasi Publik yang Hemat, Tepat, Cepat dan Merakyat

Menikmati Perjalanan Menuju ke Solo dengan KRL (Dokumentasi Retno Septyorini)
Menikmati Perjalanan Menuju ke Solo dengan KRL (Dokumentasi Retno Septyorini)

Ada banyak alasan mengapa KAI Commuter menjadi andalan transportasi dalam berbagai perjalanan. Selain urusan ongkos yang terbilang hemat dan merakyat, naik KRL itu jadwalnya jarang ngadat. Selain itu perjalanannya pun terbilang cepat karena tidak mengenal kata macet seperti opsi transportasi darat lainnya, baik itu transportasi pribadi maupun transportasi publik.

Seperti perjalanan pagi di awal Mei kemarin. Saat saya dan beberapa sabahat memutuskan untuk piknik tipis-tipis ke Solo bareng si kecil. Niatnya terbilang sederhana. Sekedar mengenalkan transportasi publik pada para krucil, plus sekalian mampir ke warung mie yang tengah dirintis oleh adik angkatan kami.

Sesampainya di Solo ternyata malah kepagian. Warung yang menjual bakmi dan kimchi itu belum buka. Alhasil kami jadi punya tujuan wisata dadakan. Setelah mengecek lokasi warung di Google Maps, kami memutuskan untuk jalan-jalan dulu di Pasar Triwindu.

Santai Sejenak di Pasar Triwindu (Dokumentasi Retno Septyorini)
Santai Sejenak di Pasar Triwindu (Dokumentasi Retno Septyorini)

Jadwal keberangkatan KRL memang begitu. Seingat saja selalu tepat waktu. Soalnya saya belum pernah nemuin jadwal kereta yang terlambat, gitu. Ternyata sesampainya di depan Pasar Triwindu. Di sepanjang jalan tersebut sangatlah lenggang, lengkap dengan tempat duduk melingkar yang nyaman untuk beristirahat sejenak sebelum memulai perjalanan.

Jajan Bakmi Tumbuh di Solo (Dokumentasi Retno Septyorini)
Jajan Bakmi Tumbuh di Solo (Dokumentasi Retno Septyorini)

Harap maklum dengan testimony di atas. Soalnya Solo adalah kota terdekat dari Jogja yang cukup sering saya sambangi. Selain urusan pekerjaan, Solo kerap menjadi lokasi healing tipis-tipis yang tidak bikin kantong jadi “menangis”. Apalagi kalau rencana jalannya bareng para kesayangan. Sudahlah aman, perjalanan me time bareng teman-teman jadi tambah menyenangkan.

Antusias Keponakan di Sepanjang Perjalanan Menuju Solo dengan KRL (Dokumentasi Pribadi)
Antusias Keponakan di Sepanjang Perjalanan Menuju Solo dengan KRL (Dokumentasi Pribadi)

Di tengah polusi yang diakibatkan oleh lonjakan jejak karbon harian, tentu memilih menggunakan transportasi publik saat bepergian ke luar kota menjadi opsi bijak yang perlu dipertimbangkan. Senang sekali melihat antusias anak-anak di sepanjang perjalanan menuju Solo tadi. Mereka terlihat begitu enjoy dengan perjalanan murah meriah ini.

Salah Satu Opsi Pembayaran Commuter Line Menggunakan Flazz BCA (Dokumentasi Retno Septyorini)
Salah Satu Opsi Pembayaran Commuter Line Menggunakan Flazz BCA (Dokumentasi Retno Septyorini)

Di sisi lain, anak-anak ini juga punya pengalaman lain yang saya kira akan jadi unique selling point tersendiri saat naik produk KAI yang satu ini. Apalagi kalau bukan experience dalam melakukan pembayaran tiket Commuter Line. Kala itu saya membayar menggunakan Flazz BCA, begitu pula dengan Dina dan putrinya. Seorang kawan dekat saya yang begitu antusias sejak awal rencana piknik tipis-tipis ke Solo ini dilempar di WAG kami.

Karena tidak memiliki Kartu Multi Trip (KMT) dan kartu e-money seperti Tap Cash BNI, e-Money Mandiri, Brizzi BRI ataupun Flazz BCA, kawan saya lainnya, yakni Wening memilih untuk membeli tiket melalui layanan Go Transit yang ada di aplikasi Gojek. “Aplikasi Go Transit ini dapat untuk memesan tiket KRL untuk 4 orang sekaligus, gaes”, terangnya di WAG saat kami membahas terkait teknis pembayaran naik KRL di WAG.

Kemudahan pembayaran yang seiring jalan dengan perkembangan teknologi semacam ini tentu menambah daya tarik publik akan moda transportasi yang aman, murah, cepat dan nyaman macam KAI Commuter ini. Selesai berkeliling Pasar Triwindu, kami melanjutkan perjalanan ke Warung Bakmi Tumbuh untuk makan siang sekaligus mengambil pesanan kimchi kami. Usai makan siang, kami pun bersiap untuk kembali pulang ke Jogja.

Seperti perjalanan tadi pagi, ponakan-ponakan saya itu begitu antusias saat mengetap kartu di Stasiun Solo Balapan. Benar kiranya, berbagai aktivitas terasa lebih nyaman, aman dan menyenangkan saat dilaju dengan Commuter Line. Sudah hemat, tidak pernah telat, cepat, eh anti macet-macet club pula.

Benar kiranya jika ada yang berpendapat bahwa KRL merupakan solusi ekosistem transportasi urban terbaik di Indonesia yang sangat merakyat. Sejauh ini harapan saya baru tiga saja, yakni terkait penambahan armada dan jam keberangkatan dari Jogja ke Solo, dan sebaliknya. Begitu pula dengan jadwal keberangkatan di berbagai kota lainnya.

Terakhir, tentu saja harapan terkait pembangunan infrastruktur KAI Commuter di berbagai kota di luar Pulau Jawa. Ada yang sependapat juga?

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun