Inovasi dan kolaborasi adalah kunci meraih kesuksesan di era milenial seperti saat ini. Jadi ya udah nggak jaman kerja mati-matian sendirian. Hal ini disadari betul oleh para pelaku kreatif di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali dengan pelaku kreatif di Jogja kita tercinta. Gaia Cosmo Hotel dan Benda Art Management misalnya. Keduanya melakukan inovasi berbalut kolaborasi untuk menyajikan karya kreatif para seniman di beberapa titik terbaik di Gaia Cosmo Hotel.
Sebagai penikmat seni yang kebetulan kerjaannya banyak bersinggungan dengan sosial media, tinggal di Jogja menawarkan keuntungan tersendiri. Salah satunya terjadi pada Hari Sabtu, 24 Maret 2018 lalu, dimana saya dan beberapa kawan yang tergabung dalam Kompasianer Jogja (K-Jog) berkesempatan menikmati karya lima seniman kenamaan dalam helatan Gaia Art Movement bertajuk "Heart". Dalam acara ini, kami tidak hanya diberi narasi terkait karya seni langsung dari pembuatnya, tapi diberi kesempatan pula untuk berkreasi dalam beberapa workshop yang digelar di sekitar area kolam renang Gaia Cosmo Hotel.
![Unknown Organik Object No. 3 Karya Ludhira Yudha (Dokumentasi Retno Septyorini)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/karya-umbi-5abfa4fddcad5b732311d464.jpg?t=o&v=770)
Karya yang melambangkan keterbatasan manusia dalam meraih kesuksesan duniawi ini mengandung pesan agar kita senantiasa menjadikan alam sebagai kawan. Apapun karya dan tujuan kita di dunia sebaiknya selalu bersinergi dengan alam. Karena penasaran, saya langsung ikut workshop yang diadakan di tepian kolam renang Gaia Cosmo Hotel.
Ternyata bikin karya seni dengan media kawat itu butuh sabar dan tawakal tingkat dewa sodara-sodara! Gimana enggak coba, mau mbentuknya saja menyita tenaga. Belum lagi resiko terkena ujung kawat tatkala sedang membentuk kawat menjadi aneka rupa benda imajinasi kita. Bisa dibayangkan banget gimana ribetnya bikin Unknown Organik Object No. 3 yang menjulang tinggi itu kan?
![778540 LK karya Derry Pratama (Dokumentasi Retno Septyorini](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/bantal-tembaga-5abfa5f6cbe52339ce3ed5c2.jpg?t=o&v=770)
![Migration karya Dedy Shofianto (Dokumentasi Riana Dewie)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/migration-5abfac75caf7db6cd7426112.jpg?t=o&v=770)
Migration dibuat dengan memanfaatkan material kayu yang dipadu dengan sensor khusus. Saat ada yang lewat di depan angsa, sensor inilah yang membuat "angsa" bergerak sedemikian rupa. Pergerakan inilah yang membuat karya seni ini menjadi begitu menarik, baik cara kerja si "angsa", maupun keterikatan emosional yang berhasil dibangun angsa dengan siapa saja yang melewatinya. Menarik bukan? Sayangnya area ini dikhususkan untuk pengunjung yang menginap atau mereka yang sengaja menyewa acara di Gaia Cosmo Hotel saja.
![It Grows karya Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/glow-di-siang-5abfa7195e1373018f6554d2.jpg?t=o&v=770)
![Sesi Workshop Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/mas-kaca-5abfa6efcbe52363af467623.jpg?t=o&v=770)
Anyway, yang tertarik ingin mencoba, konsultasikan dulu sama ahlinya ya. Soalnya bikin recycled glass seperti ini butuh pengetahuan, keahlian dan standar pengaman yang memadai.
![Seniman Muda Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/mas-apri-5abfa77016835f0cf46ef9b3.jpg?t=o&v=770)
![The Flow Of Life Karya Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/life-1-5abfa78ccbe52374a7730f43.jpg?t=o&v=770)
![Detail](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/31/life-2-5abfa7afcf01b40a7640a3b2.jpg?t=o&v=770)
"Cara bikin karya berbahan tanah liat sebenarnya terbilang mudah. Pertama ambil tanah liat, tambahkan air secukupnya, bentuk sesuai selera, keringkan, warnai lalu bakar. Untuk memperoleh warna yang diinginkan, proses pembakaran dilakukan sebanyak dua kali. Efek glossy yang ditimbulkan seperti yang terlihat pada karya "The Flow Of Life" tadi terjadi akibat proses pembakaran", begitu terang Mas Apri, seniman muda yang awalnya saya kira koki, hehehe.
Mengetahui creative rational para seniman kali ini tentu membuka pandangan lain atas berdirinya karya seni yang dibuat dari hati. Sebagian lainnya, dibuat pula dalam mengkampanyekan kepedullian terhadap lingkungan. Terima kasih Gaia Art Movement telah berbagi informasi apik ini!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI