Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaia Art Movement, Kolaborasi Seni yang Bikin Jogja Makin Lekat di Hati

31 Maret 2018   22:00 Diperbarui: 31 Maret 2018   22:41 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seniman Muda Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)

Inovasi dan kolaborasi adalah kunci meraih kesuksesan di era milenial seperti saat ini. Jadi ya udah nggak jaman kerja mati-matian sendirian. Hal ini disadari betul oleh para pelaku kreatif di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali dengan pelaku kreatif di Jogja kita tercinta. Gaia Cosmo Hotel dan Benda Art Management misalnya. Keduanya melakukan inovasi berbalut kolaborasi untuk menyajikan karya kreatif para seniman di beberapa titik terbaik di Gaia Cosmo Hotel.

Sebagai penikmat seni yang kebetulan kerjaannya banyak bersinggungan dengan sosial media, tinggal di Jogja menawarkan keuntungan tersendiri. Salah satunya terjadi pada Hari Sabtu, 24 Maret 2018 lalu, dimana saya dan beberapa kawan yang tergabung dalam Kompasianer Jogja (K-Jog) berkesempatan menikmati karya lima seniman kenamaan dalam helatan Gaia Art Movement bertajuk "Heart". Dalam acara ini, kami tidak hanya diberi narasi terkait karya seni langsung dari pembuatnya, tapi diberi kesempatan pula untuk berkreasi dalam beberapa workshop yang digelar di sekitar area kolam renang Gaia Cosmo Hotel.

Unknown Organik Object No. 3 Karya Ludhira Yudha (Dokumentasi Retno Septyorini)
Unknown Organik Object No. 3 Karya Ludhira Yudha (Dokumentasi Retno Septyorini)
Memasuki lobi hotel yang mengusung tema urban, industrialis dan kontemporer ini kami disuguhi karya seni yang menjulang cukup tinggi. Namanya Unknown Organik Object No. 3, sebuah karya unik dari ratusan kilo kawat yang dibuat oleh Ludhira Yudha. Selain dibuat dengan ukuran "raksasa", Unknown Organik Object No. 3 dibuat dalam bentuk yang menarik. Di satu terlihat seperti kepala manusia, tapi di sisi lain juga mirip umbi-umbian.

Karya yang melambangkan keterbatasan manusia dalam meraih kesuksesan duniawi ini mengandung pesan agar kita senantiasa menjadikan alam sebagai kawan. Apapun karya dan tujuan kita di dunia sebaiknya selalu bersinergi dengan alam. Karena penasaran, saya langsung ikut workshop yang diadakan di tepian kolam renang Gaia Cosmo Hotel.

Ternyata bikin karya seni dengan media kawat itu butuh sabar dan tawakal tingkat dewa sodara-sodara! Gimana enggak coba, mau mbentuknya saja menyita tenaga. Belum lagi resiko terkena ujung kawat tatkala sedang membentuk kawat menjadi aneka rupa benda imajinasi kita. Bisa dibayangkan banget gimana ribetnya bikin Unknown Organik Object No. 3 yang menjulang tinggi itu kan?

778540 LK karya Derry Pratama (Dokumentasi Retno Septyorini
778540 LK karya Derry Pratama (Dokumentasi Retno Septyorini
Selanjutnya kami diperkenalkan dengan 778540 LK. Sebuah instalasi bantal metal setinggi 7 meter yang terpasang rapi di outdoor resto Gaia Cosmo Hotel. Instalasi karya Derry Pratama ini dibuat dari lempengan-lempengan bekas yang jarang dimanfaatkan orang. Karya yang dibuat selama berbulan-bulan ini dapat menjadi contoh bagaimana memanfaatkan tumpah-ruah sampah menjadi benda citarasa seni yang tinggi.

Migration karya Dedy Shofianto (Dokumentasi Riana Dewie)
Migration karya Dedy Shofianto (Dokumentasi Riana Dewie)
Perjalanan kami siang itu berlanjut ke sebuah instalasi bertajuk Migration karya Dedy Shofianto. Seniman yang biasa membuat karya berbentuk insect ini menampilkan sesuatu yang spesial untuk Gaia. Kalau biasanya Dedy membuat karya berbentuk insect, kali ini, khusus untuk Gaia Cosmo Hotel ia membuat karya dalam bentuk angsa. Tepatnya angsa yang terbang diantara indahnya awan.

Migration dibuat dengan memanfaatkan material kayu yang dipadu dengan sensor khusus. Saat ada yang lewat di depan angsa, sensor inilah yang membuat "angsa" bergerak sedemikian rupa. Pergerakan inilah yang membuat karya seni ini menjadi begitu menarik, baik cara kerja si "angsa", maupun keterikatan emosional yang berhasil dibangun angsa dengan siapa saja yang melewatinya. Menarik bukan? Sayangnya area ini dikhususkan untuk pengunjung yang menginap atau mereka yang sengaja menyewa acara di Gaia Cosmo Hotel saja.

It Grows karya Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)
It Grows karya Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)
Masuk ke lantai atas, kami dipertemukan dengan karya bertajuk It Grows karya seniman kawakan, Ivan Bestari Minar Pradipta. Menurut aku ini salah satu karya yang amazing banget karena dibuatnya dari limbah botol kaca. Ya, limbah kaca yang mungkin dibuang begitu saja ini ternyata dapat menghasilkan karya yang enak dipandang mata, pun begitu instagramable.  Salah satu spot foto andalan Gaia Cosmo Hotel ini paling oke dipotret di malam hari karena menawarkan pendar efek glowing yang cukup amazing. Jadi buat kawan-kawan yang hobi hunting spot foto yang instagramable, kalau lagi nginep atau ada acara di sini, sempetin deh buat jepret-jepret di sini.

Sesi Workshop Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)
Sesi Workshop Ivan Bestari Minar Pradipta (Dokumentasi Retno Septyorini)
Sabtu kemarin, kami berkesempatan melihat langsung proses berkaryanya Mas Ivan, nulai dari persiapan bahan hingga proses pembuatan. Jadi setelah kaca meleleh usai dipanaskan, lelehan kaca tersebut langsung dibentuk secara perlahan sesuai dengan motif yang diinginkan seperti giwang, bandul kalung, miniature hewan hingga karya seni berukuran besar seperti "It Grows".

Anyway, yang tertarik ingin mencoba, konsultasikan dulu sama ahlinya ya. Soalnya bikin recycled glass seperti ini butuh pengetahuan, keahlian dan standar pengaman yang memadai.

Seniman Muda Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)
Seniman Muda Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)
Siang itu kami juga bertemu Mas Apri Susanto. Seniman muda dibalik karya seni bertajuk "The Flow Of Life" yang dipajang di tepian kolam renang Gaia Cosmo Hotel. Mengambil unsur air dan kehidupan, Mas Apri membuat instalasi seni berbahan tanah liat putih. Sebagai orang yang tinggal di sebelah desa kerajinan gerabah, karya seni yang satu ini semacam menawarkan keterikatan emosional yang cukup tinggi pada saya. Jadilah saya memborbardir Mas Apri dengan berbagai pertanyaan mulai dari bahan, cara pembuatan hingga proses pewarnaan karya yang terbuat dari tanah liat ini.

The Flow Of Life Karya Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)
The Flow Of Life Karya Apri Susanto (Dokumentasi Retno Septyorini)
Detail
Detail
"Pakai tanah liat putih supaya lebih menyerap saat diwarnai".

"Cara bikin karya berbahan tanah liat sebenarnya terbilang mudah. Pertama ambil tanah liat, tambahkan air secukupnya, bentuk sesuai selera, keringkan, warnai lalu bakar. Untuk memperoleh warna yang diinginkan, proses pembakaran dilakukan sebanyak dua kali. Efek glossy yang ditimbulkan seperti yang terlihat pada karya "The Flow Of Life" tadi terjadi akibat proses pembakaran", begitu terang Mas Apri, seniman muda yang awalnya saya kira koki, hehehe.

Mengetahui creative rational para seniman kali ini tentu membuka pandangan lain atas berdirinya karya seni yang dibuat dari hati. Sebagian lainnya, dibuat pula dalam mengkampanyekan kepedullian terhadap lingkungan. Terima kasih Gaia Art Movement telah berbagi informasi apik ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun