Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerita Tentang BPJS Kesehatan, Ketika Asuransi Kesehatan Berbasis Gotong Royong Mampu Meringankan Beban Mereka yang Sedang Membutuhkan

19 Juni 2016   23:36 Diperbarui: 19 Juni 2016   23:58 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya akan bercerita tentang kisah persalinan seorang teman kuliah yang kini telah menyandang status sebagai mamah muda. Sebut saja ia dengan nama Mawar, bukan nama sebenarnya. Saya masih ingat betul obrolan di group WA kami. Saat itu, ada seorang teman saya, sebut saja Melati (bukan nama sebenarnya) yang sedang survei biaya kelahiran.

Melati: Kalau melahirkan, kira-kira berapa besar anggaran yag harus dipersiapkan ya?

Kamboja: Kalau aku dulu habis sekian puluh juta, tapi ditanggung kantor.

Anggrek: Kalau aku sekian juta, tapi ditanggung kantor suami.

Kemudian Mawar pun bercerita kalau dulunya ia memiliki Fasilitas Kesehatan (fakes) 1. Fakes 1 ini perawatannya lengkap, mulai dari dokter umum, dokter gigi dan bidan. Dalam proses melahirkan, bidan yang bekerja sama dengan BPJS bisa melayani persalinan yang normal  (tidak ada tindakan). Layanan persalinan normal dengan bidan yang bekerjasama dengan BPJS ini gratis untuk anggota BPJS. Dan sepanjang bisa melahirkan normal, Mawar memang berencana untuk memanfaatkan fasilitas gratis tersebut.

Namun, jika nanti ada sesuatu hal yang tidak bisa ditangani bidan, maka bidan tersebut harus merujuk ke Rumah Sakit. Karena dulu Mawar sudah cukup lama melewati masa HPL, dan waktu periksa terakhir tidak ada bidan, melainkan dokter umum, oleh dokter tersebut Mawar langsung diberi rujukan untuk periksa di Rumah Sakit. Berbekal rujukan tersebut, periksalah Mawar ke Rumah Sakit.

Karena tidak ada kontraksi, Mawar sudah diancer-anceri dokter untuk diinduksi. Setelah diperiksa, Mawar langsung masuk di ruang bersalin lalu dilakukan tindakan. Karena jatah BPJS Mawar kelas 1, ia memutuskan untuk naik kelas ke kelas VIP. Jadinya Mawar harus nombok. Menariknya, yang harusnya ia membayar 5 juta sekian, ia hanya perlu membayar 800 ribu sekian. Selain fleksibel, biaya untuk menikmati layanan kesehatan dengan BPJS Kesehatan menjadi cukup terjangkau bukan?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lalu dari mana datangnya tombokan 4 juta sekian dari kekurangan yang seharusnya dibayar oleh Mawar? Ada kemungkinan Anda bisa menebaknya. Tidak lain tidak buka ya dari pengguna BPJS lainnya yang sedang tidak menggunakan layanan kesehatan. Terlihat betul manfaat gotong-royongnya bukan? Bagaimana dengan layanan asuransi kesehatan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun