Mohon tunggu...
HARIYANTO
HARIYANTO Mohon Tunggu... Lainnya - Karakter

Lintas Tulisan, (Filsafat, Politik, Pendidikan, Agama, dan berita terkini)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Doktrin-doktrin Aliran Mutazilah

30 Juli 2020   12:15 Diperbarui: 28 Mei 2021   15:30 7559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Doktrin-doktrin Aliran Mutazilah (dokpri)

 

Mutazilah adalah salah satu dari sebagaian aliran teologi Islam, Mutazilah cenderung menggunakan pemikiran yang rasional dalam menjelaskan konsep-konsep ketuhanan dan banyak terpengaruh pemikiran filsafat, biasanya tokoh yang disematkan pada aliran Mutazilah II ini ialah Washil bin Atha serta temannya Amr bin Ubaid dan lain-lain. Adapun doktrin-doktrin Mutazilah sebagai berrikut :

1. At-Tauhid

Ini adalah prinsip utama dalam aliran Mutazilah, menurut aliran ini Tuhan (Allah) harus disucikan dari segala sesuatu yang mengurangi arti kemahaesaan-Nya. Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Oleh karena itu, hanya Dia-lah yang qadim, apabila ada yang qadim lebih dari satu, telah terjadi ta'addud al-qudama. Untuk menjaga atau memurnikan keesahan Tuhan atau disebut Tanzih. Mutazilah menolak konsep Tuhan memiliki penggambaran fisik, dan Tuhan menurutnya tidak dapat dilihat oleh mata, walaupun diakhirat kelak.

Dia maha melihat, mendengar, menguasai dan sebagaianya. Akan tetapi itu bukan sifat-Nya melainkan dzat-Nya. Menurutnya, sifat adalah sesuatu yang melekat, apabila sifat Tuhan yang qadim, ada dua yang qadim, yaitu dzat dan sifat-Nya. Washil bin Atha mengatakan seperti yang dikutp Asy-Syahrastani "Siapa yang mengatakan sifat yang qadim berarti telah menduakan Tuhan". Ini tidak dapat diterima karena perbuatan syirik.

Mutazilah berpendapat Al-Quran itu baru (diciptakan), Al-Quran adalah  manifestasi kalam Tuhan, Al-Quran terdiri atas rangkaian huruf, kata, dan bahasa antara satu mendahului yang lainnya. Doktrin Mutazilah tegas menjelaskan bahwa tidak ada satupun yang dapat menyamai Tuhan. 

Baca juga : Pengertian dan Pendalaman tentang Mutazilah

Tuhan tidak serupa dengan makhluk. Mahasuci Tuhan dari penyerupaan dengan yang diciptakan-Nya (menolak antropomorfisme). Mutazilah menggunakan pernyataan Al-Quran dalam Q.S Asy-Syura ayat 11 yang artinya tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah).

Mutazilah memberikan metode takwil dalam memahami ayat yang secara zahir menggambarkan kejisiman Tuhan, misalnya dalam Al-Quran menyatakan tangan Allah, Mutazilah mentakwil dengan makna kekuasaan, dan dalam konteks lainya diartikan nikmat dan misalnya al-arsy diartikan kekuasaan.

2. Al-Adl

Al-Adl yang memiliki arti Tuhan Maha adil, menunjukan kesempurnaanya sebagai Maha kuasa. Karena ia Maha sempurna, sudah pasti adil. konsep keadilan berkaitan dengan beberapa hal sebagai berikut :

a. Perbuatan Manusia

Manusia menurut Mutazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, langsung atau tidak.  Manusia benar-benar bebas dalam menentukan perbuatannya. Akan tetapi, Tuhan menyuruh untuk berbuat baik. 

Untuk perbuatan manusia itu sendirilah menentukannya, jika baik akan dibalas syurga, dan jika buruk akan dibalas neraka, Tuhan terlepas dari itu. Ini merupakan konsep keadilan, jika manusia melakukan perbuatan buruk terus mengatasnamakan kehendak Tuhan, berarti Tuhan tidak adil, ini menurut pemahaman mereka yang bertolak belakang dengan Jabariyah (terpaksa).

b. Berbuat Baik

Kewajiban Tuhan adalah berbuat baik dan terbaik, berlaku adil, Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan menimbulkan kesan bahwa Tuhan penjahat dan penganiaya, sesuatu yang tidak pantas disandarkan kepada Tuhan. Menurut An-Nazzam (Mutazilah), Tuhan tidak dapat berbuat jahat.

Baca juga : Paham Mutazilah sebagai Tarekat Pembeda

3. Al-Wa'd wa Al-Wa'id

Al-Wa'd wa al-waid artinya janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan Maha bijaksana. Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya. Janji Tuhan memberikan syurga bagi yang berbuat baik dan memberikan siksaan bagi yang berbuat buruk atau durhaka, itu pasti terjadi dan mengampuni orang yang bertobat nasuha, benar adanya. Tentu kejahatan yang menyebabkan masuk neraka ialah perbuatan dosa besar.

4.  Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain.

Ini adalah ajaran yang menyebabkan munculnya aliran Mutazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang beriman yang melakukan dosa besar. Dalam historiografi , Khawarij menganggap orang tersebut sebagai kafir dan musyrik dan menurut Murjiah orang itu tetap mukmin dan dosanya diserahkan kepada Tuhan. Mutazilah memisahkan diri dari keduanya makanya disebut I'tizal dari majelis gurunya, Hasan Al-Bisri. 

Menurut Mutazilah, pelaku dosa besar tersebut tidak dapat dikatakan mukmin secara mutlak karena iman menuntut adanya kepatuhan kepada Tuhan, tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Berdosa besar bukanlah kepatuhan, melainkan kedurhakaan. 

Orang ini tidak dapat dikatakan kafir secara mutlak karena masih percaya kepada Tuhan dan Rasulnya. Hanya jika ia meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka dan kekal didalamnya, karena diakhirat hanya ada dua yaitu syurga dan neraka. Orang fasiq diletakkan di neraka hanya siksaanya lebih ringan dari orang kafir.

5. Al-Amr bi Al-Ma'ruf wa An-Nahyan Al-Munkar

Ajaran ini menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran. Menurut Abd Al-Jabbar (w. 1024) syarat orang mukmin beramar ma'ruf dan anhi munkar sebagai berikut :

  1. Mengetahui perbuatan yang disuruh itu ma'ruf dan yang dilarang itu munkar
  2. Mengetahui bahwa kemungkaran telah dilakukan orang
  3. Mengetahui bahwa perbuatan amar ma'ruf dan nahi munkar tidak akan membawa mudharat yang lebih besar
  4. Mengetahui atau menduga bahwa tindakannya tidak akan membahayakan diri dan hartanya

Baca juga : Doktrin-doktrin Mutazilah

Al-Amr bi al-ma'ruf wa an nahy'an al-munkar bukan monopoli konsep Mutazilah. Al-Quran juga sering mengatakannya, tetapi perbedaan Mutazilah dengan aliran atau mazhab yang lainnya. Menurut Mutazilah, jika memang diperlukan, kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan kebenaran atau ajaran tersebut. 

Semoga bermanfaat dan silahkan tambah referensi lainnya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA :

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia. 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun