Mohon tunggu...
HARIYANTO
HARIYANTO Mohon Tunggu... Lainnya - Karakter

Lintas Tulisan, (Filsafat, Politik, Pendidikan, Agama, dan berita terkini)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Doktrin-doktrin Aliran Mutazilah

30 Juli 2020   12:15 Diperbarui: 28 Mei 2021   15:30 7559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Doktrin-doktrin Aliran Mutazilah (dokpri)

a. Perbuatan Manusia

Manusia menurut Mutazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, langsung atau tidak.  Manusia benar-benar bebas dalam menentukan perbuatannya. Akan tetapi, Tuhan menyuruh untuk berbuat baik. 

Untuk perbuatan manusia itu sendirilah menentukannya, jika baik akan dibalas syurga, dan jika buruk akan dibalas neraka, Tuhan terlepas dari itu. Ini merupakan konsep keadilan, jika manusia melakukan perbuatan buruk terus mengatasnamakan kehendak Tuhan, berarti Tuhan tidak adil, ini menurut pemahaman mereka yang bertolak belakang dengan Jabariyah (terpaksa).

b. Berbuat Baik

Kewajiban Tuhan adalah berbuat baik dan terbaik, berlaku adil, Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan menimbulkan kesan bahwa Tuhan penjahat dan penganiaya, sesuatu yang tidak pantas disandarkan kepada Tuhan. Menurut An-Nazzam (Mutazilah), Tuhan tidak dapat berbuat jahat.

Baca juga : Paham Mutazilah sebagai Tarekat Pembeda

3. Al-Wa'd wa Al-Wa'id

Al-Wa'd wa al-waid artinya janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan Maha bijaksana. Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya. Janji Tuhan memberikan syurga bagi yang berbuat baik dan memberikan siksaan bagi yang berbuat buruk atau durhaka, itu pasti terjadi dan mengampuni orang yang bertobat nasuha, benar adanya. Tentu kejahatan yang menyebabkan masuk neraka ialah perbuatan dosa besar.

4.  Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain.

Ini adalah ajaran yang menyebabkan munculnya aliran Mutazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang beriman yang melakukan dosa besar. Dalam historiografi , Khawarij menganggap orang tersebut sebagai kafir dan musyrik dan menurut Murjiah orang itu tetap mukmin dan dosanya diserahkan kepada Tuhan. Mutazilah memisahkan diri dari keduanya makanya disebut I'tizal dari majelis gurunya, Hasan Al-Bisri. 

Menurut Mutazilah, pelaku dosa besar tersebut tidak dapat dikatakan mukmin secara mutlak karena iman menuntut adanya kepatuhan kepada Tuhan, tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Berdosa besar bukanlah kepatuhan, melainkan kedurhakaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun