Mohon tunggu...
Lintang Tj
Lintang Tj Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat rokok,malas membaca dan bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selama Ini Kita Telah "Ditipu" Oleh Otak Kita Sendiri

23 Juli 2012   21:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:42 12127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia..." (QS. Al-Jatsiyah: 35)

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20)

3. Peringatan Allah agar manusia tidak terpedaya dengan kehidupan dunia:

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Al-Fathir: 5)

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.  Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah." (QS. Lukman: 31)

Tanpa perlu saya cantumkan kembali ayat-ayat tersebut di tulisan ini, saya yakin banyak orang yang sudah mengetahui akan hal itu. Hanya saja sayangnya kebanyakan orang pemikirannya terhenti hanya sebatas pada sisi ke-fana-an duniawi saja. Sisi yang saya maksud tersebut adalah lebih pada sisi zuhudnya saja. Banyak orang yang akhirnya menyikapi ayat-ayat tersebut dengan hidup yang sederhana saja (karena memang Allah katakan bahwa kehidupan dunia itu hanya tipu daya belaka), tetapi tanpa pernah memikirkan lebih lanjut sebenarnya apa yang Allah maksud dengan "kehidupan dunia yang menipu, memperdaya, senda gurau, dan main-main" tersebut. Padahal jika saja kita mau merenungkan dan memikirkan lebih dalam, niscaya kita bisa temukan jawaban secara pendekatan ilmiahnya. Penjelasan secara ilmiah yang inilah yang saya maksud akan sulit difahami atau bahkan dipercaya seperti yang telah saya katakan di awal.

Fakta mencengangkan mengenai hal ini semuanya bermula ketika atom dan permodelan strukturnya ditemukan. Dulu manusia mengira bahwa atom adalah penyusun materi yang paling kecil. Namun, penelitian terbaru di awal abad ke-21 ternyata menghasilkan fakta baru. Atom bukan penyusun materi yang paling kecil, melainkan masih ada lagi unsur penyusun atom yang ukurannya pasti jauh lebih kecil daripada atom itu sendiri.
Partikel penyusun atom itu lah yang disebut dengan quark. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa atom adalah suatu molekul/zat dasar penyusun materi. Materi apa pun itu, pasti tersusun atas kumpulan atom-atom. Dalam satu molekul atom, bisa tersusun dari beberapa partikel proton, elektron, dan neutron. Partikel-partikel dalam satu molekul atom tersebut terus berrevolusi mengelilingi inti atom sesuai pada orbitnya masing-masing, sama seperti halnya planet-planet dalam sistem galaksi Bima Sakti berrevolusi mengelilingi Matahari. Karena partikel-partikel dalam atom tersebut yang terus berputar mengelilingi inti atom, maka dapat kita ketahui bahwa di antara partikel-partikel dalam atom tersebut sebenarnya hanyalah ruang-ruang kosong. Sama halnya ketika kita membayangkan pergerakan planet di sistem Tata Surya kita. Antara planet Bumi dengan planet Venus tentunya dipisahkan oleh ruang hampa, bukan?! Hal ini lah yang selanjutnya masih menjadi pertanyaan besar dalam bidang fisika quantum. Bagaimana mungkin sebuah atom yang sebenarnya terdiri dari ruang kosong mampu membentuk materi yang berwujud cair, padat, atau gas?

Namun, pertanyaannya ternyata tidak berhenti sampai di sana. Jika memang atom-atom penyusun materi tersebut adalah suatu ruang kosong, maka bagaimana mungkin kita dapat merasakan keberadaan materi tersebut? Agar lebih jelas, mari saya gambarkan lewat sebuah contoh berupa meja. Meja tentunya merupakan wujud suatu materi. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, bahwa setiap materi tersusun atas atom. Dalam atom sendiri sebenarnya terdapat ruang-ruang kosong yang memisahkan antara satu partikel dengan partikel lain. Tapi pada kenyataannya sekarang, lewat kumpulan atom yang tidak lain hanya ruang-ruang kosong tersebut kita bisa memegang, melihat, dan merasakan bahwa meja itu memang benar ada dan masif. Padahal sebenarnya bukan kah meja tersebut terkumpul dari atom-atom yang memiliki ruang yang kosong? Lalu bagaimana mungkin sekumpulan atom-atom yang memiliki ruang kosong tersebut dapat membentuk sebuah wujud materi yang padat seperti meja?

Sebenarnya hal itu bisa terjadi dikarenakan apapun yang kita persepsikan sebagai "dunia luar", sebenarnya merupakan serial dari sinyal-sinyal elektrik semata. Yang saya maksud dengan "dunia luar" adalah segala sesuatu yang ada di luar kita atau lingkungan sekitar kita. Coba kita ambil contoh "penglihatan". Kita bertanya "bagaimana kita bisa melihat?" Jawaban gampangnya tentu "karena adanya mata". Padahal jawaban yang sebenarnya tidak segampang itu.

Kita bisa melihat benda itu dikarenakan serangkaian proses yang terjadi di dalam mata dan otak kita sendiri. Pertama, berkas cahaya yang dinamakan foton masuk ke mata kita setelah memantul dari benda yang tersinari cahaya. Selanjutnya foton-foton tersebut akan dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal listrik dan dibawa ke otak kita dalam bentuk ini. Jadi, apa yang sampai ke mata kita sebenarnya bukanlah foton-foton dari objek yang kita lihat, melainkan sinyal-sinyal yang dihasilkan dari reaksi foton yang mengenai lapisan tertentu dari mata. Dengan kata lain, pusat penglihatan yang ada di dalam otak tidak memproses cahaya dari objek, melainkan justru copy/salinan dari cahaya tersebut lah yang sudah berbentuk sinyal-sinyal elektrik. Saat kita bilang "saya sedang melihat benda ini", kita sebenarnya tidak sedang melihatnya. Apa yang kita lihat adalah sinyal-sinyal elektrik yang menggambarkan objek/benda tersebut di dalam otak kita. Apa pun yang kita lihat, termasuk alam semesta, sebenarnya hanya melalui pusat penglihatan kita yang ukurannya hanya beberapa centimeter persegi saja!!!

Dengan demikian, bisa dikatakan kalau sebenarnya kita bukan melihat dengan mata, tapi justru dengan pusat penglihatan kita. Ini bertentangan dengan pendapat yang diketahui selama ini. Sebab terbukti, tidak ada cahaya yang masuk ke otak. Otak kita selalu dalam keadaan gelap. Kita dapati hasilnya selalu nihil cahaya, meskipun saat itu orang yang bersangkutan sedang memandang matahari secara langsung. Pantulan cahaya dari benda yang kita lihat tidak pernah masuk dan sampai ke otak sama sekali. Kesimpulannya, otak tidak pernah melihat objek itu sendiri, namun otak hanya mempersepsikan sinyal elektrik dari objek yang dilihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun