Bukankah kita sebagai orang tua adalah teladan bagi setiap anak?
Memaknai Ramadan dengan Berlomba-lomba dalam Kebaikan
Tujuh hari pertama Ramadan aku sudah tidak berpuasa. Rasanya aku sudah ketinggalan banyak. Aku seperti tidak mendapatkan vibes hari pertama bulan suci.
Saat itu anakku tanya, "Kok ibu ngga puasa, ngga shalat sih? Katanya puasa Ramadan wajib kan, Bu?"
Di sinilah aku juga menanamkan tarbiyah kepada anak-anak. Bahwa seorang perempuan juga memiliki udzur yang membolehkan mereka tidak melakukan ibadah wajib.
"Iya ibu sedang haid, keluar darah yang menyebabkan ibu tidak diperbolehkan berpuasa atau shalat, Nak. Nanti setelah selesai Ramadan, ibu akan meng-qadha puasa yang terlewatkan," jawabku.
"Lho, berarti ibu ngga dapat pahala dong?" tanya Ghazan melanjutkan. Anakku yang masih TK B ini sudah belajar puasa sampai magrib. Alhamdulillah.
"Kata siapa? Allah itu Mahabaik, Kak. Meskipun Ibu ngga puasa tapi Ibu juga mendapatkan pahala seperti orang berpuasa," jawabku.
Kemudian aku memberi tahu sebuah hadits Tirmidzi,
"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga."Â
(HR Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Tak ada alasan lagi untukku untuk mengambil jeda. Sesungguhnya di bulan ini semua kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya.