Sinergi lainnya ialah bahwa media online mungkin lebih cepat, dan kemungkinan juga kurang adanya verifikasi. Sehingga ia tetap membutuhkan keberadaan media konvensional yang tujuannya ialah membuat masyarakat bisa mengikuti perkembangan yang sudah jelas dan runtut. Karena tidak semua masyarakat bisa mengikuti berita di online media dengan sabar dan runtut. Bukan tidak mungkin, untuk aksesnya kita juga perlu terampil.
Contoh lain misalnya ialah radio. Radio bukan hanya yang sudah punya nama saja yang mungkin orang ingin tahu, tapi bisa juga radio komunitas yang aksesnya terbatas jika hanya mengandalkan antenna radio. Dengan media online, tentu pendengar bisa mengikuti apa yang tertinggal. Seperti yang sudah dipaparkan diatas. Jika sudah masuk online, bisa diakses dimana saja, kapan saja, beritanya bisa dibaca, bahkan tak jarang ada yang menampilkan secara visual bagaimana sang penyiar sedang mengudara.
So, sangat perlu THINKING OUTSIDE THE BOX.
Ini perlu menjadi kesadaran bersama. Tujuan jurnalisme ialah menangkap fenomena sosial yang memiliki dampak yang lebih kuat. Dan media online dapat menangkap peristiwa jauh lebih bermakna. Penyajiannya bisa lengkap, bisa berlanjut, dan bisa menghubungkan banyak pihak. Artinya, khalayak bisa turut ambil bagian didalamnya. Mulai dari membahas di kolom komentar yang disediakan sampai membagi berita tersebut ke relasinya.
 Bahwa jurnalis di media apapun semua melakukan yang namanya gather (mengumpulkan), select (memilih), produce (memproduksi), distribute (mempublish), dan interpret (menginterpretasi). Semua ada kurang dan lebihnya yang membuat masyarakat harus bisa cerdas dalam memilih, mengolah, dan mengasah media yang akan kuat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan informasinya.
Â
Â
referensi:
Online Journalism by Mindy Mc Adams
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H