Mohon tunggu...
Divi Lintang
Divi Lintang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kerja

Yang membuatmu tersesat adalah nafsumu; dan yang membuatmu sadar adalah nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kandangan, Bunga Kopi Bidadari

8 Januari 2016   14:57 Diperbarui: 8 Januari 2016   15:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terdiam mengumpulkan ingatan tentang jalanan berbatu yang tepiannya dihiasi bunga liar, senyuman itu. Kepulan mimpi di asap tingwe yang ngrembaka. Seperti syair lagu di relung samar dalam dekapan kabut ilalang dan perdu basah....

"...suatu kali ku temukan

bunga di tepi jalan .."

Saat itu yang terbayang adalah tempat tetirah yang lapang. Jauh dari kerutan. Terbebas dari hasrat bagi renungan untuk mencintai waktu, hingga akan tergubah beberapa lukisan dan tergurat seraut teorema.

"Rasanya sangat sederhana. Yang jelas tak macet, meski debu membuat kelopakmu kelabu"

Kupu-kupu itu beranjak mengulum siang yang gelisah. Mungkin karena hampir dua minggu padangnya kebanjiran. Tapi aroma ketertarikan samar menyembul pada bisikan ke-2

"Indah nggak ?" (dengan meme pink lucu)

Aiish.... gagasan pengembara. Romantisme keheningan yang terus menapak ke ruang-ruang silaturahmi tanpa beranjak dari peraduannya. 

.........

Padahal berpuluh tahun jiwa ini telah terpaut ke Puncak Bukit Jamus. Perkebunan Teh di lereng Lawu yang melintang dari kota Ngawi, nJogorogo, atau membujur melalui Pabrik Gula Purwodadi, ngGlodhog. Rasa indah itu di sana. Lewat jemari yang terus melilit kemesraan di rumputan. Di antara tenda-tenda dan guguran edelweis masa silam. Selebihnya.....Pucuk teh yang wangi, serta mawar putih yang merebak di antara bebatuan. Semua kenangan itu bermain-main dalam puisi feminim yang jengah untuk kubaringkan.

 [Diambil dari Internet]

Namun kesadaran bahwa ranumnya Bukit Jamus adalah kenangan manis orang lain telah menyudutkan keberadaanku di hati orang-orang terdekat. Biarlah itu menjadi jejak mereka. Rasanya sudah waktunya beranjak dari bayang-bayang masa silam dan mencoba me-reka ulang kisah-kisah manis tentang sosok anggun yang berdiam di endapan hati. Milikku sendiri..... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun