Orang itu pun melempar senyum ramah kepada Suparman yang masih terdiam dalam duduknya. Layaknya orang desa, Suparman membalas senyuman itu. Beserta dua orang lainnya, orang tadi duduk di sebelahnya dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Setelah keduanya duduk bersandingan, Suparman membuka pembicaraan.
"Sedang berlibur pak?! Mungkin bapak ingin berkunjung ke taman wisata di puncak sana, banyak orang ke sana karena katanya tempat pas untuk bersantai bersama keluarga."
"Oh tidak, saya sedang tidak ingin ke sana, saya pergi dari kota hanya ingin mencari ketenangan."
"Ketenangan? Justru banyak orang desa pergi ke kota untuk mencari ketenangan."
"Bagi saya, di desa lah orang hidup dengan tenang dan tentram, di kota itu bising, kalau di sini kan tenang."
"Tapi sedikit sekali orang kaya di desa ini, kalau bukan tuan tanah dan kepala desa, tidak mungkin hidup kaya pak!"
"Ah! bapak ini ada-ada saja, orang kaya bukan berarti bahagia."
"Tapi jadi orang miskin juga bingun pak! Apa yang harus dimakan untuk besok saja harus mikir dulu."
"Saya punya banyak mobil di rumah, rumah saya pun lebar, istri dan kelima anak saya tinggal di sana, begitu juga sopir dan pembantu saya."
"Wah! Enak itu pak, dengan seperti itu bapak bisa hidup tenang."