Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Buruh - Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Papa Minta Saham, Om Minta Blok Masela

3 Desember 2015   11:35 Diperbarui: 18 Maret 2016   14:45 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rizal Ramli. Sumber : Internet"][/caption]

Setelah kasus pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden oleh Ketua DPR RI Setya Novanto  terungkap di publik. Reaksi beragam bermunculan, ada yang serius dalam menyikapi hal tersebut, ada juga yang sambal bercanda sehinngga memunculkan beberapa celoteh dan komik bergambar (meme). Celoteh yang sangat fenomenal dan menjadi terpopuler di jagad media nasional dan  linimasa adalah “Papa minta saham” istilah ini dimiripkan dengan kelompok penipu yang beberapa tahun terakhir meresahkan masyarakat yang modusnya menggunakan pesan pendek dengan meminta pulsa atau lebih tepatnya “mama minta pulsa”.

Munculnya celoteh “papa minta saham” bukan tanpa alasan, karena pada bukti rekaman dan transkirp yang dilaporkan Menteri ESDM Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), ketua DPR RI Setya Novanto dengan jelas meminta sejumlah saham PT Freeport Indonesia kepada Direktur Utama Freeport Indonesia Ma’ruf Sjamsoeddin.  Belakangan baru diketahui ternyata tidak hanya nama Presiden dan Wakil Presiden yang disebut dalam percakapan antara Setya Novanto dan Ma’ruf Sjamsoeddin.

Terdapat kurang lebih 17 tokoh yang disebut berdasarkan rekaman yang diduga  percakapan lengkap antara Ketua DPR Setya Novanto dan Ma’ruf Sjamsodddin. Diantara nama tokoh tersebut ada nama Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP), Joko Widodo (Presiden RI), Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Luhut B Pandjaitan (Menkopolhukam), Sudirman Said (Menteri ESDM), Prabowo Subianto (Ketua Umum Gerindra), Hatta Rajasa (Mantan Menko Perekonomian), Jim Bom F Moffet (Direktur Utama Freeport McMoran), Fadli Zon (Wakil Ketua DPR RI), Fahri Hamzah (Wakil Ketua DPR RI), Wiranto (Ketua Umum Hanura), Tito Karnavian (Kapolda Metro Jaya), Surya Paloh (Ketua Umum Nasdem), Darmo Darmawan Prasodjo (Deputi Kantor Staf Presiden).(Koran Tempo, 2 Desember 2015).

Adapun sidang MKD kemarin (1/12) memutuskan melanjutkan kasus pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden ke tahap persidangan dengan memanggil saksi dan membeberkan bukti lainnya. Secara politik jika nantinya Setya Novanto dinyatakan bersalah oleh MKD dan melanggar etik sebagai pimpinan DPR maka Setya Novanto harus mundur sebagai Ketua DPR RI.

Kepentingan PDIP dalam Kasus Setya Novanto

Apabila posisi Ketua DPR kosong maka pimpinan DPR RI akan dikocok ulang, Partai yang berpeluang menempatkan kadernya di posisi Ketua DPR adalah PDIP. Karena PDIP yang merupakan partai pemenang pemilu 2014 kecewa ketika proses pemilihan pimpinan DPR dilakukan secara voting, padahal sebelumnya UU menyebutkan bahwa partai pemenang pemilu otomatis kadernya akan menempati posisi Ketua DPR RI.

Fraksi PDIP di DPR bersama mitra koalisinya akan mengusulkan Revisi UU MD3 dan mengembalikan pasal yang menyebutkan bahwa partai pemenang pemilu otomatis berhak menempatkan kadernya menjadi Ketua DPR RI. Jika strategi ini berjalan lancer dan mulus, maka dipastikan bahwa Ketua DPR RI yang akan menggantikan Setya Novanto berasal dari PDIP. Kita tunggu siapakah itu ?

Sudirman Said dan Ma’ruf Sjamsoeddin

Sebelum menjadi Menteri ESDM Sudirman Said pada zaman pemerintahan SBY-Boedionno adalah Direktur Utama PT Pindad, perusahaan milik negara yang bergerak dalam pembuatan alutsista. Sedangkan Ma’ruf Sjamsoeddin sebelum menjadi Dirut Freeport Indonesia adalah mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) sekaligus adik kandung dari Sjafrie Sjamsoeddin Mantan Wakil Menteri Pertahanan RI. Sudirman Said ditunjuk menjadi Dirut Utama PT Pindad oleh Menteri BUMN saat itu Dahlan Iskan atas rekomendasi dari Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Jadi jika dianalisa hubungan Ma’roef Sjamsoeddin dan Sudirman Said sudah terjalin lama sebelum masing-masing mereka berada diposisi saat ini.

Dengan kata lain hal ini menjawab secara tidak langsung darimana Sudirman Said mendapatkan bukti rekaman percakapan dan transkrip yang selanjutnya diserahkan kepada MKD.

Lapangan Abadi Masela (Blok Masela)

Soal lain yang luput dari perhatian publik dan media adalah mengenai Blok Abadi Masela yang cadangan gas nya kira-kira 10 triliun kaki kubik dan diharapkan jadi salah satu pilar pasokan gas RI di masa depan. Kenapa Blok Masela ini penting untuk diketahui oleh publik ?

Rizal Ramli dan Fortuga ITB

Menko Kemaritiman Rizal Ramli merupakan Alumni ITB angkatan 73, perlu diketahui angkatan 73 ITB mempunyai perkumpulan yang disebut ‘Forum Tujuh Tiga’ atau disingkat Fortuga. Pada kasus Blok Abadi Masela polemik yang ada adalah terkait metode pengembangan dan pembangunan kilang apakah didarat atau di laut.

Dalam hal ini sikap Rizal Ramli mendukung pengembangan Blok Masela dilakukan didarat dengan berbagai alasan. Padahal sebelumnya SKK Migas sudah mengeluarkan penelitian bahwa Kilang Terapung (FLNG) lebih hemat dan lebih menguntungkan Indonesia. Bayangkan APBN bisa hemat R 61 triliun apabila memakai konsep Kilang Terapung. Kenapa Rizal Ramli begitu getol dan ngotot pembangunan kilang di darat? Kepentingan siapa yang dibela Rizal Ramli?

Setelah dirunut, rupanya sebelum Rizal Ramli melakukan kepretan kepada SKK Migas, tim ‘Fortuga’ sudah mengeluarkan statement nya terkait hal ini. Melalui Alhilal Hamdi Fortuga ‘memaksa’ pemerintah untuk membangun kilang di darat untuk Blok Masela.

http://www.merdeka.com/uang/alumni-itb-paparkan-kelebihan-pembangunan-pipa-di-blok-masela.html

Alhilal Hamdi dan Bakrie Group

Alhilal Hamdi adalah alumni ITB angkatan 73. Bersama dengan Rizal Ramli, Alhilal Hamdi tergabung dalam Fortuga. Keduanya juga pernah menjabat Menteri pada jaman pemerintahan Gus Dur. Rizal Ramli menjabat Menko Perekonomian, Alhilal Hamdi menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Di dunia korporasi, Alhilal Hamdi merupakan bagian dari kelompok usaha Saratoga milik Edwin Soeryajaya, kawan dekat Nirwan Bakrie. Edwin Soeryajaya dan Nirwan Bakrie berkongsi membentuk kelompok usaha Recapital. Recapital dimotori oleh Sandiaga Uno (proxynya Edwin Soeryajaya) dan Rosan Roeslani (proxynya Nirwan Bakrie).

Di dunia politik, Alhilal Hamdi dikenal dekat dengan Aburizal Bakrie yang juga alumni ITB, angkatan 64.

Disini terlihat jelas konektivitas Alhilal Hamdi dengan Bakrie Group. Di satu sisi, Rizal Ramli dalam mengawal pengembangan blok Masela menggunakan metode OLNG dari sisi pemerintah mengingat saat ini posisinya sebagai Menko Maritim. Sedangkan Alhilal Hamdi mengawal opini dari sisi professional melalui Fortuga ITB.

Lantas siapa yang mereka perjuangkan?

Bisnis Pipa Gas Bawah Laut Bakrie Group

Pada 21 Mei 2015 yang lalu Bakrie and Brothers, melalui anak usahanya PT Bakrie Pipe Industries, merampungkan pembangunan pabrik pelapisan pipa baja (coating plant). CEO Bakrie Pipe Industries, Mas Wirgrantoro Roes Setiyadi, mengatakan bahwa fasilitas pelapisan pipa baja ini berkapasitas produksi 800 ribu meter persegi.

"Kami membangun fasilitas ini untuk memenuhi kebutuhan pipa bagi penggunaan di daratan, penggunaan pipa bawah laut, serta mendukung rencana pemerintah membangun jaringan pipa dalam program konversi BBM ke gas," kata Wigrantoro.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/628419-coating-plant-bakrie-pipe-industries-diresmikan

Terlihat jelas kenapa Fortuga dan Rizal Ramli begitu ngotot dalam hal pembangunan Blok Masela ini di darat. Karena jika pembangunannya di tengah laut (FLNG), maka Bakrie and Brother melalui pabrik pipa nya tidak akan dapet proyek.

Sekali lagi kita menyaksikan pejabat negeri ini main belakang, bahkan Rizal Ramli yang dikenal selalu berteriak-teriak seolah dia bersih dan benar juga menharapkan komisi dari bisnis yang akan merugikan negara.

Ada Papa minta saham, sekarang ikut-ikutan, si Om minta Blok Masela

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun