Oleh: Singgih Tri Sulistiyono*
Setiap 17 Agustus ingatan kolektif bangsa Indonesia dibawa secara massal kepada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kognitif masyarakat memasuki mesin waktu, yang membawa mereka pada kisah-kisah kepahlawanan para pendiri bangsa. Seharusnya hal itu, membangkitkan pula semangat menghadapi tantangan zaman.Â
Pada saat ini bangsa Indonesia sedang dan masih mengahadapi berbagai persoalan besar yang menyangkut berbagai dimensi kehidupan, sebagai sebuah bangsa.Â
Kita masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada bangsa lain mulai dari pemenuhan kebutuhan makan hingga micro technology. Pada saat ini, ketika penduduk Indonesia 'baru' sekitar 270-an juta saja sudah mengimpor beras, kedelai, kacang, gandum, jagung yang merupakan kebutuhan pokok rakyat kecil.Â
Bagaimana jika Indonesia sudah memiliki penduduk setengah milyar? Kondisi ini akan menjadi malapetaka besar ketika sumber-sumber alam sudah terjual dan tergadai habis sementara kita belum mampu meletakkan landasan struktural bagi terciptanya sebuah bangsa yang merdeka dan berproduktifitas tinggi.
Krisis ekonomi sejak tahun 1997 hingga pandemi Covid-19 ini telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju ke arah jurang keterpurukan ekonomi: hutang yang makin menumpuk, inflasi, dan kemiskinan, bahkan beberapa tahun yang lalu terjadi ironi, ada anak dari Makassar, salah satu lumbung beras di Indonesia, yang mati karena kelaparan.Â
Krisis itu akhirnya berpotensi menyulut krisis-krisis di bidang lainnya, seperti krisis politik, krisis kepemimpinan, krisis kepahlawanan, krisis kepercayaan, dan krisis moral dan sebagainya.Â
Selain itu, Indonesia juga sedang mengalami berbagai konflik. Pada tataran masyarakat, suasana kebebasan seringkali menjadi anarki. Pertengkaran sepele dapat berujung pada pembunuhan.Â
Para pemimpin masyarakat seringkali tidak berdaya mengendalikan emosi massa, atau bahkan kadang-kadang mereka justru ambil bagian dalam menciptakan suasana anarki tersebut.
Pada tataran kebangsaan, berbagai konflik sosial dan politik di Republik ini juga masih menyisakan potensi yang mengancam persatuan bangsa. Beberapa gerakan bahkan menuntut kemerdekaan, lepas dari kesatuan Republik Indonesia.Â