Mohon tunggu...
LINES
LINES Mohon Tunggu... Relawan - LDII News Network

Menulis adalah cara untuk berbagi perspektif. Saling menghargai adalah kunci untuk bertukar perspektif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Matinya Superman dan Bahaya Komunikasi Politik Populis

4 Agustus 2021   06:30 Diperbarui: 4 Agustus 2021   06:48 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: blogs.lse.ac.uk

Media massa dan aktivis media sosial (Buzzer) menyesatkan masyarakat dengan framing seperti kekuatan demokratis versus tidak demokratis, pluralisme versus sektarianisme, atau pemilih rasional versus rasis. 

Saling fitnah, misalnya Jokowi dan orangtuanya terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI) atau tudingan penculikan para aktivis dan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo dan pendukungnya merupakan kelompok anti-Pancasila dan anti NKRI, menciptakan ketegangan yang menjurus lahirnya tribal nationalism yang merupakan bagian dari nasionalisme sempit.

Potensi tribal nationalism itu muncul dalam frasa yang sudah akrab di telinga rakyat Indonesia seperti "NKRI harga mati" (Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah final, mutlak tidak dapat ditawar), sebuah mantra yang sering dilontarkan oleh rezim Orde Baru (1966-1998). 

Frasa yang "disakralkan" itu untuk menindas ideologi yang bertentangan, masing-masing mengklaim nasionalisme versinya sendiri sambil menuduh orang lain membahayakan keutuhan negara.

Pertarungan wacana dengan menggunakan politik kecemasan, dalam dua kali Pilpres dimenangkan oleh Jokowi. Meskipun pada akhirnya kubu Prabowo dan Partai Gerindra berkoalisi dengan pemerintah dan Prabowo dipilih menjadi Menteri Pertahanan, namun kekecewaan dua kubu tak bisa hilang dengan mudah. 

Suatu saat rasa kecewa, dendam, dan benci itu segera bangkit bila para kontestan masih menggunakan politik kecemasan dan identitas dalam merebut hati para pemilih.

Penulis adalah Ketua Departemen KIM DPP LDII  

Daftar Pustaka

Haslam, Alexander, Reicher, Stephen D., Platow, Michael J, 2011. The New Psychology of Leadership: Identity, Influence, and Power. Psychology Press-Kanada.

Nasir, Sudirman (18 Juli 2012). "The thirst for positive 'deviant' leaders". The Jakarta Post.

Haboddin, M. (2012). Menguatnya Politik Identitas Di Ranah Lokal. Journal of Government and Politics, 3(1), 109--126. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun