Mereka juga beranggapan bahwa zaman modern ini merupakan zaman yang salah karena pada zaman ini menjadikan krisis di berbagai bidang, baik tingkah laku manusia, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan budaya mereka yang zaman terdahulu. Dengan demikian aliran ini berinisiatif agar bisa kembali kepada budaya-budaya lama dan ideal karena dual hal ini sesuai dengan prinsip hidup mereka.
Selanjutnya yaitu pemikiran perenialisme tentang pendidikan
Filsafat perenialisme dalam pendidikan lahir pada abad ke-20. Aliran ini lahir dari reaksi pendidikan progresivisme, akan tetapi perenialisme menentang pendapat proresisvisme yang menekankan bahwa perubahan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia pada saat ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural. Solusi yang ditawarkan oleh kaum perenalis yaitu dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh dan kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Oleh karena itu perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia yang sekarang seperti dalam kebudayaan yang ideal.
Setelah membahas tentang bagaimana perenialisme dalam pendidikan, nah disini ada beberapa tokoh filsafat pendidikan perenialisme sebagai berikut:
1. Robert Maynard Hutchins
Ia adalah seorang tokoh filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika serikat. Ia lahir pada tanggal 17 januari 1899. Di usia yang ke 30 sekitar pada tahun 1945-1955 ia menjadi seorang presiden termuda di Universitas Cicago. Robert merupakan juru bicara dalam aliran perenialisme. Ia beranggapan bahwa pendidikan harus menumbuhkan kecerdasan dan perkembangan.
Jadi, tujuan dari pendidikan ialah harus mengembangkan kekuatan pikirannya karena menurutnya pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang selalu mengembangkan daya intelektualnya dari dalam diri manusia itu sendiri.
Dia juga percaya bahwa cara mengembangkan daya intelektual manusia dengan cara membaca dan membahas buku pengetahuan. Ia menekankan bahwa pendidikan harus bersifat universal atau menyeluruh. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan mengimplementasikan pengajaran, sedangkan pengajaran mengimplementasikan pengetahuan.
2. Ortimer Adler