Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penyalahgunaan CRISPR sebagai Senjata Biologis dalam Film "Rampage"

21 April 2018   02:22 Diperbarui: 21 April 2018   04:11 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Rampage (Forbes.com)

Pernahkah kamu mengedit foto atau tulisan?

Pasti jawabannya 100% PERNAH!

Sejatinya pengeditan dilakukan jika hasil karya foto atau tulisan itu masih ada kekurangan, betul betul betul?

Nah, ketika gen hewan, tumbuhan dan manusia mengalami kesalahan atau kekurangan, sehingga mengakibatkan penyakit, atau kelainan genetik yang membuat anggota tubuh menjadi tidak sempurna, bagaimana caranya supaya bisa "normal" lagi ya?

Jawaban yang paling logis dalam dunia kedokteran dan kesehatan adalah "edit saja gennya"!

Tapi pertanyaan selanjutnya adalah Tuhan telah menciptakan sistem tubuh kita dengan sebaik-baiknya, adapun kita sebagai manusia (mungkin) tidak berhak untuk merusak atau memodifikasi ciptaan-Nya.

Setujukah kamu, ketika manusia mencoba "mengedit" makhluk ciptaan Tuhan?

Makhluk mengerikan hasil edit gen ambisius

"Kamu harus amankan sampelku sebelum kami menerima ijinmu untuk menaiki kapsul penyelamat!" suara dalam microphone itu tegas dan dingin.

"Tapi, bagaimana bisa? Sampelnya ada di laboratorium dan ada makhluk mengerikan hasil laboratorium yang menyebabkan personil lainnya meninggal!" ujar satu-satunya peneliti yang masih hidup.

Intisari dialog itu merupakan salah satu pembukaan pada film Rampage dengan setting luar angkasa dengan kondisi stasiun luar angkasa tersebut mulai terbakar dan hancur. Satu-satunya peneliti yang berhasil selamat diperintahkan untuk membawa sampel penelitian sebagai syarat penyelamatan dirinya. Namun pengambilan sampel tidak mudah karena adanya serangan. Ya, seekor tikus rupanya bertransformasi menjadi monster dan menyerang secara agresif. Peneliti tersebut berhasil masuk ke dalam kapsul membawa tiga sampel, namun naas nasibnya kapsul penyelamatannya meledak karena kaca kapsul retak akibat serangan tikus ganas.

Seketika saya merasa kembali ke masa kuliah dulu. Film yang berdurasi 84 menit ini sukses membuat saya kembali belajar mengenai CRISPR. Hmmm...apa itu ya? 

Pengeditan Gen (CRISPR) (pinterest.com)
Pengeditan Gen (CRISPR) (pinterest.com)
CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) merupakan teknik pengeditan gen dengan cara pemotongan gen yang bermasalah (mengalami mutasi) kemudian digantikan dan disisipkan dengan gen yang baru yang bersifat normal. 

Teknologi CRISPR ini dapat digunakan untuk menyembuhkan pasien yang menderita penyakit akibat mutasi genetik misalnya kanker atau sindrom terkait kelainan genetik lainnya. CRISPR tidak hanya digunakan untuk manusia loh, bisa digunakan juga untuk gen hewan dan tumbuhan.

Kembali lagi ke jalan film Rampage, kisahnya setelah kapsul penyelamatan meledak alhasil sampel masuk ke atmosfer bumi dan menyebabkan efek meteor jatuh.

Ketika sampel CRISPR menjadi "senjata biologis"

Seorang primatologist bernama Davis Okoye (Dwayne Johnson) sudah menganggap George (gorilla albino) sebagai bagian dari keluarganya, bahkan ia dan George sudah fasih berkomunikasi dengan bahasa isyarat. 

Bahkan mereka suka bersenda gurau dan saling membuat lelucon. Sayangnya, George yang penurut berubah menjadi gorilla pembunuh. Perkembangan tubuhnya yang tidak wajar, kekuatan dan agresivitas yang sangat tinggi menyebabkan George berpotensi membunuh banyak orang secara brutal.

Kini Davis mengetahui bahwa George bukanlah gorilla yang ia kenal seperti biasa. Ia yakin ada perubahan yang tak biasa. Hingga akhirnya Davis bertemu dengan dr. Kate Caldwell (Naomie Harris), seorang ahli genetik mantan peneliti di perusahaan Energyn. Terjawab sudah apa yang dialami oleh sohibnya George merupakan akibat kontaminasi sampel CRISPR.

Kini, mereka bekerja sama untuk menyelamatkan George, namun ternyata mereka harus berhadapan dengan 2 makhluk "jadi-jadian" lainnya yaitu serigala dan buaya. Ketiga hewan ganas bertubuh besar ini berhasil memporak porandakan kota dan mereka menuju pada satu lokasi, yaitu gedung Energyn. Davis dan dr. Caldwell tahu mereka harus segera menghentikan dua orang "sinting" Energyn yang sengaja ingin mendapatkan keuntungan dari "senjata biologis" ini.

Mampukah dr. Caldwell menemukan penangkalnya?

Akankah George bisa "normal" seperti sediakala?

Apakah membunuh George menjadi jalan terbaik?

Penasaran kan???

Nah, buat kamu yang belum nonton yuuk buruan nonton di bioskop terdekat!

Uniknya persahabatan George dan Davis

Saat adegan George dan Davis saling melontarkan gurauan melalui bahasa isyarat, ini bagian favorit saya. Seakan mereka berdua itu kaka beradik. Dalam film ini dikisahkan Davis tidak tertarik bersosialisasi dengan manusia. 

Ia lebih suka berinteraksi dengan hewan, karena menurutnya hewan lebih jujur. Demikian pula George, waktu kecil ia melihat keluarganya dibunuh oleh sekelompok pemburu dan Davis lah yang menyelamatkannya. 

Mulai saat itu mereka seakan tak terpisahkan. Uniknya lagi, dalam film ini saya juga belajar banyak mengenai bagaimana cara menangani hewan dan konservasi hewan terutama yang sudah mulai langka. George dikisahkan merupakan gorilla albino terakhir di kelompoknya yang dirawat di pusat konservasi primata.

Keseruan nonton "Rampage" di Screen X

Layar Screen X saat menampilkan ilkan, kece banget deh! (dok.pri)
Layar Screen X saat menampilkan ilkan, kece banget deh! (dok.pri)
Saya merasa beruntung sebagai salah satu peserta screening film Rampage yang bisa menikmati layar Screen X yang menciptakan suasana nonton begitu nyata. Filmnya memang 2 dimensi, tapi saya dimanjakan banget deh oleh tampilan layar 270 derajat. Suasana luar angkasa dan saat perburuan ke daerah berbukit dari atas helicopter seakan saya berada di sana secara "live"! Seru banget deh!

Kualitas gambarnya tajam, audionya juga membuat kita seakan terlibat nyata dalam film dan interaksi emosionalnya "dapet banget" antara George dan Davis. Adapun kekurangannya adalah Davis "sulit mati" padahal sudah berkali-kali diserang dan mengalami kecelakaan. Saya juga menilai kurangnya peran lainnya sehingga terlihat "one man show" Davis lagi, Davis lagi. 

Sayang teknologi CRISPR-nya kurang dibahas mendalam padahal saya sungguh menantikan bagian apa sih yang ditak-atik sehingga kok ya bisa jadi tiga makhluk serem itu. Saya memberikan nilai 7,5 untuk film ini. Secara keseluruhan saya suka dengan film ini. Mantap!

Ini dia nih Komik'ers yang nonton bareng film
Ini dia nih Komik'ers yang nonton bareng film
Terima kasih untuk Komik Kompasiana atas kesempatan nobarnya, seru deh ^0^

Salam Komik!

Yuk yang belum nonton filmnya kepoin dulu trailernya di sini:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun