Mohon tunggu...
Linda
Linda Mohon Tunggu... Freelancer - Aku suka belajar.

Awal tahun 2020 ini, aku baru menyadari bahwa aku suka nulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cobain Tol Lampung - Palembang, dan Pelabuhan Eksekutif Merak dan Bakauheni

6 Januari 2020   15:56 Diperbarui: 7 Januari 2020   00:26 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang-Pergi Jakarta-Jambi pakai mobil pribadi.


Mobilku udah termasuk bukan mobil baru lagi, tapi masih bandel, dan masih bisa diajak traveling antar pulau. Tentu aja udah diajak ke bengkel terdekat untuk diperiksa kesehatannya, dari aki, air radiator, ganti oli, dll.

Ditambah toll baru yang dibangun dari Lampung ke Palembang udah kelar, kita pengen cicip dong rasanya gimana yang 3,5 jam itu.

Trus lagi, ada pelabuhan baru yang katanya lebih cepat dan enak: pelabuhan eksekutif.
.
Pertama, sebelum mulai perjalanan, kami ke mini market dulu untuk belanja air putih dalam kemasan, dan beberapa snack dan bekal makan siang, aku beli nasi kuning. Total belanja kira-kira Rp150.000.

Lalu kami langsung masuk ke toll arah ke Pelabuhan Eksekutif Merak, toll ini kena tarif Rp 41.000. Ada beberapa rest area di toll, kami mampir sekali untuk isi bensin dan ngecek angin. Isi Pertamax Rp322.000 sampai full.

Ada cerita lucu pas ngecek angin. Ketika kami selesai isi bensin, kami cari kios khusus angin nitrogen yang ada di pom bensin. Pas itu ada 2 mobil yang lagi saling nunggu giliran untuk ngisi angin. Kami ikut antri. Karna kami lupa berapa tekanan angin yang cocok untuk perjalanan jauh antar provinsi, suamiku nanya ke abangnya, biasa mobil kecil gini ngisi anginya tekanan berapa ya? Si abang jawab biasanya isi 35 pak. Hah? 35? Apa gak meletus banku nanti? Kalau gitu aku isi 33 aja, jawab suamiku. Akhirnya keempat kaki eh ban mobil diisiin 33 semua. Pas keluar dari rest area, suamiku nyesel, karna berasa keras banget, lalu diperjalanan ketemu aspal yang kurang mulus berasa banget kerasnya. duh si abang, untung aja kami gak ngikutin saranmu.
Isi angin 4 ban ini kami dimintain Rp20.000.

Keluar dari toll, kami ikutin petunjuk google map ke arah Pelabuhan Eksekutif. Karena google map terkadang ngasih tau pintu masuknya sembarangan, pas udah dekat dengan tujuan haruslah mata kita awas untuk mencari pintu masuk yang sebenarnya.
.
Dari kejauhan keliatan sesuatu yang mirip kapal pesiar. Nah, itulah gedung pelabuhannya yang isinya juga dilengkapi mall.


Sampai di pelabuhan eksekutif kira-kira jam 10an, antrian mobil udah panjang.

Orang-orang dari mobil-mobil lainnya turun dari mobil masing-masing, beberapa jalan ke arah mall, beberapa lainnya berdiri di sekitar mobil sambil ngobrol-ngobrol.

Aku takut uang cashku gak cukup, semalam cuma tarik 1juta, jadi aku turun dari mobil, masuk ke mallnya untuk cari ATM.

Berhubung ATMku ini dari bank yang warnanya biru muda, kukeliling liat-liat gak nemu pula, akhirnya aku bertanya ke mba-mba yang ada di situ, lalu diberi petunjuk oleh mbaknya: "Di lantai 2, dari sini naik eskalator, ke kanan dikit lalu ke kiri, paling ujung ya."

Okay, aku naik deh eskalatornya, lalu ke kanan lalu aku mau cari belok kirinya dimana? Lho kok buntu? Akhirnya aku kelilingin lantai 2, ku liat ada loket-loket penjualan tiket kapal, di sebelahnya ada mesin-mesin self-service, di sebelah mesin-mesin itu ada kursi tunggu untuk penumpang.

Di sekeliling itu, ada kios-kios jualan kayak di airport. Tapi konsepnya mall, jadi barang-barangnya sama kayak di mall. Ada Puyo, roti O, Miniso, dan toko-toko UKM lain, masih banyak kios yang kosong.

Bener aja, sampai di ujung, aku nemu mesin ATM yg kucari. Itu pun cuma satu mesinnya. Untung cuma antri satu orang. Jadi aku bisa cepat-cepat tarik uang tunai, aku tuh takut antrian mobil udah disuruh naik ke kapal.

Cepat-cepat aku balik lagi ke mobil. Tak taunya masih aja disuruh nunggu.

Jam udah menunjukkan angka 11, kami belum sarapan, jadi nasi kuningnya kami habiskan. Setelah selesai menghabiskan nasi kuning, mobil-mobil dalam antrian mulai bergerak maju. Aku merasa untung tadi bukan pas aku di dalam mall ya ...

Maju beberapa meter ikut antrian, kami melewati loket pembayaran, ternyata pembayarannya non tunai, kita harus menyediakan e-toll dan saldo e-toll harus mencukupi tentunya. Ketika itu saldo e-toll ku cuma Rp490.000-an. Sedangkan untuk tiga orang penumpang plus mobil, kami ditagih Rp579.000.


Aku berinisiatif untuk isi sendiri e-tollku lewat Toped. Tapi aku grogi karna diklaksonin mobil belakang, malah salah-salah pencet, makin lama jadinya. Eh si abang penjaga loketnya baek pula, dia nawarin ngisiin e-toll ke loket isi ulang. Akhirnya aku buka dompet, lalu serahin uang tunai ke si abang. Thank you ya, bang.  Dari si abang ini, bukti pembayarannya diprint seperti karcis parkir, terdiri dari dua lembar yang dikasihkan ke kita, satu lembar untuk penumpang dan satu lembar lagi untuk nanti kita serahkan ke petugas nanti ketika ditagihin bukti pembayarannya pas mau naik ke kapal.


Udah bayar di loket, kami ikutin mobil-mobil di depan kami, ternyata gak kebagian space untuk masuk ke kapal, kami distop-in di samping mall. Nunggu lagi ... Aku gak berani turun dari mobil karna tak tau apa yg akan terjadi. Ku pikir bakalan cepat-lah antrian ini disuruh maju lagi masuk ke kapal.

Sekitar 15 menit kemudian, kami disuruh maju, tapi satu per satu mobil ditunjuk untuk maju, gak bisa asal maju. Ada petugas yang mengarahkan, sekalian dimintain kertas bukti pembayaran dari loket tadi. Ya, aku senang kalau caranya kayak gini, lebih tertib dan rapi, kan. Gak akan ada yang menyerobot antrian, gak akan ada yang marah-marah dan rebutan maju duluan. Aman deh.

Mobil melaju mengikuti petunjuk arah, tapi ternyata cuma sampai di belakang mall, posisinya sebelah kanan kita mall, sebelah kiri kita ada pagar yang menutupi, tapi masih keliatan kapal yang bertengger tepat di kiri kita itu. Tapi ini mobil gak bisa maju lagi, pintu naik ke kapal udah bergerak menutup. Terdengar juga suara "klakson" dari kapalnya tooon tooon tooon pertanda dia udah siap berangkat. Yah ... kita antri lagi kapal berikutnya.

Dari posisi ini, aku melihat ada belalai untuk menaikkan penumpang ke kapal, persis sama kayak di Airport. Belalainya berkaca, udah yang model terbaru. Berarti itu penumpang yg nunggu di kursi tunggu di lantai 2, nanti akan dipersilahkan masuk ke kapal melalui belalai ini. Keren ya, berasa kayak naik pesawat

Tunggu-tunggu agak lama, aku kebelet pipis nih ... ku pikir mau numpang toilet di kapalnya. Aku takut ditinggal pas aku ke toilet. kan lucu nanti ceritanya. Hahahaha ...

Aku amat-amatin sekeliling, orang-orangnya satu per satu pada turun dari mobil, ada yang buka kap mesin, ada yg ambil bekal makanan dari bagasi mobil, ada yang jalan ke arah pintu belakang mall. owh ... mereka ke toilet!!!
Akhirnya aku memberanikan diri ke toilet bareng anak. Abis dari toilet, kami naik lagi ke lantai dua, buat belanja Puyo dan roti O.

Balik lagi ke mobil, ternyata masih lama nunggunya.
Karena proses kapal berangkat dan digantikan kapal berikutnya yang mau bertengger itu perlu waktu.
.
Giliran antri masuk ke kapal, kami kebagian masuk ke perut kapal. Tinggal ikutin arahan petugas aja, mobil kita mau disuruh parkir sebelah mana. Kebetulan kami dapat tempat tepat di pintu keluar kapal.
Udah selesai parkir, kami naik tanggal, keliatan ruangan ber-AC udah rame, jadi kami naik lagi ke atasnya yg tulisannya ruang piknik kalau gak salah ingat. Di sini gak ada AC, terbuka aja gitu, banyak meja panjang dan kursi panjang, mirip di kantin sekolahan deh.
Karena kami termasuk yang agak cepet naik ke sini, jadi bisa pilih meja dan kursi mana aja.
Kalau udah duduk gak boleh ditinggalin yah, karena banyak penumpang yg telat naik, mereka gak kebagian kursi, kalau sempat kita tinggalin, akan ada yang duduk di kursi kita.
Karena ruangan terbuka, sepanjang perjalanan kita akan menikmati angin kencang rambut mesti diikat biar gak kayak setan pas mendarat nanti.
.
Kira-kira pas kapal mau menepi, kami cepat masuk ke mobil, siap-siap kalau pintu di buka dan diarahkan untuk turun kan kami paling depan ya ...
Jadinya kami bisa nontonin pintu perut kapalnya dibukain ... yeeyyy ... tapi biasa aja ah, udah sok-sok mau videoin tapi gak ada kesan spesialnya.

Turun di pelabuhan Bakauheni biasa aja, cuma tinggal hidupin google map lagi untuk ke arah toll. Toll ini kena tarif Rp112.500.

Ada beberapa rest area juga, nah, di sini kami isi bensin lagi, sekalian numpang ke toilet.

Rest area yang kami kunjungi ada Indomaret dan Alfamart. Kios makanan tersusun kecil-kecil mirip food court di mall-mall aja. Tapi meja makannya, ada sebagian yang menyediakan meja kursi, sebagian lagi hanya meja lesehan. Sepertinya meja kursi disediakan sendiri oleh pemilik warung.

Toiletnya gak perlu bayar. Cukup bersih karena masih baru ya ... dan selalu ada tim dan posko kesehatan di tiap rest area.

Udah selesai urusan toilet, baru deh cari di sebelah mana bagian pengisian bensin karena pom bensinnya belum kelar dibangun nih ... muter dan maju mundur, akhirnya nemu kios kecil-kecil berupa mesin bensinnya, di belakangnya ada mobil tengki bensin. Lucu deh ... akhirnya kami isi pertamax secukupnya aja sejumlah Rp200.000.
.
Pengalaman di toll Lampung - Palembang,
Sama kayak toll di pulau Jawa. Ada max kecepatan yaitu 100 km per jam, dan ada min kecepatan yaitu 60 km per jam.

Untuk habit di dalam toll, senang sekali karena tidak ada yg buang sampah sembarangan, tapi banyak pengendara yang tidak ngecek dulu apakah di lajur kanan ada kendaraan dari kejauhan atau-kah kosong, beberapa dari mereka saat ingin mendahului kendaraan di depannya, tiba-tiba hidupin sen kanan dan langsung ke lajur kanan aja, sehingga kendaraan yang dari kejauhan udah dikecepatan maksimalnya tiba-tiba kaget ada kendaraan yang masuk ke lajur kanan. Mesti hati-hati jika di kejauhan kita melihat ada dua kendaraan di lajur kiri saling deketan, mereka bisa tiba-tiba masuk ke lajur kanan.

Lalu, setelah mendahului kendaraan, mereka tidak langsung kembali ke lajur kiri. Ini tandanya, kita jangan cuma injek rem sebentar sambil berharap mereka segera ke lajur kiri, bisa-bisa terjadi tabrakan.

Terdapat pula sejumlah kecil kendaraan yang sedang melaju sendirian, tapi tidak ada habit untuk memilih di lajur kanan atau kiri yang dia mau pakai, alias roda kanan di lajur kanan, roda kirinya berada di lajur kiri.
Ini juga membingungkan pengendara lain, apakah dia mau melambat atau mau mempercepat laju kendaraannya?

Ada pun sebagian kendaraan yang belum ngerti kode di dalam toll, mana bila ada kendaraan yang minta jalan untuk mendahului, mereka kayak gak pernah liat kaca spion atau ngecek belakang, mereka tidak pindah ke lajur kiri, tapi bertahan di lajur kanan aja. Akhirnya, kendaraan yang ingin mendahului terpaksa menyalip dari sebelah kiri mereka.
.
Sampai di ujung toll, tidak ada gerbang toll yang perlu bayar, walaupun udah ada mesinnya, tapi mesin-mesin itu belum berfungsi, lalu kita hanya perlu hidupin google map lagi untuk sampai ke hotel.

Kami memilih nginep di Palembang untuk menghindari jalan di keadaan langit gelap. Karena jalan menuju ke Jambi harus melewati hutan dan perkebunan, takut mak ... kami cuma bertiga: suami istri dan anak, tanpa ada teman-teman konvoi. Kalau nemu ada cewek pake gaun putih nyetopin mobil, gimana atuh?
.
Karena udah jam 5 sore, kami putuskan untuk cari makan malam aja, gak jadi ke hotel, supaya nanti masuk hotel gak payah lagi keluar cari makan malam. Tes coba datang ke mie Aloy Palembang, ternyata buka, dan masih sepi.
.
Porsi bakminya gede banget, aku bagi dua dengan anakku aja, masing-masing dari kami dapat porsi biasa untuk yang di Jakarta. Kuahnya pun kami pilih yang biasa aja, tak perlu ada tambahan lagi, itu pun dapat banyak isiannya.
Suami ku pesen kuah yang pakai jeroan. Akhirnya gak habis
Dengan minum air mineral 2 botol dan es teh tawar 1 gelas, total di sini kami bayar Rp93.500.
.
Hotel yang dipilih suamiku tarifnya Rp650.000 tanpa sarapan.
Jadi bangun pagi, kami check out lalu cari sarapan pagi dulu sebelum lanjut ke Jambi.
.
Penasaran dengan lomie yang katanya enak pake banget, kami cari pakai bantuan google map. Sempat muter-muter karena ada penutupan jalan, keliatannya sedang dicor ulang sih itu.
.
Di google map nunjukin posisi lomie ada di sebelah kanan, akhirnya kami putuskan untuk parkir dulu di sebelah kanan sambil nyari aja pakai jalan kaki nanti. Pas ada abang tukang parkir, aku buka kaca jendela dan bertanya, "bang, lomie sebelah mana?"
"Itu" ditunjuknya seberang jalanan. Bener aja! Lagi-lagi google map bikin bingung dan bikin malu
Lomienya rame banget, mobil-mobil pengunjung diparkir di seberang jalan yang ada lahan untuk kita numpang parkir, jadi pas sekali sih kita tadi itu sebenarnya, tapi tetep aja malu-maluin pake acara nanya lomie di sebelah mana?
Pesen lomie dua mangkok, aku bagi dua dengan anakku kayak biasa, minumnya es teh tawar dan teh tawar hangat , ditagih Rp102.000
Enak banget sih, pake udang lumayan banyak, udangnya dibelah dua jadi memberi kesan makin banyaklah udang rebusnya.
.
Abis dari situ, kami langsung buka google map lagi menuju Jambi.
Nah, dari sini-lah petualangan yang sebenarnya dimulai
.
Dari jalan bertikungan, berlobang-lobang, rusak parah, sampai menyalip truk-truk besar dan mobil-mobil pemudik lain.
.
Di sini pula peranku dibutuhkan ... eeaaa ... aku jadi keneknya, yang ngasih info di depannya kendaraan depan kita apakah ada lagi kendaraan lain?
Apakah kalau nyalip nanti akan muat buat kita nyelip?
Apakah ada kendaraan dari arah berlawanan?
Apakah jalanannya memungkinkan untuk kita nyalip?
Apakah di depan itu jalannya lurus atau ada tikungan?
Apakah tikungannya berbelok dikit? Dikitnya seberapa derajat? Ataukah belokan tajam?
Apakah jalanan di depan agak rusak atau mulus?
Kenek juga bertugas kasih info seberapa jauh lagi perjalanan kita, 112km kah? Atau masih 200km?
Apakah ada pom bensin di depan? Berapa km lagi? Apakah cukup waktu menuju kesana sambil menahan rasa kebelet pipis?

Di perjalanan menuju ke Jambi, kami menumpang toilet di pom bensin, sambil mengisi bensin, pertamax sejumlah Rp260.000.

Kami mampir makan siang di restoran masakan padang Pagi Sore, kena Rp200.000. Aku lupa pun itu dimananya, yang pasti di google map ada. Tempatnya bersih, luas, dan selalu ramai.
.
Setelah melewati perbatasan Provinsi Palembang dan memasuki wilayah Jambi, jalanannya muluuuusss-luss-luss, beberapa bagian malahan ada yang ditambahin semen di kanan kiri jalan. Rasanya terharu sekali setelah sekian ratus KM aku mesti liat apakah ada warna orennya di map. Oh Jambiku ...
.
Nah ... kalau perjalanan balik dari Jambi ke Jakarta, kami mulai dari jam 7 pagi.
Ternyata itu jam masuk sekolah, banyak motor-motor yang membonceng anak-anak sekolah di jalanan arah ke Palembang pas kami di KM 10-an. Plus ada rombongan sepedaan yg dikawal mobil polisi. Bikin kami memulai perjalanan dengan lambat-lambat saja. Santuy banget deh ...
.
Tapi enaknya pagi-pagi, tidak banyak truk di jalanan, lebih banyak mobil pribadi, itu pun jauh-jauh baru nemu. Jadi enak banget deh.
.
Singgah makan siang di restoran masakan padang Sederhana. Tempatnya bersih, dan nyaman. Kami makan di sini, kena Rp 144.000.

Di Bakauheni, kami kembali memilih pelabuhan eksekutif. Sebelum masuk pelabuhan, kami isi pertamax dulu Rp314.000.
.
Perjalanannya kami lewati dengan cara sama seperti ketika menuju ke Jambi.
Start dari Jambi jam 7 pagi, sampai di Jakarta di apartemen jam 11 malam. Total 16 jam perjalanan.

.
Buat temen-temen, ku kasih info, selama perjalanan akan banyak melewati Indomaret dan Alfamart, yg menyediakan toilet, serta air panas untuk bikin pop mie dan kopi. Tapi kami gak stop di sana, karena kami gak butuh. Kami memilih ke pom bensin karena butuh untuk ngisi bensinnya, rasa takut kehabisan bensin lebih mengkhawatirkan dibandingkan rasa takut gak punya cemilan
.
Sebelum mulai perjalanan, perlu menyiapkan kantong sampah. Karena ku liat beberapa mobil ada yang suka membuang botol dan sampah lainnya sembarangan di jalan Lintas Sumatera ini bahaya lho buat pengendara lain, juga merusak lingkungan.
.
Aku rinciin pengeluaran kami,
Dari Jakarta ke Jambi:
Isi pertamax 322.000 + 200.000 + 260.000
Beli minum nasi kuning, cemilan, air minum  150.000
Naik kapal mobil + 3 orang = 579.000
Hotel 650.000
Mie Aloy 93.500
Lomie 102.000
Pagi Sore 200.000

Toll :
Ke Merak 41.000
Ke Palembang 112.500

Waktu tempuh Jakarta -Jambi di perjalanan total 17 jam, tidak termasuk waktu yg terpakai untuk nginep di Palembang.

Dari Jambi ke Jakarta:
Isi bensin 156.000 + 235.000 + 314.000
Makan nasi padang Sederhana 144.000
Naik kapal 579.000
Toll bakauheni selatan 112.500
Toll merak 48.000
Toll Tangerang ke Jakarta 7.500

Total waktu tempuh perjalanan Jambi - Jakarta adalah 16 jam , tidak pakai nginep segala.
.
Dengan perjalanan ini, daripada naik pesawat, kira-kira kami menghemat sekitar sampai dengan tiga juta Rupiah, untuk PP Jakarta-Jambi.
Namun, kami harus mengorbankan waktu untuk menempuh perjalanan darat.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun