Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Princess Marini Tertahan untuk Pulang

1 April 2020   06:52 Diperbarui: 16 April 2020   22:05 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menggeleng. "Bukannya ini adalah kesempatan kita untuk malas-malasan di kamar, tidur sepanjang hari, dan benar-benar bisa menekuni hobi. Ya, kan?"

Marini terlihat gelisah. Aku suka melihatnya. Aku tidak mau membahas COVID-19 dengan segala hal yang berkaitan. Informasi itu sudah banyak kuterima dan mudah diakses di platform manapun. Jadi kurasa tidak perlu untuk dibicarakan dengan Marini malam ini.

"Aku kesepian, Anna. Kamu bisa lihat kan?"

Aku mengangguk. "Ya. Tapi ini sangat menyenangkan, Marini. Eh Princess Marini." Aku membenarkan panggilanku. Marini sudah berdandan seperti Elsa masa kupanggil namanya saja. "Maksudku kita diberi kesempatan untuk menikmati sisi lain dari kehidupan dunia ini. Oh maaf, aku hanya berpikir positif saja dengan situasi yang tengah terjadi saat ini."

Marini mendesah. "Aku sepertinya tidak sependapat denganmu. Aku selalu ingin protes pada setan yang berkerumun di sekitarku."

Aku mengerutkan kening. Kulihat Marini lebih seksama. Apakah dia indigo? Rupanya tidak. Mengapa ia mengatakan demikian? Hmm aku tersenyum simpul. "Mengapa?" tanyaku.

"Merekalah yang membuat hidupku tidak pernah bahagia."

Itulah titik awal Marini menceritakan hidupnya, teh yang kunantikan.

Julukan perempuan lapuk yang kuberikan hancur begitu saja setelah Marini mengaku janda. Ia bercerai di usia 21 tahun dengan kondisi telah memiliki anak laki-laki. Sayangnya ia tidak mendapat hak asuh untuk merawat anaknya. Katanya karena ia miskin,  orang tua Marini pun hanya pedagang bakso dan kuli laundry. Berbeda dengan mantan suaminya yang berasal dari keluarga kaya raya.

"Siapa nama anakmu?"

Marini mengaku tidak mengerti nama anaknya. "Aku memberi nama Slamet tetapi mantan suamiku pasti mengganti namanya," katanya dengan mata berkaca-kaca. Seumur hidupnya Marini hanya dapat melihat 7 hari di awal kehidupan sang bayi. Setelah itu Marini sama sekali tidak dapat melihat Slamet, menyusuinya saja tidak boleh. Ia tidak berkesempatan untuk melihat Slamet tumbuh berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun