Akil lalu mengambil air minum sendirian di sungai. Sedangkan Mueza mencari kesibukan untuk membersihkan tempat singgah yang nampak sedikit kotor.
Namun, di tengah perjalanan Akil dikejutkan oleh suara berisik yang penuh canda tawa. Akil mencari sumber suara tersebut. Semakin mendekat, dan semakin jelas apa yang Akil dengar. Suara tersebut tidak asing lagi bagi Akil. Suara yang lembut dan sering menyanyi dengan lagu yang Akil hafal. Jantung Akil berdetak kencang. Namun Akil mencoba lebih mendekat lagi untuk meyakinkan sumber suara tersebut. Semakin lama suara tersebut semakin menghilang dan tidak terdengar lagi. Suara derap kaki pun juga tidak nampak terdengar.
"Ah, mungkin ini perasaanku saja," kata Akil dengan suara pelan dan langsung melanjutkan perjalanan menuju sungai untuk mendapatkan air minum.
Dengan cepat dan cekatan, Akil pun bisa mendapatkan air minum untuk persediaan. Setelah dirasa cukup, Akil kembali ke tempat singgah di bawah pohon randu.
"Akil, lama sekali sih?" tanya Mueza saat melihat Akil datang sambil membawa air minum.
"Lama? Aku merasa aku sangat cepat!" jawab Akil yang merasa aneh dengan pertanyaan Mueza.
"Ini sangat lama, Akil. Paman Elang sudah terbang mencarimu, karena khawatir denganmu," jawab Mueza dengan jujur.
"Iya, Akil. Kami juga sudah sarapan," sahut salah satu anak kambing tersebut.
"Lihatlah, matahari sudah bersinar cerah!" sahut anak kambing yang satunya lagi.
"Oh, benarkah?" kata Akil sambil bengong, untuk mengingat apa yang terjadi dengannya tadi hingga memakan waktu lama hanya sekedar untuk pergi mengambil air minum.
"Ya sudahlah, Akil! Ayo sarapan sini," ajak merpati putih dewasa sambil menyiapkan sarapan untuk Akil.