Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17 - Bagian 18 - Bagian 19 - Bagian 20 - Bagian 21 - Bagian 22
Mereka tidur dengan nyenyak malam ini. Demikian juga Akil, yang sangat gelisah dan kangen dengan kedua orang tuanya. Namun, Akil bangun lebih awal yang sudah menjadi kebiasaannya. Kali ini tidak untuk membereskan rumah, tetapi mencari buah-buahan untuk sarapan bersama.
Akil meninggalkan Pak Elang, Moeza, merpati putih, dan dua anak kambing tersebut saat mereka masih tertidur. Dengan cepat dan gesit, Akil memilih jalan yang telah ditentukan sendiri, yaitu jalan yang kemarin Akil lalui. Namun setelah sampai tepi sungai, Akil milih belok ke arah kiri. Karena arah kanan sudah dituju kemarin.
Di sana Akil menemukan buah mentimun, labu kuning dan juga lobak. Akil mengambil seperlunya, kemudian mencuci buah-buahan tersebut di sungai yang dangkal. Dan Akil pun memutuskan untuk kembali ke bawah pohon randu besar tempatnya singgah. Namun, punya niat untuk kembali lagi ke sungai mencari air minum.
Saat Akil sampai di bawah pohon randu, ternyata baru Mueza yang bangun. Mueza duduk diam saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Mueza, kamu sudah bangun?" sapa Akil saat melihat Mueza hanya terduduk diam.
"Iya, aku sudah bangun. Aku hendak mencarimu, tapi aku takut tersesat," jawab Mueza dengan senyum manisnya.
"Kamu sudah baikan?" tanya Akil selanjutnya.
"Iya, aku sudah baikan!"
"Mueza, kamu sarapan dulu. Aku membawa yang lain dari kemarin," Akil pun menawari Mueza untuk sarapan.
"Aku belum lapar, nanti saja sarapannya barengan yang lainnya."