Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9 - Bagian 10 - Bagian 11 - Bagian 12 - Bagian 13 - Bagian 14 - Bagian 15 - Bagian 16 - Bagian 17 - Bagian 18 - Bagian 19
Pak Elang tak kunjung datang hingga hari menjelang sore. Akil sangat khawatir, dan takut jika terjadi apa-apa dengan Pak Elang.
"Akil, kenapa kamu nampak sedih?" tanya Mueza.
"Aku khawatir sama Paman Elang. Sudah menjelang sore, tapi belum juga datang!" jawab Akil dengan jujur.
"Tenang saja Akil. Burung Elang itu sangat kuat. Mungkin sedang membantu memadamkan api di sana bersama teman-teman yang lain," kata burung merpati putih dewasa yang mencoba menenangkan Akil.
"Apakah ada yang memadamkan api, Bibi?" tanya Mueza kemudian.
"Banyak, Mueza. Bibi tadinya juga membantu memadamkan api. Tetapi Bibi sangat lemah karena banyak menghirup karbondioksida."
"Aku berharap Paman Elang akan baik-baik saja. Ya sudah kalau begitu. Aku hendak mencari buah lagi untuk makan malam kita nanti," kata Akil yang mulai tenang dengan jawaban burung merpati putih dewasa.
"Hati-hati Akil. Apakah aku bisa membantumu mencari buah-buahan untuk makan malam kita?" Mueza pun menawarkan diri untuk membantu Akil, dan berharap Akil akan menerima bantuannya.
"Mueza, kamu di sini saja. Kamu masih lemas," kata Akil yang mulai melarang Mueza karena menganggap Mueza belum terlalu sehat.
"Aku sudah lebih baik!"